Jangan lupa untuk Vote dan komen
"Namanya juga hidup. Kalau gak mau punya beban hidup, mati saja"
~Theoruz~
🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️
"Dari mana saja kamu?" Tanya seorang lelaki parubaya yang masih nampak gagah.
"Bukan urusan anda" jawab Ruz dengan nada yang terkesan datar.
Charlie menghembuskan nafas kasarnya.
"Tunggu...!!" Ucap Charlie yang melihat Ruz mulai melanjutkan langkahnya.
"Kamu yakin tidak akan ikut dengan papa?" Tanya Charlie.
Sebejat apapun seorang ayah Dimata anaknya. Tentunya seorang ayah akan tetap mempunyai rasa sayang kepada anaknya.
"Tidak" jawab Ruz singkat lalu melanjutkan kembali langkahnya yang terhenti.
Ruz membuka Pintu kamarnya. Melemparkan tas yang ia bawa ke sembarang arah lalu merebahkan badannya di kasur berukuran king size.
"Theo kangen bunda" lirih pemuda itu.
Perlahan matanya menutup seiring dengan rasa kantuk yang mulai datang.
~©~
"Anin pulang...!" Teriak seorang gadis.
Namun, sahutan itu tidak ada yang menjawab. Dan Anin? Dia pun hanya tersenyum singkat. Lebih tepatnya tersenyum miris.
"Eh, non udah pulang?" Tanya bi Emi
"Iya, bi" jawab Anin
"Mau makan apa non? Nanti bibi masakin" ucap Bi Emi lembut
"Nasi goreng sama ayam goreng ajh bi" jawab Anin dengan senyumnya.
"Oke Jon. Bibi ke dapur dulu ya. Non bersih bersih badan dulu nanti bibi panggil kalau makanannya sudah siap" ucap Bi Emi.
"Oke, bi" jawab Anin yang kemudian melangkah menuju kamarnya.
Anin merebahkan dirinya di kasur empuk kesayangannya.
"Hffftt..." Hela nafas angin.
"Banyak uang, tapi sedikit kasih sayang. Kalau kasih sayang bisa dibeli, mungkin gw jadi yang paling bahagia di dunia." Monolog Anin sambil menatap langit langit kamarnya.
"Kalau gw gak ada, mungkin mereka baru sadar kali ya kalau gw juga butuh waktu sama perhatian mereka. Gak cuma pekerjaan ajh yang mereka pentingkan" lanjutnya lagi yang masih menatap langit-langit kamarnya.
Tak ingin lebih lama merenung, Anin segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
~©~
Setelah membersihkan dirinya, Anin pun mengambil handphone untuk menghubungi Cellsi.
"Cell..." Sahut Anin dengan handphone yang bertengger di samping telinganya
"Apa nin?" Tanya Cellsi
"Mmm...Lo punya no handphone kak Ruz gak?" Tanya Anin to the poin
"Lah...buat apa?" Tanya Cellsi di sebrang sana dengan muka heran.
"Enggak buat apa apa sih. Punya gak?" Ucap Anin
"Punya punya. Bentar...gw kasih" Ucap Cellsi lalu mematikan sambungan telfonnya
Tak lama satu notifikasi pun masuk
Cell
+6285********
Tuh nomornya. Jangan nangis kalau gak di save sama kak Ruz haha"Biadab si Cellsi. Masa gw gak bakal di save sama kak Ruz " gerutu Anin.
"Oke nin, saatnya Lo mendekati Kak Ruz" ucapnya dengan senyum girang.
Baru saja ia akan menekan keyboard nya. Suara ketukan pintu terdengar
"Siapa?" Tanya Anin sambil melirik ke arah pintu.
"Bibi non. Itu makanannya sudah siap " ucap bibi dari luar kamar.
"Iyaa bi, nanti Anin turun" ucap Anin.
"Iyaa non" jawab bibi.
Anin pun meletakkan handphone nya dan turun dari ranjang menuju ke meja makan. Waktu masih menunjukan pukul 4 sore. Ayah dan mama nya tentu saja tidak akan pulang sebelum jam 9 malam.
Pukul 19.34
Anda
Di sv kak😁Hanya itu yang Anin ketik.
Lama ia menunggu namun tak ada balasan.
Pukul 19.53
Kak R
?Itulah nama Yang ia save untuk nomor Ruz. "Kak R"
"Singkat amat ya Allah" gumam Anin yang melihat balasan dari crush nya hanya "?"
Anda
Anin kak. Di sv oke!Lama tak ada balasan akhirnya Anin memutuskan untuk tidur karena jam sudah menunjukan pukul 20.47
Menunggu itu melelahkan bukan?
Lantas mengapa mengejar, sementara menunggu saja sudah melelahkan?Sadar berjamaah yuk!!
Jangan sabar mulu.🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️
Bersambung
Cukup sekian.
Tidak ada note untuk hari ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear R
Teen FictionDear R Bertemu denganmu adalah keberuntungan dan Mencintaimu adalah kebahagian Dia... Adalah lelaki yang paling kucintai, . Si lelaki sederhana, . Lelaki dengan sejuta pesona . Lelaki penyuka Musik "menjauh untuk menjaga" ~ by R ____________...