Seorang lelaki cukup tampan melepas jaket kulit hitam miliknya dan duduk diantara kedua temannya disana, "Ejej mana, bang?" tanya Aaron yang duduk paling ujung setelah bertukar pesan dengan gadisnya.
Hunter ㅡlelaki yang baru datang itu langsung bersandar di kursi, "Lah kagak tau, gue balik bimbingan kesini. Lo kan temen kost nya." jawabnya sembari mengambil rokok dari atas meja.
"Kagak ada di kost."
Rutinitas tidak wajib bagi mereka adalah nongkrong, apalagi? Walaupun tidak penting, mereka anggapnya penting. Toh, mereka yang ada disini sebenarnya tidak memiliki teman lain, agak miris ya. "Hun, gue kemaren habis pasang spakbor kok habis mahal banget." ujar Daniel setelah selesai bermain gamr battleground di ponselnya.
"Ye pasang sendiri juga sabi, Dan. Kemaren gue dipasangin sama Ejej." katanya sebelum membuang asap rokoknya. Daniel hanya berdecak, agak menyesal karena tidak memanfaatkan Jeffian.
Beberapa detik kemudian Jeffian datang dan duduk dengan terburu lalu menenggak segelas es kopi milik Aaron, "Bang, gue udahan taruhannya." ujarnya pasti langsung ke arah Daniel. Lelaki yang dimaksud oleh Jeffian menaikkan sebelah alisnya, tidak yakin dengan ucapan Jeffian.
"Kenapa? Lo udah baper?"
Perkataan Aaron dengan santainya membuat Jeffian kelabakan sendiri, benar jika lelaki yang kerap kali disapa Ejej ini menyukai Tisha. Beberapa hari saat mereka mengobrol saja Jeffian sudah mengetahui jika Tisha adalah gadis yang ia cari saat ini. Terlihat dari rupanya, sifatnya, cara ia berbicara dan semuanya merupakan sebuah impian Jeffian untuk memiliki pacar seperti si cantik itu.
Daniel menyalakan rokoknya lalu melemparkan pematik api itu ke atas meja, "Lo apaan anjir, Jej? Belum juga dua minggu udah baper aja, skill lo menurun kah?" ujarnya heran. Biasanya Jeffian selalu menang dengan taruhan seperti ini, tapi dengan mudahnya sekarang ia menyerah?
"Nggak menurun sih, gue salah ambil target. Wah gila, Tisha spek pacar yang gue mau ternyataㅡ" ucapan Jeffian terhenti ketika Jack baru saja datang dengan sepiring roti bakar yang lumayan tebal.
Jeffian memperhatikan Jack dan tidak meneruskan ucapannya. "Terusin aja, Jej. Ngapain lo lihatin gue?" Jack merasa tidak enak diperhatikan seperti itu, padahal mereka sudah lama berteman tapi nyatanya Jeffian masih sedikit segan dengan Jack karena ia adalah pendatang di lingkaran pertemanan itu.
"Oh iya, pokoknya itu lah. Bang, duit taruhannya gue cicil aja ya. Gue mau beliin Tisha gelang baru." lanjut Jeffian cepat pada Daniel, lalu mengambil segelas kopi milik Aaron.
"Selow." jawab Daniel.
Hunter disana hanya berdecih setelah menjentikkan ujung rokoknya, "Dih tolol ini beneran jadi bucin ternyata." dan ucapannya sukses membuat mereka tertawa.
"Lo kena pelet apa?"
"Enggak bego, Tisha spek gue. Ini anaknya aduh udah deh pokoknya yang kayak dia gue maunya." Jawaban Jeffian membuat keempat lelaki disana saling berpandangan dan menahan tawanya, anak ini benar-benar sesuatu. Bulan lalu juga Jeffian mengikuti taruhan yang sama dan ia berhasil, tidak disangka sekarang lelaki itu menyerah begitu saja.
Jack hanya tertawa kecil dan meletakkan kembali pematik api yang ia gunakan, bersandar pada kursi disana dan menatap sekelilingnya setelah menyalakan rokok. "Lo tau Tisha darimana, Je?" tanyanya iseng.
"Rekomendasi instagram, gue mau deketin juga masih ragu tadinya."
"Tapi sekarang dia punya lo?"
"Yoi. Kemaren dia ngasih gue kue, nggak banyak sih cuma dua kotak kecil tapi duh sumpah effortnya pagi-pagi buat kue masih anget."
Hunter menjentikkan ujung rokoknya, menatap Jeffian dan tertawa kecil. "Enak nggak?" tanyanya penasaran, mungkin nanti ia akan mengemis agar gadisnya membuatkan kue. Oh ya, Hunter dan sikap tidak mau kalahnya.
Jeffian mengusap wajahnya dan raut wajahnya berubah, terlihat membanggakan pacarnya. "Wah surprisingly enak, Aaron juga makan. Kasih tau anjing enak kagak kue nya Tisha." ujarnya agak sedikit memaksa dengan mendorong tubuh Aaron disampingnya yang baru saja ingin bermain battleground di ponselnya, sedikit kaget karena Jeffian.
"Selow elah, Jej. Enak dah enak."
Jack hanya memperhatikan mereka, walaupun nyatanya Jack seumuran dengan Jeffian tapi lelaki itu terlihat seperti figur kakak baginya. "Semoga lo bisa tahan lama dah, Je. Jangan dimainin anak orang." tuturnya pelan, lalu menyusul Aaron bermain game.
Jeffian tersenyum puas, "Jackpot sih, Jej. Mending login dah ayo." ajak Daniel setelah mematikan rokoknya diatas asbak.
an.
ehe
