19. Kehancuran

977 48 22
                                    

"Mas Adam rasa cinta Mas Adam ke aku tuh seberapa?" tanya Tata di ponsel yang menampilkan Adam berbaring miring, tampak menatap hal yang serupa. Video call setiap Tata tidak bisa tidur.

"Ta, kamu nanya itu berapa kali, sih?" Ya topik ini akan selalu muncul kalau mereka berdua mulai sunyi.

"Yah, buktinya kan belum ada."

"Kamu mau pembuktian yang macam apa?" tanya Adam sambil mengubah posisi tidurnya.

"Tulisan Mas Adam, diterusin." Adam yang mulai lelah dengan kegiatan ini mengangguk pasrah.

"Ya nanti Mas Adam tulis untuk Tata." Mata Adam berlahan menutup. Jika diibaratkan hewan Adam itu kucing sedangkan Tata kelelawar, diukur dari kemampuan mereka untuk bertahan di tengah malam.

Tata tersenyum melihat Adam yang tampak terlelap, tapi kadang Tata hanya bisa berpura-pura tidak tahu kalau Adam bisa saja sedang berjuang tengah malam. Adam malu menjadi terlihat lemah, padahal hanya melihatnya menggunakan alat bantu napas setiap saat sudah cukup membuatnya terlihat sekarat.

Seperti saat ini, Adam terbangun dan terbatuk. Dia duduk untuk memuntahkan setidaknya sesuatu yang membuatnya mual. Pemuda itu dibantu oleh ibunya, mengelus punggung m

"Tata?" Adam takut Tata enak toranmenangis melihatnya seperti ini, ia berbalik badan memastikan ponsel yang bersandar di bantal untuk menghadap ke arahnya. Tata pura-pura tidak tahu saja, dia pura-pura tidur dengan mulut terbuka. Membuat aktingnya sukses membuat Adam menghiraukannya.

27 Januari
___

Setelah kepergian Adam. Entah apa yang harus Tata tulis di halaman selanjutnya, apa yang akan Hazel lakukan tanpa Kevin adalah cerminan apa yang akan dia lakukan tanpa Adam. Sejatinya, untuk berhalusinasi saja Tata tidak bisa.

Membayangkan bahwasahnya, tidak ada lagi yang rela menukar makanan kalau-kalau tidak suka dengan rasanya. Tidak ada lagi telinga yang sabar mendengar semua jerit putus asa. Apa yang dirasakan Hazel adalah mutlak yang dirasakan Tata.

Jemarinya menari di atas keyboard laptop minimalisnya. Menulis sebuah judul untuk part 12.

"Ke ... han ... curan." Tata mengeja setiap huruf yang telah dia ketik diakhiri dengan satu titik di akhir kata.
Tata mengamati lamat apa yang dia ketik lantas mengangguk yang kemudian dia lakukan adalah berkonsentrasi. Sesekali memukul kepala sendiri, menulis sesuatu itu ternyata tidak terlalu mudah.

__

Kehilangan Kevin mungkin tidak berarti bumi ini lebur dalam satu waktu. Namun, duniaku sendiri faktanya begitu.
Aku tidak terlalu memikirkan sesuatu yang hilang. Sepatuku, ikat rambut, gunting kuku, atau bahkan keluargaku yang sudah hilang. Sekarang yang hilang adalah kekasihku orang yang aku tahtakan sebagai tiang hidupku.

Hazel Sykes.

__

"Jadi diterbitkan atas nama Adam Darmawangsa dan Tata Calista?" tanya seorang bersetelan formal di depannya.

"Iya." Tata mengangguk.

"Tapi pembacamu tidak banyak."

"Tapi ada," sanggah Tata.

"Belum tentu mereka mau beli bukunya." Tata merencanakan cerita Hazel ini akan menjadi sebuah buku. Setidaknya dalam satu media mereka akan abadi. Satu buku yang ditulis berdua dan akan menjadi bukti aksara selamanya.

"Berapa minimal terbitnya? Siapa yang peduli soal itu? Aku bisa beli sendiri, atau orang tua Mas Adam bisa beli bukunya. Karya terakhir Mas Adam."
Semua orang harus tahu seberapa indah tulisan Adam.

Rumpang [Terselesaikan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang