Hari ke 13.

882 171 19
                                    

Tisha baru saja selesai dari kelasnya, ia duduk di koridor untuk mengecek ponselnya. Masih tidak ada kabar dari sang pacar padahal ini sudah mulai siang, ia sedikit melirik jam tangannya. Jam sebelas siang, Tisha bingung sendiri karena pesan dan telponnya tidak terjawab. Jika Jeffian ada kesibukan, pacarnya yang tampan itu akan memberinya kaba sehari sebelumnya. Namun ini tidak, apa ada sesuatu yang mendadak?

Twinkie yang telah selesai mengobrol dengan temannya lantas mendekati Tisha yang duduk sendiri, "Lo kenapa? Nilai lo kosong?" tanya gadis bersurai permen kapas itu. Tisha biasanya panik karena nilainya kosong, siapa tahu ini adalah hal yang sama?

"Bukan, bukan. Ejej nggak ngabarin gue dari pagi, takut kenapa-napa." jawab Tisha panik, keringat dingin mulai muncul di telapak tangannya. Twinkie mengangguk paham, ia duduk disamping Tisha dan menggenggam tangannya yang sedikit gemetar. 

Mencoba menenangkan Tisha, Twinkie mengeluarkan tisu dari dalam tas. "Lo coba tanya temennya, udah?" benar, kenapa Tisha tidak berpikir demikian? Si cantik itu merampas tisu milik Twinkie dan berlari keluar gedung. Ia akan mencari teman Jeffian di sekitar fakultas teknik, tidak lagi peduli dengan sinar matahari yang menyengat.

Tisha masih beberapa kali mengecek ponsel untuk melihat apakah Jeffian membalas pesannya atau tidak, ia sudah berada di depan fakultas teknik. Terdiam karena ia lelah berlari, matanya menelisik dimana ia harus menemukan teman Jeffian. Banyak sekali orang disini, Tisha jadi bingung kemana ia akan mulai mencarinya.

Dibawah pohon besar tepat disamping gedung dekan ia melihat seseorang yang tidak asing baginya, Tisha langsung berlari menuju seseorang disana namun sepertinya ia tidak sendiri. "Kak Hunter?" tanyanya pelan sedikit menetralkan nafas dan mendongak karena dua lelaki dihadapannya ini lebih tinggi darinya.

Lelaki yang disapa Hunter itu langsung menoleh, bersama temannya itu. "Tisha? Lo ngapain disini?" tanyanya. Tisha hanya menunjukkan telapak tangan kanan yang menggenggam ponsel sedangkan tangan kiri memegang dangkul untuk menyangga tubuhnya, lelah berlari rasanya paru-parunya sedang kembang kempis.

"Pelan-pelan minum dulu." Teman Hunter memberikan sebotol air mineral yang masih disegel miliknya. Tisha hanya menggeleng kuat, ia butuh Jeffian bukan air mineral tapi gadis itu tetap menerimanya walaupun sedikit takut.

"Huh... Kak Hunter, lihat Ejej?" akhirnya Tisha bisa berbicara normal setelah menegakkan tubuhnya.

Hunter diam dan mengingat dimana ia bertemu Jeffian hari ini, "Pagi tadi gue lihat dia ada rapat sama anak ukm terus balik kalau nggak salah, jalan ke parkiran anaknya. Kenapa, Tish?" Tisha mengangguk cepat sembari sedikit mendekatkan tubuh kecilnya dekat Hunter, takut ketika teman lelaki itu memperhatikannya.

Sepertinya cukup, Tisha harus ke kost Jeffian. "Gue nanya aja. Okay, makasih kak Hunter. Makasih kak...?" ucapannya terhenti ketika ia tidak mengetahui siapa teman Hunter yang memberikannya air mineral tadi.

"Jayden."

.

.

.

Tisha sudah sampai di depan kost Jeffian, ia menekan tombol bel disana dan mengintip jika ternyata motor pacarnya ada disana. Gadis itu bernafas lega, namun sudah beberapa menit ia berdiri disana tidak ada jawaban. Tidak lama ia mendengar suara gerbang yang dibuka, Jack muncul dan kaget ketika melihat Tisha disana. "Gue kira bocah iseng nyalain bel. Lo udah lama disana, Tish?" Jack bertanya sembari mengeluarkan motornya dari garasinya.

Gadis itu menggeleng, "Belum. Anu, Ejej ada?" katanya dengan wajah yang masih khawatir. Jack menyalakan motornya begitu lalu menyerahkan beberapa kunci pada Tisha yang masih bingung.

"Ada, lagi tidur. Lo masuk aja, kunci pagernya nanti ya? Gue cabut dulu, ada kelas siang soalnya."

"Oh okay. Thanks ya, Jack."

liéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang