Tiana terdiam menatap Levi yang kini menatapnya dari pintu. " Apa... kau mencariku hari ini juga karena itu?"Tatapan serius itu tidak berubah, " Karena aku takut kehilanganmu setelah kau membaca surat itu"
" Sebenarnya... bagaimana perasaanmu padaku?" Tanya Tiana menahan tangisnya.
" Kau takut kehilanganku, tetapi kau kembali pada Gemma"
Levi memejamkan matanya dan menghela nafas berat. " Keadaannya tidak semudah itu"
Ia kembali menatap mata Tiana, " Yang pasti, aku merasa takut saat memikirkan kau tak lagi disampingku"
" Jika.. aku memintamu memilihku, akankah kau melakukannya?"
Levi tak bergerak untuk beberapa saat. Namun tatapannya tetap tak berpindah dari Tiana.
" Aku mungkin tak bisa memberikan jawabannya sekarang" Levi menghentikan kata - katanya. Ia melangkah mendekati Tiana, meletakkan tangan kanan pada leher Tiana, mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Tiana.
Ia mengecupnya sekali untuk beberapa saat.
Tiana tak bergerak, ia terlalu terkejut ciuman ini. Kemudian Levi menjauhkan sedikit wajahnya dan sampai ia kini bisa menatap bibir wanita itu.
" Kau..." ucap Tiana.
" Mengapa kau selalu menciumku disaat aku sedang terlihat buruk"
Mendengar itu sebuh senyuman hadir di bibir Levi, " Apa kau mengizinkannya kali ini?"
Tiana tak menjawabnya, ia melingkarkan tangannya pada leher Levi, membuat pria itu kini memiliki tinggi yang sejajar padanya dan mencium bibir Levi kali ini.
Senyuman itu masih belum hilang dari bibir Levi, ia membalas kecupan itu dan mulai bergerak melumat bibir Tiana secara perlahan. Tiana membiarkan Levi melakukannya dan kini giliran ia membalas ciuman itu.
Kini tangan Levi berpindah menuju pinggang Tiana. Membiarkan ciuman itu mengalir apa adanya. Seperti nafas yang dirasakan satu sama lain. Seperti detak jantung yang berdetak dan terdengar satu sama lain. Seperti kehangatan yang diberikan satu sama lain. Menyadarkan Tiana, bahwa aliran kali ini menguatkan suatu hal padanya, apalagi kalau bukan cintanya pada Levi.
***
Malam pun berganti, kini Tiana bisa melihat jelas matahari melalui jendela kamarnya. Ia kemudian menatap Levi yang masih tertidur di ranjangnya. Tidak terjadi apapun semalam, setelah ciuman panas itu, keduanya memutuskan untuk sekedar berpelukan diatas tempat tidur menenangkan Tiana yang kemudian keduanya tertidur. Meski begitu, Levi benar - benar membuktikan padanya, bahwa tak peduli hal berat apa yang menimpanya, berada disamping orang yang dicintainya, semuanya terasa baik - baik saja.
Ia tersenyum menatap wajah tampan Levi yang sedang tertidur, kini harus ku akui aku sangat mencintainya. Mencintai Levi Smith. Batinnya kini tersenyum.
" Aku akan membuatkan sarapan sekarang" ujarnya kemudian. Ia keluar dari kamar menuju dapur dan mulai melakukan aktivitas paginya seperti biasa.
Levi yang terbangun mengetahui Tiana tak ada disampingnya segera beranjak dari kasur dan menemui istrinya di ruang meja makan. Kedua ujung bibir Levi terangkat saat melihat betapa manisnya Tiana kini yang sedang menyajikan makanan untuknya.
" Kau bangun pagi sekali" ujar Levi kemudian duduk di kursi meja makan.
" Aku rasa kau yang bangun terlalu siang" jawab Tiana. Ia masih sibuk merapikan piring diatas meja. Teh bunga krisan, roti panggang, telur dadar, dan potongan buah sudah tersedia rapih diatas meja. Levi menuangkan teh pada cangkirnya dan meneguknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alir
RomanceDi mata Tiana, Levi adalah pria asing yang bahkan ia tak tahu secara pasti siapa pria itu. Tapi yang ia yakin, Levi adalah pria yang baik. Meski ia tak mengerti apa yang sebenarnya Levi inginkan darinya. Di mata Levi, saat ia melihat Tiana datang da...