Tisha memarkirkan motornya didalam garasi kost Jeffian, hari ini libur dan ia mengunjungi pacarnya dengan totebag berisi makanan. Pasti ia belum makan, "Eh Tisha, Ejej di dalem. Masuk aja." sapa Jack yang sedang berjongkok, memperbaiki motor yang entah milik siapa. Gadis itu tersenyum lebar dan mengambil kunci motornya.
"Ejej, ada Tisha nih." Teriak Jack seraya bangkit dari tempatnya. Ia membersihkan tangannya di bawah aliran air kran dekat kolam ikan lalu berjalan masuk ke arah dapur kotor, tidak berselang lama suara ribut terdengar dari dalam rumah tersebut.
"Ayang, ayang, ayang, ayang." Jeffian berlari keluar dari pintu utama, sembari membenarkan celana pendek coklat yang ia kenakan. Tisha berhenti melangkah, menatap Jeffian yang mendekati dirinya dan tersenyum.
Bruk
Jeffian menubruk tubuh kecil Tisha dan memeluknya erat seperti tidak bertemu beberapa bulan, "Kangen." katanya. Setelah puas berpelukan, Tisha menyingkap poni depan Jeffian. Meraba plester demam bayi yang menempel di dahi pacarnya, lalu menepuk pipi Jeffian yang masih terasa hangat.
"Masih anget pipinya." Jeffian mengangguk dengan bibir melengkung dan mengangguk pelan ketika Tisha menangkup pipinya. Mirip, seperti anak kecil yang sedang mengadu kesakitan.
Jack sudah mengganti baju dan celana, berjalan mendekati sepasang kekasih yang sedang melepas rindu berlebihannya itu. "Tish, pinjem motor." ujarnya, Tisha langsung memberikan kunci vespa matic miliknya kepada Jack. Sepertinya Jack terburu-buru dan tidak ada motor lagi disini.
"Motor lo kenapa ini Jack?"
"Gue benerin rem nya. Eh, gue ke depan dulu jemput Aaron. Nitip Ejej ya, Tish."
"Okay."
Jack pergi dengan motor milik Tisha, sedangkan Jeffian memeluk Tisha kembali. Ia sangat merindukan gadisnya, padahal mereka kemarin bertemu tapi entahlah Jeffian merasa selalu merasa ingin disayang oleh Tisha. Perlahan gadis cantik itu menepuk pundak Jeffian agar melepaskan pelukannya, "Ayo mam yuk, aku buatin ayam kecap." ajaknya.
.
.
.
"Ayo mana aaa nya?" Tisha akhirnya menyuapi Jeffian yang duduk disampingnya, fokus bermain game di ponsel. Lelaki itu bisa makan sendiri, Tisha tahu. Tapi, Jeffian merengek ingin disuapi katanya ia sudah lama tidak disuapi ibunya.
Agak aneh.
Ceklek
Pintu utama terbuka, Aaron menyeret tasnya. Ia baru saja pulang dari acara makrab di suatu daerah dekat puncak, maklum mahasiswa aktif organisasi. Tisha hanya meliriknya begitu Aaron memasuki kamarnya, "Cowok lo jangan di manjain terus, Tish. Ngelunjak tar." ujarnya.
Tisha menatap Jeffian yang acuh, "Nggak apa-apa ya? Ayo aa lagi ayang." ucapan Tisha membuat Aaron berdecak dan menutup pintu kamarnya. Pasangan itu sama saja, seperti remaja yang baru berpacaran.
Seperginya Aaron, Jack datang membawa sebungkus makanan karena ia pikir Tisha tidak membawa makanan. "Thanks, Tish. Itu motor lo agak nggak enak dinaikin, lo ganti oli nggak sih?" ujar Jack seraya menaruh bungkusan makanan tersebut dan kunci motor Tisha.
Gadis cantik itu berhenti menyuapi Jeffian, menatap Jack yang berdiri dihadapannya. "Oh iya? Itu digantiin ayah kok. Udah dari bulan apa ya? Sepuluh bulan lalu?" ya, seingat Tisha seperti itu. Memangnya ada masalah ya?
"Uhuk!" Jeffian tersedak makanan yang tersisa dimulutnya, bisa-bisanya Tisha tidak mengganti oli motor sejak sepuluh bulan lalu.
Jack tidak habis pikir, ia menggelengkan kepalanya dan berjalan ke arah dapur. "Ah kamu mah, yang. Yaudah besok aku bawa motor kamu." Tisha mengangguk sambil mencebilkan bibirnya dan menghabiskan makanan Jeffian yang masih tersisa dipiring, lagipula Tisha jarang kok menggunakan vespa. Takut jika kendaraannya tergores saat di lampu merah.
