Jangan lupa vote dan komen ya...
H A P P Y R E A D I N G
Ruz dan Anin kini sudah sampai di halaman rumah Anin sekitar pukul setengah delapan.
"Makasih kak untuk hari ini" ucap Anin senang.
"Sama sama" jawab Ruz singkat.
"Mau mampir dulu gak? Kan kakak pasti kedinginan, siapa tau mau minum kopi atau teh dulu" tawar Anin. Tentu saja, malam hari ini sangat dingin. Anin hanya takut Ruz akan sakit.
"Gak usah gue pulang aja" jawab Ruz.
"Yaudah kalau gitu. Hati hati" ucap Anin di angguki Ruz. Lalu motor itu melesat pergi dari depan gerbang rumah Anin.
Anin yang masih melihat itu tersenyum. Seketika ia teringat dengan momen saat menyaksikan senja bersama. Ah, itu sangat romantis dan sangat manis.
Anin pun masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang berbunga bunga.
Namun senyumnya luntur seketika saat mendengar suara teriakan dari dalam rumah.
"Aku capek mas. Setiap hari cuma ngurus Anin dan kamu seenaknya keluar bisa ketemu sama siapapun. Makanya aku kerja" suara lantang mama terdengar oleh Anin yang sedang di ambang pintu.
"Itu sudah tugas kamu sebagai seorang ibu dan istri. Aku keluar juga kerja bukan main atau keluyuran gak jelas. Saya hanya mau kamu diam di rumah mengurus Anin dan rumah ini " balas ayah tak kalah nyaringnya.
"Kamu kira ngurus anak gampang? Aku udah rela rela dulu ninggalin karir aku demi nikah sama kamu, bahkan badan aku sampai jelek cuma supaya ngandung anak kamu" teriak mama semakin kencang.
"Jadi kamu menyesal menikah dengan saya dan melahirkan anak saya, begitu? Hah? Apa kamu gak mikirin perasaan Anin?" Tanya ayah yang kini sudah melemahkan suaranya.
Ia bisa saja memarahi istrinya ini. Namun, saat mendengar pernyataan tentang putrinya, hatinya mendadak sakit.
"Udah deh. Intinya aku mau cerai. Kamu juga udah punya yang lain kan. Sama sekertaris kamu itu" tuduh mama.
"Aku gak ada apa apa sama sekertaris ku di kantor. Kamu itu selalu berfikiran negatif, ini yang aku gak suka dari kamu yang sekarang" balas ayah
"Owh, bagus dong kamu gak suka aku. Jadi kita bisa cerai." Ucap mama senang.
"Cerai. Cerai. Cerai. Itu aja, aku mikirin Anin mah, dia masih butuh orang tua yang lengkap"
"An-"
"CUKUP...!!" teriak Anin membuat perdebatan itu terhenti.
Dilihatnya Anin oleh kedua orang tuanya. anaknya. Putrinya. Putri yang mereka abaikan dan memilih untuk bekerja. Putrinya, yang dulu selalu ceria dan tak pernah terlihat menitikkan air mata. Kini, mereka melihat putrinya dengan air mata yang menggenang di pelupuknya.
"Cukup...!!" Lirih Anin.
"Kalian gak cape? Kalian gak cape tiap hari berantem, teriak teriak. Gak cape? HAH..!!" ucap Anin. Air matanya jatuh tanpa bisa ia cegah.
Ayolah, baru saja ia bahagia, namun harus dijatuhkan kembali dengan realita yang ia terima.
"Tiap hari, adu bacoot...terus. aku aja yang denger cape loh" ucap Anin.
"Kalian pikir aku baik baik saja liat kalian kaya gini? Cerai? Cerai ajh sekalian. Kehadiran kalian tuh gak guna tau gak. Gak bisa bikin aku bahagia. Bisanya cuma buat luka doang.
Figur kalian sebagai orang tua tuh gak ada sama sekali. Papa bilang apa tadi?
Papa bertahan sama mama karena aku butuh sosok orang tua lengkap?" Ucap Anin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear R
Teen FictionDear R Bertemu denganmu adalah keberuntungan dan Mencintaimu adalah kebahagian Dia... Adalah lelaki yang paling kucintai, . Si lelaki sederhana, . Lelaki dengan sejuta pesona . Lelaki penyuka Musik "menjauh untuk menjaga" ~ by R ____________...