"Ah kamu mah malu-maluin aja, yang."
"Ya aku mana tau kalau baksonya loncat."
Obrolan yang sangat bermutu dari sepasang kekasih yang sedang berjalan ke arah tempat parkir, menuju motor milik Jeffian. Setelah kejadian tadi akhirnya Tisha meminta maaf dan mengganti semangkuk bakso milik gadis tak dikenal itu, "Dia maba ya? Kelihatan dari pdh nya, pantes kamu nggak mau ribut. Mustinya ribut aja kamu kan mantan komdis ala-ala." komentar Tisha sembari mengenakan sweater milik Jeffian. Awan terlihat mendung dan Jeffian memberikan sweaternya pada si cantik itu.
"Kenapa aku yang ribut?"
"Itu kan yang loncat masih bakso kamu, yang."
"Iya juga. Kasian tapi, yang. Emang kamu tega?"
"Engga lah."
"Omong-omong aku logistik bukan komdis."
Tisha tertawa sembari memasang helmnya, bersiap pulang karena sepertinya sebentar lagi hujan akan turun. Namun sepertinya mereka salah arah, di pertengahan jalan hujan turun dengan lebat. Mau tidak mau, mereka berdua berteduh sementara di sebuah minimarket. "Yang, mau jajan nggak?" tawar Jeffian karena sedari tadi Tisha hanya bersandar di bahunya dan itu cukup membuatnya pegal.
Mendengar itu Tisha langsung memasuki mini market tersebut, "Gas." katanya. Diikuti oleh Jeffian, kemana arah Tisha pergi mengambil makanan diantara rak-rak disana.
Pilihan Tisha jatuh pada satu kotak biskuit dan sebotol air mineral setelah memutari rak disana, tidak peduli Jeffian yang mengikutinya dari belakang dengan lelah. "Jadi totalnya dua belas ribu lima ratus, ada lagi?" ucap gadis penjaga kasir.
Jeffian yang berada tepat dibelakang Tisha, menunjuk sebuah alat kontrasepsi disana. "Durex satu, mbak." ucapnya yang sukses membuat Tisha menoleh ke arahnya dan membulatkan mata serta refleks memukul lengan lelaki itu.
"Nggak, mbak! Ini aja."
"Sama rokok, mbak. Marlboro merah."
Gadis penjaga kasir itu menahan tawanya namun Tisha memasang wajah kesal, ia kesal karena pacarnya ini sering kali menggodanya. "Debit bisa?" tanya Jeffian yang langsung mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompetnya. Tisha yang nampak acuh dan tetap memakan biskuitnya pun teralihkan perhatiannya pada kartu atm milik Jeffian itu.
.
.
.Polesan masker dingin menyentuh wajah Tisha, sambil tetap berada di panggilan video bersama Teresa. "Waktu makan sama gue di warmimdo itu, dia bilang nggak ada uang cash. Sedangkan itu warmindo belum bisa make e-wallet. Yaudah gue bilang bayarnya sama gue aja, itu total tiga puluh berapa gitu deh." jelas Tisha sembari meratakan masker diwajahnya.
Teresa menyimak dengan serius ucapan Tisha, "Oh itu pas makan lo yang bayarin? Mokondo nggak sih?" tanya Teresa diujung sana, sedang merebahkan diri dan bermain ponsel.
"Gue nggak kepikiran mokondo lah, maksud gue itu tadinya duit cash cuma gocap mau buat ngegantiin bensin Ejej. Gila kali anter jemput nggak gue gantiin bensinnya."
"Terus."
"Gue bilang lah, ini ada cash tapi nanti buat beli bensin kamu. Peka banget gue coy itu bensin tinggal satu strip gue beliin."
"Ngakak dah, terus kata dia apa?"
"Nggak usah, yang. Ini kuat sampe rumah kamu. Gue yaudah iya-iya aja, terus kemaren makan bakso juga gue yang bayar karena gue yang mesen duluan kan. Mana itu bakso nya loncat, kan anjir. Agak miris ini bocah gua lihat rokok aja ketengan, ya gue mikir lah apa Ejej ini orang yang biasa aja."
Mendengar penjelasan dari cerita si cantik itu membuat Teresa tertawa, siap menghujat pacar Tisha jika kenyataannya benar lelaki itu hanya memanfaatkan Tisha. "Tapi gue lihat kemaren, cowok lo make barang ada merk deh. Kayak apa ya? Nggak mungkin biasa aja?" kata Teresa agak kurang yakin.
Tisha menghela nafasnya, "Maksud lo tuh kemeja sama celana prada hasil ngethrift?" sahut si cantik. Membuat Teresa disana tertawa lagi, aneh memang pasangan ini.
"Kok lo tau itu barang thrift?"
"Oh iya, bocahnya ngajakin ngethrift kemaren di pasar senen." Tisha ingat bagaimana Jeffian mengajaknya untuk sekedar mencari celana di pasar itu, benar-benar sesuatu.
Mereka akhirnya tertawa bersama, sayang sekali Twinkie tidak ikut bergabung karena sedang dalam misi mencari telur gulung di daerah rumahnya yang baru. "Gue nggak perhitungan sih, Ter. Soalnya kan kalau kemana-mana sama doi, bensin juga lagi mahal. Tapi lo tau apa? Bukan Ejej yang mustinya gue kasihanin, tapi gue!" ujar Tisha penuh penekanan.
"Kenapa emang?"
Tisha mendekatkan wajahnya bermasker itu kearah webcam laptop miliknya, "Gue ambil biskuit sama air doang di minimarket dia bayar pake kartu prioritas, apa nggak anjing namanya?"
"HAHAHAHA"
"Kayak... lo bisa beli gue sekalian pake itu kartu." ucapnya gamblang, tidak menutup kemungkinan Jeffian akan membeli dirinya nanti dan jika itu terjadi Tisha tidak akan kaget.
an.
🤗🤗🤗🤗🤗
