Hari ke 6.

994 195 10
                                    

"Yang, kamu kok kayak orang nggak keurus gitu?"

Jeffian datang dan duduk disamping Tisha, gadisnya itu dengan sigap mengambil tisu basah dari dalam tasnya. Pacarnya baru saja kabur dari mata kuliah terakhir siang ini dan tampilannya sangat berantakan, rambutnya berantakan, terdapat banyak bercak oli ditangannya, wajah Jeffian juga terlihat sangat lelah, jangan lupakan wearpack biru tua yang hanya ia pakai bagian celananya dan kaus hitam. "Aku emang nggak keurus, yang." jawab Jeffian pasrah bersama tatapan kosongnya.

Jantung Tisha hampir copot, tetap membersihkan tangan Jeffian dengan tisu basah lalu engusap wajah tampan pacarnya yang berkeringat itu dengan tisu kering. "Kamu agak pucet, belum sarapan ya?" tidak ada jawaban, hanya anggukan dari lelaki itu. Tisha menghela nafasnya pelan, mengambil sisir dan ikat rambut miliknya lalu mengikat poni Jeffian dengan telaten.

Tampilan pacarnya sudah lebih baik sekarang, "Aku belum ketemu nasi dari kemaren siang." ujar Jeffian dengan suara pelan dan Tisha mendengar dengan sangat jelas.

Sedikit melirik kearah jam tangan miliknya, Tisha memukul lengan Jeffian pelan namun setelah sadar ia mengusapnya dengan kasih sayang. Harusnya ia tidak memukul lelaki itu, kasihan dia. "Aku udah pesen nasi, sama soto. Makan dulu habis itu ke bengkel lagi." tutur Tisha sambil masih menyeka keringat sang pacar.

Praktik yang lumayan panjang, sekarang jam dua siang dan Jeffian kabur dari bengkel untuk menemui si cantik miliknya. Ini mata kuliah terakhir untuk hari ini, ia bisa mengejar praktikum nya nanti. Jeffian hanya ingin makan dan melihat wajah Tisha, "Minum, aku udah pesen makannya." kata Tisha lagi. Mengambil sebotol air mineral miliknya untuk di berikan kepada Jeffian,takut kalau pacarnya dehidrasi.

"Kok bisa kamu belum ketemu nasi? Kamu nugas?"

"Aku main emel."

"Menang?"

"Losestreak."

Tisha langsung menyembunyikan wajahnya diantara lipatan tangan diatas meja, lelah berbincang dengan sang pacar. Hingga tidak sadar Jeffian sudah menyantap makanan yang dipesan Tisha tadi, "Dah mam yang banyak, aku nunggu di cafe gerbang belakang nanti. Jadi kamu dari parkiran nggak usah nyebrang, denger nggak Ejej sayang?" tanya gadis itu seraya menangkup wajah Jeffian membuat lelaki itu mengangguk paham.

.

.

.

Pukul tujuh malam, Jeffian keluar dari tempat tinggal yang ia huni hanya berkaus hitam dan celana rumahan pendek berwarna coklat. Sedikit tergesa membuka pintu pagar karena pacarnya datang malam ini, "Macet nggak tadi?" tanya Jeffian basa-basi seraya mengambil sebuah paper bag dari tangan Tisha.

"Nggak, abang ojol nya lewat jalan tikus."

Tisha sengaja datang malam ini karena memang pacarnya nakal, lelaki itu senang sekali melewati makannya dan mengganjal perut gembul nya itu dengan secangkir kopi juga rokok. "Oh ini rumah mu, yang? Mana mama papa mu?" Tisha agak terkesima karena bangunan yang dihuni pacarnya ini lumayan besar dengan dua mobil dan satu motor di garasinya.

"Ini kost, yang. Aku kan udah cerita, dulu rumah Hunter sih. Cuma kan dia sama ortunya udah pindah." jawab Jeffian sebelum masuk ke dalam dapur kotor, meninggalkan Tisha yang sedang berjongkok melihat ikan-ikan yang sedang berenang di kolam kecil sebelum pintu utama.

"Oh iya? Pindah kemana?"

"Itu sebelah." tunjuk Jeffian pada rumah disebelah kanan. Rumah mewah bergaya modern minimalis, Tisha tidak bisa tidak membuka bibirnya ketika menatap rumah tersebut dari dekat kolam. Jeffian hanya menghela nafasnya dan berjalan kembali kearah Tisha untuk menaikkan dagu gadis itu, lalu ia kembali ke dapur.

liéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang