CHAPTER 4

18 4 0
                                    

Jangan suka berharap sama manusia. Banyak sakitnya

~Theoruz~

🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️

Pagi pagi sekali Anin sudah Mendengar keributan di rumahnya.

"Aku bilang aku gak ada apa apa sama sekretarisku"

"Mau sampai kapan kamu ngelak? Aku tau kamu selalu pulang malam, gak ada di rumah, karena kamu sama sekertaris kamu yang kecentilan itu"

"Aku kerja juga buat kamu sama Anin. Gak ada yang lain. Harusnya kamu yang diam di rumah. Ngurus Anin"

"Aku gak mungkin ninggalin pekerjaan aku. Aku kerja itu sebelum aku nikah sama kamu"

Mati Matian Anin menahan air matanya agar tidak jatuh.

Ini yang paling ia benci, mendengar orang tuanya bertengkar. Walau tidak didepan dirinya. Tapi mendengar pertengkaran orang tua itu juga membuat anaknya sedih.

Bukankah semua anak ingin hidup bahagia tanpa mendengar teriakan, Bentakan di rumah?

Anin pun menarik nafas dan membuangnya. Ia kemudian keluar dari kamarnya untuk berangkat sekolah.

"Mah, yah!" Panggil Anin

Kedua orang tuanya langsung berhenti beradu mulut dan menatap Anak semata wayang mereka.

"Nin!" Ucap ayah sambil menatap Anin.

"Anin berangkat ya" pamit Anin lalu mencium punggung tangan kedua orang tuanya dan pergi dari rumah , seolah semuanya baik baik saja.

Di dalam mobil, Anin menatap jalanan yang tidak macet. Tentu saja karena ini masih pagi.

Sampai di parkiran sekolah, ia langsung merubah mimik wajahnya menjadi ceria.

"Oliveeeee" panggil Anin pada Cellsi.

"Aninku sayang. Pliss, Call Me Cellsi, not Olive" peringat Cellsi pada Anin.

Sudah menjadi kebiasaan Anin saat bahagia atau marah, selalu memanggil Cellsi dengan olive.

"Hehe...sorry Cell" ucap Anin dengan cengengesannya.

"Eh...btw, kak Ruz udah datang?" Tanya Anin sambil melirik sekitar parkiran.

" Meneketehe. Gw bukan emaknya. Dan...gak mungkin kakak Ruz jam segini udah di sekolah. 5 menit lagi bel, baru noh nongol" ucap Cellsi menjelaskan pada Anin dengan sedikit ngegas.

" Tunggu... Kayaknya ada yang salah deh sama Lo" ucap Anin sambil menatap wajah Cellsi.

Cellsi menautkan alisnya tanda tak mengerti.

" Idih " ucap Cellsi.

" Gw tebak Lo ditolak lagi sama cowok" tebak Anin yang seketika membuat Cellsi memeluk Anin dan menangis.

" Lebih parah ini mah nin hiks..." Ucap Cellsi sambil menangis.

"Terus apa?" Tanya Anin.

Dear RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang