Hari ke 5.

1.1K 198 10
                                    


Jefffian menunggu pacar cantiknya itu selesai kelas, hanya berdiri di koridor seperti orang hilang dan sesekali ia mengintip kelas Tisha. Lama sekali, pikirnya. Hari ini kelas Jeffian ditiadakan karena dosennya berhalangan hadir, jadi sedari tadi lelaki tampan ini hanya menunggu Tisha. "Yang, kamu ngapain disini?" tanya Tisha sedikit berbisik setelah beberapa detik lalu keluar dari kelas, menggandeng Jeffian agar menyingkir dari depan kelasnya.

"Nungguin kamu." jawab lelaki itu dan Tisha berdecak malas, meninggalkan Jeffian yang bingung sendiri dan bertanya-tanya dalam hatinya apakah yang ia lakukan salah?

"Yang!" lanjutnya lagi sambil mengejar pacarnya yang berjalan menuju tangga, nyatanya Jeffian panik karena Tisha sepertinya tidak suka. Pikiran negatif mulai bercabang dikepala lelaki itu, bagaimana jika nanti Tisha kecewa? Lalu mereka putus? Oh tidak-tidak, itu mimpi buruk Jeffian.

Namun, Tisha tidak marah. Ia hanya takut jika pacarnya ini mengundang banyak perhatian teman sekelasnya, itu terlihat jelas. Lagipula gadis mana yang tahan untuk tidak melihat lelaki rupawan dengan model rambut comma, tinggi, dan berbalut kemeja flanel hitam yang tidak dikancing berdiam diri di depan kelas mereka?

Sekarang Jeffian sudah menyamakan langkahnya dengan snag pacar, "Kenapa sayang, bilang. Aku ada salah kah?" kata Jeffian. Dengan masih tetap berjalan, Tisha sedikit mendongak menatap pacarnya lalu sedikit mengerucutkan bibirnya.

"Jangan nunggu di depan kelas, temen-temen ku lihatin kamu terus!"

Oh, marah.

"Tadi mau nunggu di lobby tapi rame sama anak fk, minder."

Plak

Tisha memukul lengan Jeffian cukup kelas, lalu sepersekian detik kemudian ia mengusapnya dengan sayang dan memeluk lengan kanan lelaki itu. "Pacarku nggak leh minder, pacarku ganteng, pacarku bau oli, aku sayang pacarku." ucap Tisha dengan nada ceria dan tertawa kecil. Sukses membuat pacarnya terkekeh lalu mengusap kepala Tisha menggunakan tangan kirinya.

"Lucu banget, pacar siapa ini?" tanya Jeffian sembari mencubit pipi putih Tisha, gemas karena pacarnya ini sangat jauh di luar ekspektasi. Ia kira tadinya Tisha akan marah. Minimal menonjok wajahnya, lelaki tampan ini sudah was-was tadi.

Tisha semakin menempel pada lengan Jeffian, tersenyum ceria memperlihatkan giginya yang tertata rapih, "Pacar Ejej, Ejej pacarku hehe." gadis itu menjawab dengan sangat tepat. Toh, si cantik itu tidak peduli jika saat ini pacarnya sedang menahan diri untuk tidak membawaTisha pulang kerumahnya.

"Mau berkelana kemana kita, yang?" tanya Jeffian ketika mereka sampai di tempat parkiran mobil, ia memarkirkan mobilnya di tempat khusus staff. Tisha sampai tercengang, apa yang dipikirkan pacarnya ini? Merasa sudah seperti dosen?

Tisha masih tidak percaya, "Kok kamu parkir di tempat staff? Kamu nggak takut kena denda? Kamu kayak punya uang aja buat bayar denda." tanya gadisnya heran. Jeffian berdiri di depan pintu mobilnya dengan pandangan tidak percaya, kenapa Tisha syok karena tempat parkirnya? Bukan karena mobilnya? Ini adalah Civic Type R, tidak lihat kah Tisha?

Gadisnya itu langsung masuk ke dalam mobil milik Jeffian, tidak peduli dengan pacarnya yang masih tidak percaya. "Oh oke." ujar lelaki itu pelan, lalu memasuki mobilnya.

.

.

.

Mereka akhirnya mendatangi sebuah pusat perbelanjaan yang baru saja buka belum lama ini, itu karena Jeffian dan Tisha tidak lagi memiliki jadwal perkuliahan. Betapa senangnya si cantik diajak pergi kemari, ia sudah merencanakan sesuatu untuk membeli barang lucu tidak berguna lagi. Jeffian yang sudah menduga jika hal ini akan terjadi, ia menyempatkan diri untuk menutup mata Tisha saat berjalan di depan toko aksesoris.

liéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang