From: candrikacalistata@gmail.com
Subjek: PentingTuan Adam yang terhormat, kepala saya pusing. Memikirkan bagaimana hidup Hazel selanjutnya tanpa Kevin. Saya begitu mengenal tulisan Anda tidak mungkin ini berhenti begitu saja.
Masih banyak surat elektronik yang tak kunjung mendapatkan balasannya. Hari ini adalah hari yang cerah, hari di mana Adam Darmawangsa ingin menghabiskan waktunya untuk menatap langit biru yang lepas dari awan. Di bawah pohon mangga favoritnya, yang selalu memberikan buah paling manis yang paling dia suka.
Adam Darmawangsa bukanlah sosok Dosen atau Dokter yang dibayangkan Tata. Usianya mungkin setara dengan penggemar beratnya itu. Yang membuat Adam berbeda adalah, ia nyaris tak bisa bernapas.
Beberapa kanker mungkin yang menyebabkan hal ini terjadi, sekumpulan sel ganas itu telah membuat Adam kehilangan sebelah paru-parunya dan ternyata kini telah menggerogoti sebelah paru-paru yang tersisa. Pemuda dengan hidung mancung itu kini harus menghabiskan sisa waktunya yang tak lama dengan menganggap Nassal Canula sebagai anggota tubuhnya."Dam," panggil suara lembut wanita, menyentuh pundak anak paling tampannya. Meski dengan kulit pucat dan emosi yang sering berlebihan, jujur saja Adam kalah di psikis meski kuat berjuang dua tahun terakhir. Ibunya pun harus sangat berhati-hati ketika berbicara, atau Adam akan berteriak dan menyebabkan sesak.
.
Tubuh Adam memang sudah serapuh itu. Untuk berjalan pun Adam sudah tidak mampu."Ya?" tanya Adam, pandangannya teduh. Bibir plum yang kering itu tersenyum, suasana hati Adam sedikit baik karena langit.
"Mama dapat email banyak sekali. Untuk kamu, kamu pernah masukin email ke hp Mama, 'kan?" tanya si paruh baya.
"Ya?" tanya Adam lagi.
"Dia penggemarmu ingin bertemu denganmu." Adam menghela napas, mana mungkin ada yang mengidolakan dia? Dulu saat dia masih sehat tentu teman satu sekolahnya banyak yang memberikan bunga atau coklat, mengaku jatuh cinta, lalu sekarang semuanya sirna.
"Aku mati sebentar lagi siapa yang jadi penggemarku?" tanya Adam yang mulai mengerutkan dahinya, alisnya nyaris tertaut dan sebentar lagi Adam akan mengamuk. Dia sangat sensitif.
From: darmawangsadam@gmail.com
Subjek: -Terima kasih telah menjadi bagian dari literasi saya yang tidak akan sempurna tanpa Anda. Terkait hal tersebut silakan kontak manager saya di +628-5689-1234
"Serius lo dapet kontak Ibunya?" tanya Cia, dalang di balik info-info terkait penulis favorit sahabatnya itu.
"Iya, Cia. Lihat deh, Adam Darmawangsa itu seumuran kita, ganteng banget." Cia membuka mulutnya lebar-lebar saat melihat sebuah foto profil kontak baru sahabatnya. Seorang Ibu dan anak, terlihat seperti sebuah foto keluarga. Sialan, kalau begini caranya tidak hanya jatuh cinta pada tulisan malah jatuh cinta kepada orangnya.
"Dan, Adam Darmawangsa akan ulang tahun besok malam. Gue diundang sama nyokapnya." Mereka berdua berteriak kegirangan, sebelum sebuah buku sejarah terlempar ke depan meja. Salah siapa berteriak di perpustakaan?
WhatsApp.
Tatatatata
Mas Adam suka apa ya, Tante? Ini saya lagi nyari kado. Maaf menanyakan hal yang tidak penting.Sania
BukuTatatatata
Gak ada buku yang lebih bagus dari JenggalaSania
Itu menurut kamu, menurut Adam ada. Dia suka pohon, belikan saja buku tentang pohon.___
Mungkin Tata telat, pesta ulang tahun itu terlihat kacau. Kue ulang tahunnya mendarat tepat di pintu masuk, sepatu hak tingginya menginjak krim putih yang terlihat kontras dengan warna hitam miliknya.
Dekorasi di meja pun sudah turut serta berantakan di lantai, beberapa orang menutup mulutnya. Mungkin Tata melewatkan beberapa adegan, semuanya hening. Hanya tuan rumah yang bersuara.
Di tengah sana, pusat perhatian orang-orang. Sosok yang tengah berusaha mengambil napas, yang tidak asing bagi Tata. Wanita bergaun tanpa lengan itu pasti Sania, dan yang sedang merintih kesakitan itu pasti...
"Adam?" gumam Tata.
"Brengsek, siapa yang ngerayain ulang tahun orang sekarat?" Suara itu nyaris tak terdengar, teredam bunyi napas yang menyakitkan. Napas Adam tercekat meski nasal canulla masih setia menjadi organ barunya.
Sang Ayah menahan tubuhnya agar tak memberontak dan lebih lelah lagi. Sesak napas ini dia dapat dari merusak pestanya sendiri.
"Papa minta maaf, nggak ada ulang tahun iya. Kamu tenang Adam." Untuk napas pun Adam butuh sebuah panduan, Tata tidak yakin akan tahu lanjutan cerita dari tulisan Adam setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumpang [Terselesaikan]
Teen FictionTata tidak pernah berpikir bahwa penulis favoritnya---Adam Darmawangsa, bukanlah seorang Dosen atau Dokter. Tulisannya begitu bijaksana dan indah menandakan wawasan yang luas. Faktanya, penulis itu adalah remaja seusia dengan satu paru-paru, alat ba...