CHAPTER 7

13 4 0
                                    

Jangan lupa vote nya...

Seorang gadis memakai seragam putih abu berjalan dengan riang menghampiri seorang pemuda yang gagah.

"hai kak" sapa Anin dengan senyuman yang indah.

Ruz melirik sekilas lalu menutup novel yang ia baca

"Apa?" Tanya Ruz.

"Hehe. Mau tanya ajh. Kakak ada acara gak kali ini?" Tanya Anin.

Ruz menaikan sebelah alisnya.

"Ekhem. Gini, maksud Anin, Anin mau ngajak kakak ke Gramedia buat beli beberapa novel katanya sih ada novel terbaru" ucap Anin.

"Gw sibuk" jawab Ruz singkat

Namun hal itu justru membuat Anin semakin tertantang untuk meluluhkan hati sedingin es milik Ruz.

"Pliiis...kali iniiii ajh!!!" Pinta Anin memelas. Ia pun membuat aegyo andalannya agar Ruz bisa luluh.

Melihat keimutan dari Anin membuat Ruz diam.

"Lucu" batin Ruz.

"Oke. Kali ini ajh" ucap Ruz singkat lalu pergi.

Anin memekik kegirangan.

"Yes. JAM 3 YA KAK. JANGAN LUPA !!" teriak Anin girang.

Sementara Ruz, diam diam dia tersenyum melihat tingkah Anin.

Akhirnya waktu dimana Anin dengan rencananya yang akan menghabiskan waktu bersama Ruz sudah tiba.

"Kakak suka novel yang mana?" Tanya Anin pada Ruz.

Keduanya sedang menyusuri ram tak tinggi yang diisi penuh oleh buku novel.

" Dear j " jawab Ruz

"Dear j? Tapi kan itu tokohnya idol Korea semua. Jarang ada cowok yang suka sama novel tokohnya idol Korea" ucap Anin membalas jawaban Ruz sambil berfikir.

"Ada saatnya seseorang hanya tertuju pada alur, tidak melihat visual dari tokohnya." Jawab Ruz sambil menerawang, entah apa yang dia pikirkan.

Anin menatap wajah tampan Ruz yang sedang menatap langit langit Gramedia.

"Kenapa kakak suka Dear J?" Tanya Anin menatap Ruz dalam.

Ruz menatap Anin. Lama mereka saling beradu mata akhirnya Ruz berbicara.

"Lo tau pemeran utamanya?" Tanya Ruz dengan cepat di angguki oleh Anin.

"Jung jeha dan na jaemin" jawab Anin

Ruz mengangguk

"Lo tau siapa yang tersiksa ?" Tanya Ruz kemudian Anin mengangguk

"Na jaemin"

"Salah" ucap Ruz cepat

"Terus?" Tanya Anin dengan alis berkerut.

"Paling tersiksa itu Jeno. Mungkin bener kalo jaemin tersiksa. Tapi tanpa orang lain tau, bahwa Jeno lebih menderita. Semua terjadi akibat jaemin yang merebut jeha dari Jeno. Dan juga kutukan" ucap Ruz.

"Aku gak ngerti" ucap Anin polos menatap Ruz.

"Udah lah. Cepetan Lo mau beli yang mana" ucap Ruz mengalihkan pembicaraan.

"Kayaknya ini ajh, 3 juga cukup" ucap Anin diangguki oleh Ruz kemudian keduanya pergi menuju kasir untuk melakukan pembayaran.

"Makasih buat waktunya kak" ucap Anin saat sudah keluar dari Gramedia.

Ruz mengangguk. "Gw pulang" ucap Ruz lalu pergi.

Setelah taksi yang ditumpangi Ruz melaju, Anin batu ingat bahwa ia juga membelikan sebuah novel untuk Ruz

"Aish... Bisa bisanya gw lupa" akhirnya ia pun mencari taksi dan mengikuti Ruz.

Dirinya berhenti di sebuah rumah mewah. Benar benar mewah dan elegan.

"Gilaa!! Gede banget rumah kak Ruz" monolog Anin sambil menatap rumah besar dihadapannya.

"Non cari siapa?" Tanya seorang lelaki paruh baya. Mungkin satpam penjaga gerbang rumah Ruz

"Ah, saya Anin pak, temennya kak Ruz" ucap Anin sopan

"Oalah. Nyari den Ruz ya? Ada di dalem. Masuk ajh non" ucap pak satpam.

Anin pun mengangguk dan masuk.

Namun...

Prang...

"Bisa gak sih, Lo jangan bawa bawa wanita ular ini. Gw eneg liatnya" teriak seseorang dari dalam rumah

"Jaga bicara kamu Ruz " teriak lelaki lagi.

"Ruz? Kak Ruz?" Batin Anin heran.

Anin mendekatkan tubuhnya pada pintu dan melihat kekacauan yang terjadi. Vas bunga yang pecah dan seorang gadis yang sedang menangis di pangkuan wanita paruh baya yang mungkin ibunya.

"Anda saya biarkan memilih kebahagiaan anda. Dan jangan pernah anda temui saya apalagi sampai membawa wanita yang telah membunuh bunda saya" teriak Ruz.

Bugh...

Papa Ruz, Charlie memukul wajah Ruz keras hingga membuat Ruz terjungkal.

Anin langsung melotot dan menutup mulutnya kaget

"Hahaha" tawa Ruz sambil menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya akibat pukulan Charlie.

Charlie yang sadar telah melukai putra satu satunya itu menatap Ruz menyesal.

"Theo papa min-"

"STOP...!!" Terima Ruz nyaring memotong ucapan papanya.

"Lo pergi atau gw yang pergi?" Tanya Ruz

"Theo pap-"

"Jangan pernah anda memanggil saya dengan sebutan itu. Hanya bunda yang berhak. Tidak dengan anda" teriak Ruz marah.

Ruz pun keluar dari rumah. Namun dirinya kaget saat melihat Anin yang sudah berkaca kaca.

"Kak" lirih Anin sedih.

Ruz yang melihat itu langsung melanjutkan kembali langkahnya.

"kak. Kak!!" Panggil Anin dan langsung berlari mengikuti Ruz.




Bersambung...

Ada yang pernah ngalamin sama kyk yang Ruz alamin?

Atau disini ada yang broken home?

Semangat

Pokoknya apapun masalahnya, jangan sampai akhiri hidup. Cukup selesaikan Masalah nya, bukan selesaikan hidup kalian.

Intinya, kalian harus nyari seseorang yang bener bener selalu ada buat kalian dalam keadaan apapun.

Jangan tanggung beban kalian sendiri. Berbagi, curhat, agar nantinya gak jadi penyakit batin dan kena Pada mental.

Karena rasanya nahan Isak tangis gara gara ngeliat ortu berantem Mulu tuh sakit. Ditambah gak ada teman yang bisa di ajak berbagi.

Jadi....keep strong all...

We are the best...

Jangan lupa vote sama komennya

Komen next untuk chapter selanjutnya

Babai....

Dear RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang