Hari ke 16.

962 174 10
                                    

Jeffian berjalan sangat percaya diri malam ini, ia mengalungkan pods berwarna merah muda lucu dengan beberapa hiasan stiker juga glitter lucu. "Yo, bang!" ujarnya dan menyalami satu persatu teman-temannya yang duduk disana, mereka  hanya menahan tawa karena benda yang berada di kalungan Jeffian.

"Pods baru tuh?" celetuk Daniel seraya mengambil satu cup es kopi miliknya, meneguknya dengan tetap memperhatikan Jeffian disana.

"Emang dibolehin Tisha?" tanya Jack menimpali ucapan Daniel, terlihat agak ganjil. Apalagi Tisha suka sekali mengomel masalah kesehatan. Apa yang dilakukan Jeffian hingga bisa memiliki benda tersebut?

Setelah duduk, Jeffian tersenyum seraya melepaskan podsnya dari leher. "Percaya nggak sih lo ini Tisha yang checkout?" katanya bangga. Tisha dan semua perbuatan luar biasanya, ya walaupun Jeffian sempat memarahi gadis itu. Tapi tidak masalah, karena yang terpenting adalah podsnya.

Hunter bersandar di sofa, lalu membuka sebungkus keripiknya. "Percaya, soalnya pink. Lo kalau beli sendiri juga pink." Mereka berempat mengangguk bersamaan, benar pasti Jeffian tidak akan beli yang berwarna merah muda ini. Beberapa detik kemudian Jack dan Hunter berdiri, mengambil kunci motor.

Aaron menatap keduanya heran, "Lo mau kemane?" tanyanya. Fokusnya mencari gadis di aplikasi kencan terputus, ini ide Jack. Tapi nyatanya Aaron tidak mencari gadis di apllikasi kencan tapi aplikasi sewa gadis semalam, agak kurang normal.

"Vape cafe sebelah, nyariin Ejej liquid." jawab Hunter santai, Jeffian hanya mengangguk dan menyilangkan tangannya didepan dada. Itu karena Tisha katanya akan mampir ke cafe ini, jadi Jeffian harus tetap berada disini.

Mengangguk mengerti, Aaron memasukkan ponselnya kedalam celana jeans nya dan berdiri. "Yok! Gue ikut, pokoknya gue ikut." Jack berdecak lalu berjalan menjauh dari meja tersebut, Aaron seperti anak kecil dan itu kadang membuat Jack pusing apalagi jika bersamaan dengan Jeffian. Mereka tidak mau diam dan pasti terus bertanya mengenai ini dan itu.

Mereka bertiga telah pergi dan tersisa Daniel yang sudah mulai mengantri untuk memesan makanan, alasannya kemari adalah mencari makan. Tidak lama berselang, Tisha datang memakai hoodie ungu kebesarannya berlarian menuju Jeffian.

"Ayang tolong aku!"

"Apa? Kenapa?" Tiba-tiba saja Tisha duduk diatas pangkuan Jeffian dan memeluk leher pacarnya, ia bisa mencium aroma parfum Jeffian dari sini dan tangan pacarnya menahan punggungnya agar tidak terjatuh.

Tisha menempelkan tubuhnya, "Kaitin bra ku, yang. Mau ke kamar mandi rame banget." katanya begitu mudah keluar dari bibir kecil itu. Jeffian menelan air liurnya susah payah, apa dulu ia pernah memiliki kesalahan dikehidupan sebelumnya hingga bisa di posisi seberat ini?

"Buruan!" lanjut Tisha lagi dengan sedikit menarik tangan Jeffian untuk segera mengaitkan bra nya yang terlepas semenjak ia turun dari halte, sialan sekali memang. Tapi beruntung jika Tisha tidak menggunakan pakaian lain hanya bra dan hoodie nya saja.

"Nanti aku dikira mesum ditempat umum."

"Biar aja. Kan kamu yang dikira mesum, bukan aku." jawab Tisha dengan gampangnya, ia mulai merasakan telapak tangan Jeffian yang lebar dan dingin mulai merayap di daerah punggungnya. Gadis itu menahan nafasnya cukup lama ketika pacarnya benar-benar menurut dan mencari letak kaitan bra nya.

Jeffian hanya menunduk, menyembunyikan wajahnya di pundak Tisha. Telinganya sudah memerah lucu, "Diem." desisnya ketika Tisha mencoba beberapa kali menggerakkan badannya sedikit.

"Udah?" Tisha merasa tangan Jeffian sudah tidak lagi berada di punggungnya, kini pacarnya itu malah memeluk Tisha dengan erat. Tidak peduli dengan beberapa orang yng mencuri pandang ke arah mereka, Tisha hanya diam menikmati pelukan pacarnya.

"Sebenernya aku takut ketemu temen kamu, kan nggak enak habis minta pasangin kaitan bra." ucap Tisha pada Jeffian disana yang masih memeluknya, sebenarnya ketiga teman Jeffian sudah berdiri tepat dibelakang Tisha beberapa detik lalu. Mereka hanya diam mematung setelah mendengar tutur kata gadis cantik itu.

"Ekhem." Itu suara Jack yang menyadarkan Jeffian, ia langsung mendongak dan membulatkan mata. Hunter langsung menyeret Aaron untuk pergi lalu Daniel datang dengan segelas es kopi ditangan, mereka tahu situasi kecuali Tisha yang masih senang memeluk pacarnya tidak ingin lepas.

Perlahan Jeffian menepuk pundak Tisha agar tersadar jika ucapannya benar, "Yang, bentar." katanya namun Tisha tidak peduli, gadis itu hanya mendengus dan makin menempel. Kenapa pacarnya ini? Apa tidak suka jika dipeluk? Tisha saja suka dipeluk.

Jeffian menggerakkan bibirnya, memberi kode jika Tisha benar-benar tidak bisa lepas. "Yang, ada temen aku." akhirnya Tisha beringsut untuk melepaskan pelukannya dan menoleh ke arah belakang dimana Jack berdiri dan Daniel yang baru saja membalikkan badan seakan tidak melihat perbuatannya.

"Gimana, Tish? Anget meluk Ejej?" tanya Jack iseng yang setengah menahan tawa. Tisha duduk disamping Jeffian dan bersembunyi dibalik pundak pacarnya, ia malu. Padahal itu adahal hal wajar namun entah kenapa pipinya terasa panas.

"Apa sih? Nggak ya!" sungutnya, Jack tertawa lalu berjalan menuju meja sebelah dimana Hunter dan Aaron duduk. Mereka memandang Tisha dengan senyuman jahil, Daniel pun sama ia meletakkan es kopi diatas meja mereka.

Tisha masih menyembunyikan wajahnya, rasanya ingin menghilang dari bumi. "Minum dulu, Tish. Biar nggak malu." ucap Daniel setelah menaruh es kopi tersebut. Jeffian mengusap-ngusap pundak Tisha, menenangkan gadisnya.

"Bang udah bang, nangis nanti anaknya." tambah Jeffian ketika Daniel tertawa, mereka benar-benar keterlaluan pikir Tisha. Apa tidak lihat jika ia sedang menahan malu dan nyaris menangis di pundak Jeffian?

















an.

tutor jadi pacar tisha ada di yutub channel gue -ejej

liéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang