hari ke 0.

2.6K 248 15
                                    

Lima orang lelaki duduk memutari meja bulat itu, mereka berada disalah satu café yang cukup terkenal di daerah ibu kota. Penampilan mereka biasa saja, terlihat seperti mahasiswa semester tua pada umumnya. Tampang stress dan juga kantung mata menghitam, tanda mereka tidak tidur semalaman.

Daniel menyulut rokoknya yang tinggal satu batang itu, menyesapnya lalu menghembuskan asap racun ke udara. "Gimana, Je. Jadi nggak?" tanyanya pada pemuda disampingnya yang sedang menggunting kuku kakinya.

"Gue mikir dulu, bang."

"Lagian lo ada duit segitu jangan belagu dah nantangin Ejej segala." komentar salah satu diantaranya, paling tampan dan kaya. Terlihat sempurna, kecuali status perkuliahannya yang sudah memasuki semester dua digit.

Merasa namanya dipanggil, Jeffian mendongak dan menoleh kearah Hunter ㅡlelaki tampan dan kaya itu. "Biasalah baru dapet gawe, bentar lagi juga bang Dan ngemis-ngemis minta transfer e-wallet." tutur Jeffian dan melanjutkan menggunting kuku nya.

Tersinggung karena ucapan tengil yang dilontarkan Jeffian. Daniel pun berkata, "Anak tolol kalau nggak tau diri gini nih." lalu disambut oleh tawa yang lainnya.

Aaron yang sedari tadi memperhatikan mereka pun akhirnya membenarkan letak duduknya, ingin juga menuturi Jeffian. "Jej, sebenernya gue nggak ada masalah lo mau sikat siapa. Cuma nih, kalau Tisha. Lo musti pikirin deh bener-bener." katanya, setelah menjentikkan abu rokok diatas asbak.

"Emang kenapa dia? Cewek jahat ya?"

"Hun, kata gue lo diem."

Jeffian langsung menyudahi acara memotong kuku kakinya, duduk serius memperhatikan Aaron. "Temen gue anak elektro pernah pacaran sama Tisha, dua minggu doang. Efeknya dia masih gamon sampe sekarang, padahal mereka pacaran jaman sma." ucap Aaron.

"Serem juga. Tapi, kapan lagi kita lihat Ejej gamon." seru Daniel dengan seringai tengilnya. Jeffian hanya berdecak kesal, ini akan sulit pikirnya.

Lelaki yang sedari tadi diam pun langsung berdiri dan mematikan rokoknya diatas asbak lalu memakai jaket kulit hitam yang ia bawa. "Taruhan Daniel ini nggak ngejamin lo bahagia, Jej. Weh, gue cabut dulu yak." ucapan Jack membuat Jeffian termenung sejenak memikirkannya.

Tapi beberapa detik kemudian, ujung bibirnya tertarik, "Gue coba, rulesnya sebulan doang nggak baper kan? Ez lah." ujarnya.

Jeffian adalah lelaki yang sangat kompetitif, pacaran bukan hal yang aneh lagi baginya. Apalagi hanya pacaran sebulan tanpa perasaan, Jeffian pasti bisa. Tapi apa kemungkinan yang dikatakan kakak tingkatnya itu benar? Entahlah, Jeffian kan belum mencobanya.

Aaron bertepuk tangan, "Dah yok woy uno aja uno. Keluarin kartunya, Dan."

.
.
.

Tisha duduk di kursi kantin paling pojok, disampingnya ada Teresa. Temannya yang ia temukan dibawah pohon sesaat setelah selesai ospek satu tahun yang lalu, gadis itu tengah menonton drama korea sembari memakan semangkuk soto. "Lo udah pesen, Tis?" tanyanya dengan tatapan mata yang masih tertuju pada ponselnya.

"Udah, gue beli nasgor. Katanya di kantin ini enak." tangan kurus Tisha mengambil sendok disana dan mulai mencicipi kuah soto milik Teresa. Oh, racikannya mulai membaik. Bukan hanya rasa pedas dan asam.

Teresa lanjut menonton, sedangkan Tisha membuka notifikasi ponselnya. Seseorang baru saja membalas pesannya, "Eh, anak mesin kok ada kenal sama gue ya? Sokab banget sampe nge-reply story gue." ujar Tisha. Jujur, ia tidak kenal dengan pemilik akun ini. Dilihat-lihat ia adalah anak fakultas sebelah.

Merasa jika itu adalah topik yang menarik, Teresa langsung menekan layar ponselnya agar drama nya berhenti sejenak dan menatap Tisha disampingnya. "Wah? Mana coba lihat." katanya penasaran.

Tisha langsung menunjukan foto sekumpulan lelaki, "Ini anak mesin angkatan kita kan? Nah, cowok yang sokab tuh yang ujung kiri. Iya ini nih, kenal nggak lo?" Teresa membulatkan matanya ketika melihat seseorang yang di tunjuk oleh Tisha.

"Kenapa?! Lo kenal?"

"Kagak."

"Yeu, gue kira kenal. Gue kira awalnya itu akun bodong, belum gue follback eh semalem minta follback. Pas pagi gue cek, arsip dia keluar semua gila jadi cakep akunnya."

Teresa tidak mendengar, sibuk mengambil alih ponsel Tisha dan menggulir layarnya. "Tapi ganteng, Tis. Sikat aja nggak sih?" usul Teresa setelah melihat-lihat postingan lelaki yang disebut 'sokab' oleh temannya. Hal yang wajar jika lelaki itu terlihat sok akrab karena Tisha memang gadis yang cantik, hanya kurang terekspos saja.

"Dih, nggak ah. Kalau nantiㅡ eh, iya makasih ibu. Kalau nanti dia ada cewek? Aduh ogah deh adu jambak." Tisha memotong pembicaraannya ketika sepiring nasi gorengnya datang, ia lantas menyantap nasi gorengnya dan membiarkan Teresa disana menilai lelaki ini.

"Lagi, ini dia kalau ada cewek ya nggak mungkin minta follback ke lo. Emang instagram dia nggak di pegang ceweknya?" Tisha hanya mengangguk-angguk sambil memasukkan kerupuk ke dalam mulutnya yang penuh, Teresa juga ikut mencicipi nasi goreng Tisha yang baru datang.

Beberapa suap dan Teresa mengambil botol minum dari tasnya, "Pedes anjir ternyata nasinya." itu membuat Tisha tertawa kecil dan mengambil alih ponselnya dari atas meja. Memperhatikan profil dari lelaki yang akhir-akhir ini mengiriminya pesan, entah hanya berbasa-basi, menanyakan jadwalnya, ataupun menebar gombal.

Setelah puas mengamati profil instagram lelaki ktu, Tisha berkata. "Tapi kayaknya seru, deh. Kalau gue pacaran lagi." diselingi nada geli nya.



















































an.
tebak, spa dlu yang bper? ejej pa tisha?

liéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang