Adam sudah tidak tahu bagaimana cuaca hari ini, sedari semalam dia hanya memejamkan mata sambil meringkuk kesakitan. Lagi-lagi setidaknya dia merindukan nasal canulla bukannya dilubangi bagian tenggorokan.
Operasi trakeostomi dadakan harus dilakukan tengah malam tadi. Akibat paru-paru pincang Adam penuh dengan cairan, akibatnya anak itu kehilangan akses untuk bernapas. Seharusnya katup-katup itu diisi oleh udara, digantikan oleh cairan membuat Adam serasa semakin tenggelam.Untuk beberapa waktu mungkin Adam tidak dapat berbicara, disuruh pun mungkin Adam menolak. Sania meleburkan air mata melihat Adam yang sesekali meringis dan tak nyaman dengan sesuatu di bawah jakunnya.
"Setidaknya kita tahu dia tidak benar-benar tidak sadar." Damar merangkul istrinya yang berada di titik terendah untuk kesekian kalinya.
"Duh Mas Adam! Maaf, maaf nggak bisa di situ." Tata menangis, pensilnya mengetuk-ngetuk meja, kertas ulangan matematika jadi basah karena air mata.
Sania tidak tahu kalau sekarang masa-masa ulangan akhir semester bagi anak sekolah, mengingat Adam sudah tidak lama meninggalkan bangku pendidikan."Tata? Kalau susah ya nggak usah nangis, belajar makanya." Guru berseragam dinas itu menegur, Tata menghapus jejak air matanya. Sudah terkenal cengeng diberi kabar kalau tenggorokan Adam berlubang.
"Tata ihhh ujian dulu baru Adam," bisik Cia yang berada tepat di belakang Tata.
"Matematika susah, bukan Adam," sanggah Tata.
Entah sudah berapa kali mata Adam terbuka dan tertutup lagi, karena tak kunjung menemukan presensi Tata. Gadis itu di mana? Apa Adam sudah masuk neraka sampai kesunyian ini mengusir Tata dari kesehariannya.Adam merasakan sebuah elusan di rambutnya, dengan segera remaja itu memiliki harapan bahwa itu Candrika Calista. Saat membuka mata rupanya itu sang Bunda, Adam melayangkan tatapan tidak suka. Hanya saja Sania tidak peka, sampai memilih untuk menutup matanya lagi. Mau marah pun sepertinya tidak bisa.
"Tata lagi UAS." Penjelasan itu membuat dada Adam sedikit menghangat, setidaknya bukan berarti Tata muak.
"Kok Tata terus yang datengin Adam? Sebagai laki-laki kamu yang harus ke sana, jadi cepet sembuh ya. Mama tahu sembuh juga susah, seenggaknya baikan buat temuin Tata."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumpang [Terselesaikan]
Teen FictionTata tidak pernah berpikir bahwa penulis favoritnya---Adam Darmawangsa, bukanlah seorang Dosen atau Dokter. Tulisannya begitu bijaksana dan indah menandakan wawasan yang luas. Faktanya, penulis itu adalah remaja seusia dengan satu paru-paru, alat ba...