9. Adam dan Hana

812 67 6
                                    

"Nyelametin dunia," dialog pertama Adam setelah usai dari tidurnya yang dalam. Mata pemuda itu berlarian tak beraturan, kesadarannya hampir kembali tetapi ia meracau dan kebingungan. Mengingat dia bahkan tertidur hampir seminggu, bertahan dan membuka mata seperti ini bukankah salah satu hal yang bisa disebut keajaiban?

"Ta, pohon."

"Adam, bisa dengar saya?" tanya dokter sambil memeriksa Adam. Ini jam dua siang, beruntungnya Tata ada di sini. Meski sebenarnya Tata sedang berjuang keras melawan ketakutan akan dibentak-bentak oleh Adam, kadang tenaga medis pun takut dengan Adam apalagi Tata yang punya mental setipis tisu.

"Iya, kita nanem pohon. Abis ini, ya?" Tangan Adam digenggam, diremat dengan penuh harap. Mau dibentak atau dipenggal kepalanya sekalipun itu urusan nanti, yang penting Adam pulih terlebih dahulu.

Terbesit pikiran buruk di kepala kecil Tata, Kakeknya dulu juga bangun untuk sakaratul maut. Benar-benar tidak mau Adam mati dalam keadaan marah dengannya, tunggu setidaknya Adam ikhlas kehujanan di hutan. Genggaman tangan Tata bertambah kuat.

 Genggaman tangan Tata bertambah kuat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Adam udah lebih baik, Ta. Kamu boleh masuk." Sania duduk di sebelah Tata yang terlihat sangat kacau. Sedih dan patah hati sedang membuatnya hampir gila.

"Tapi, Tante ... Tata takut." Bukan hanya takut menghadapi Adam, tapi takut juga menyakiti perasaan perempuan lain bernama Hana itu.

"Udah ih, Adam nyari kamu."

Dan hanya hening, Adam menatap Tata seperti acuh tak acuh. Perempuan itu didorong paksa menemui Adam, dan hasilnya tangan Tata gemetar. Tangan remaja yang terjepit oximeter itu menggenggam tangan-tangan mungil yang gemetar.

Adam menjadi sadar dia menakutkan dan membuat Tata tak nyaman.
"Mas Adam," ucap Tata sebelum gadis itu melepas genggaman tangan Adam yang kini bertanda tanya pasal sikap Tata.

"Mas Adam maafin Tata." Gestur tubuh dan tangan Tata hampir menggenggam tangan Adam, tapi Tata menahannya. Kedua tangan mungil itu mengepal lalu disembunyikan ke belakang, sebagai orang yang punya bahasa sayang physical touching memang mempersulit saat-saat seperti ini.

"Ya...," lirih Adam.

"Serius?" tanya Tata, tidak mengerti kenapa semudah ini meminta maaf ke Adam? Tunggu dulu dong, Tata masih punya seribu satu kalimat untuk mengemis maaf. Kenapa dimaafkan semudah ini? Ah sudahlah ini memang hari yang baik.

"Tapi janji bakal ke hutan beneran." Suara serak dan dalam itu membuat Tata berkaca-kaca dan iba, mata gadis itu meluruhkan air mata lantas mengangguk.

"Iya, Mas. Biarin Tata jemput Mas Adam duluan." Tak sengaja tangan Tata menggenggam jemari Adam, sepersekian detik setelah sadar Tata menarik tangannya kembali.

"Kenapa, sih, Ta?" tanya Adam heran.

"Aku takut pacar kamu tahu, terus aku viral di tiktok gara-gara pegang-pegangin kamu." Tata malu, jadi sia membuang muka setelah bicara.

"Pacar?" tanya Adam mengerutkan dahinya.

"Iya, pacar kamu Hana."

"Oh. Ya kamu nggak akan viral, Hana gak akan bisa viralin kamu."

"Ya kenapa? Dia cantik pasti banyak followers tiktok." Tata melihat bahwa Adam tersenyum. Tersenyum yang tidak enak dilihat.

"Hana, 'kan sudah pergi."

"Jadi kamu nulis cerita ini buat aku, Dam?" tanya Hana, keduanya sama-sama berbaring di brangkar rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi kamu nulis cerita ini buat aku, Dam?" tanya Hana, keduanya sama-sama berbaring di brangkar rumah sakit. Menikmati cairan kemoterapi menggerogoti kewarasan mereka berdua.

"Iya, paling populer sejauh ini." Adam memejamkan matanya.

"Tapi di sini kenapa Kevin meninggal, Dam? Kamu mau ninggalin aku? Cuma kamu yang tahu pasti gimana sakitnya aku, Dam. Jangan pergi." Hana menangis, bagi Adam tangisan seorang pembaca saat ia menulis cerita duka adalah hal baik. Lain hal karena Hana menangisi sebuah ketakutan bahwa dia akan ditinggal pacarnya.

Bohong, Hana yang lebih takut ditinggalkan justru meninggalkan. Ingatan itu terkadang hanya membuat dada Adam semakin sesak, berlahan Adam mengusir semua kekacauan di dalam benaknya.

"Mas Adam. Maaf."

"Ya." Adam hari ini sedang ingin memaafkan Tata.

Sebab, saat dirinya berada di ambang batas hidupnya. Ia memiliki beberapa patah kata saat hampir dicabut nyawanya.

Adam ingin lihat pohon, ingin bernapas dengan lega, dan ingin melihat Tata. Sepertinya saat menyebut nama Tata ada malaikat maut yang tiba-tiba mendorongnya kembali ke dunia.

"Mas Adam, maaf kalau lancang tapi boleh nggak kalau pemeran utama di tulisanmu itu sekarang aku?" Setelah mendengar ini, Adam tertegun.

"Justru aku takut akan menulis sesuatu yang buruk di bukumu."

Vibes Sickmalenya dapet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vibes Sickmalenya dapet

Rumpang [Terselesaikan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang