Mas Adam.
Hari ini aku datang lagi ke rumah Mas Adam setelah bertahun-tahun aku sibuk dengan diriku sendiri. Lulus sekolah, kuliah di luar kota, dan kembali setelah penat dengan skripsi yang sempat aku robek-robek. Kalau kamu pasti sudah selesai ya? Kamu pintar banget dalam hal-hal begini, tapi sayangnya kamu gak tahu gimana dunia kuliah. Adu outfit di awal semester sampai jadi gembel di akhir semester, tapi tidak mungkin juga ya anaknya yang punya pabrik gula menggembel?
Selama lima tahun terakhir aku nggak pernah nangis lagi, Mas. Nangis cuma beberapa kali kalau lagi kangen kamu hehe. Aku nangis kalau natap pohon terlalu lama, nangis kalau liat perpustakaan, nangis kalau lihat orang nggak bisa napas. Tapi, kayaknya aku gak secengeng dulu (kayaknya).
Hari ini aku nangis lagi tapi, Mas. Kamu tahu nggak kalau kamu punya adik laki-laki yang ganteng banget? Mirip kamu. Ada lesung di pipi kanan, kulitnya bersih, senyumnya persis seperti kamu.
Sekarang dia menangis karena aku menangis.
"Tata kenapa?" tanya Mama Sania, segera menarik adik kamu karena katanya dia suka cakar orang. Takut saja kalau Alam mencakar aku. Ya, namanya Alam. Adam junior yang membuat aku berpikir kamu hidup kembali, Mas.
"Mirip banget sama Mas Adam." Mama kamu pun setuju kalau Alam itu adalah kamu yang dilahirkan lebih sehat dan beruntung. Mau benar atau tidak, intinya kami menghibur diri dengan cara menganggap kamu hidup bersama Alam.
---
Aku minta maaf Mas Adam. Aku tidak bisa seperti Kak Disca. Aku tidak bisa sesetia itu, maaf kalau seolah-olah aku melupakan kamu. Aku menjalani hidupku yang baru, apa kamu keberatan?
"Tata? Buku selanjutnya yang soal kisah cinta kita itu sudah selesai? Aku mau baca!! Masa kamu sama mantanmu aja?" tanya seseorang yang sekarang mengisi posisi kamu, Mas. Namanya Bryan.
Dulu aku mengemis ke kamu untuk menulis. Sekarang aku punya Bryan yang haus aksaraku. Aku tahu rasa pusingnya kamu.
Dia salah satu orang yang akan menanam pohon di hutanmu, Mas. Dia sangat berbeda dengan kamu, dia sabar bukannya pemarah. Dia sehat, dia tampan juga, entah berapapun keunggulan Bryan tetap kamu yang terlihat lebih berharga.
Aku harap aku bisa tahu kamu sedang apa di sana? Setidaknya datang di mimpiku, mari kita putus dan hidup masing-masing.
---
"Tata, aku boleh minta hatimu seutuhnya? Kalau andai aja Adam masih hidup, Ta. Aku bisa berantem sama dia atau ngalah sama dia. Masalahnya aku gila karena aku lawan orang yang udah nggak ada."
Dan akhirnya aku harus benar-benar melupakan kamu, Mas Adam. Aku selalu berharap kamu bahagia di sana. Aku izin untuk ikut hilang dari hutan kamu.
Oh ya, Jenggala di samping rumahmu sudah setinggi atap.---
Selesai
Oh ya guys, sampai jumpa di cerita lain ♥️ I promise that I will give you a new fiction boy
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumpang [Terselesaikan]
Teen FictionTata tidak pernah berpikir bahwa penulis favoritnya---Adam Darmawangsa, bukanlah seorang Dosen atau Dokter. Tulisannya begitu bijaksana dan indah menandakan wawasan yang luas. Faktanya, penulis itu adalah remaja seusia dengan satu paru-paru, alat ba...