Tisha mengikat rambut panjangnya seperti ekor kuda, hari ini lumayan panas. Sepertinya segelas es kopi tidak terlalu buruk, kelasnya selesai beberapa menit lalu. Sekarang giliran ia mengabari pacarnya, sibuk sekali lelaki itu nampaknya.
Dengan hati gembira Tisha menelpon Twinkie untuk menemaninya disini dulu beberapa menit, sambil mengobrol pastinya. Sembari menunggu Twinkie, si cantik itu sudah memesan dua gelas minuman. Es susu pisang untuk Twinkie dan es kopi susu untuk dirinya.
"Makasih lho, Tisha." ujar si manis lucu itu sambil menyedot minumannya.
"Sama-sama."
Padahal umur mereka hanya terpaut tiga bulan, tapi Tisha nampak lebih cocok seperti ibu dari Twinkie. Heran saja, mahasiswa farmasi ada yang berbentuk mahluk lucu seperti temannya ini. "Gue makan duluan nih ya, Tis? Beneran nggak pengen ayam bakar?" Tisha tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya.
"Nggak usah, gue udah pesen bakso." Twinkie menganggukan kepalanya dan mulai menyantap makan siangnya.
"Teresa kemana? Ngambek sama gue ya?" tanya si lucu itu di tengah-tengah suapannya. Tisha yang baru saja selesai bertukar pesan pada Teresa pun langsung menghela nafas, padahal si manis itu pulang lebih dahulu karena ada acara keluarga dan bukan karena Twinkie.
"Teresa nggak sebaper itu, Wink. Lagi ada acara dia."
"Oalah." lalu Twinkie melanjutkan makanannya. Sedangkan dua porsi bakso yang Tisha pesan belum juga tiba di meja nya, mungkin karena ini jam makan siang dan banyak juga pembelinya.
Tapi, Tisha tidak menyangka akan selama ini. Twinkie sudah selesai makan dan wajahnya berekspresi aneh sekarang, "Kenapa lo?" tanya Tisha pada gadis dihadapannya. Namun Twinkie hanya diam dan langsung merapihkan tasnya.
"Gue mau cari kamar mandi, nggak kuat lagi." jawabnya terburu-buru dan langsung keluar dari area kantin. Tisha hanya tertawa kecil lalu beberapa detik kemudian sang pacar datang, duduk disampingnya dengan kemeja yang berbalut sweater merah maroon. Kontras dengan blouse Tisha yang berwarna senada.
Jeffian menatap kepergian si lucu berambut merah muda tadi, "Itu tadi temen kamu, yang? Kok pergi? Takut sama aku kah?" tanyanya sembari mengambil semangkuk bakso yang sudah datang, ia meraciknya hanya dengan kecap.
"Ah engga, emang bocahnya suka boker aja. Tolong sambelnya dong, yang."
Tisha meracik baksonya, ini adalah salah satu hal yang ia sukai. Tapi, ketika menatap mangkuk milik sang pacar Tisha agak sedikit ngeri. Jeffian dan obsesi kecapnya, "Jangan kebanyakan sambel lah, sakit perut." ujar lelaki itu pelan, Tisha yang memang dasarnya penurut itu langsung meletakkan kembali mangkuk sambal yang ingin ia tuangkan setengah.
Mereka makan dengan tenang, beberapa kali Jeffian yang bercanda dan Tisha yang tertawa. "Porsinya banyak deh, nggak kuat." komentar Tisha setelah semangkuk bakso miliknya tandas, hingga ia harus membuka kancing celananya agar perutnya dapat bernafas.
Iseng, Jeffian menatap perut Tisha yang sedikit terlihat karena blouse nya tersingkap. "Mana coba lihat perutnya, yang." lalu Tisha langsung buru-buru menutup perutnya. Tidak ingin di cubit oleh pacarnya.
"Ah nggak!"
Pacarnya terkekeh lalu mengeluarkan satu plastik kecil berisi lima batang rokok, menaruhnya diatas meja. "Yang, kamu nggak masalah kan sama asep rokok?" Tisha menggelengkan kepalanya pasti. Sebenarnya tidak sehat menjadi perokok pasif, tapi ini salah satu cara membuat siapa saja yang merokok di dekat Tisha akan merasa aman.
Jeffian menyalakan rokoknya lalu bersiap membuang asapnya diwajah Tisha, tapi pukulan Tisha di bahunya luar biasa terasa. "Aku ini smokers friendly. Ya tapi jangan buang di muka aku juga, yang!" ucap Tisha, sang pacar pun mendongak dan membuang asapnya keatas. Ia terkekeh puas melihat pacar cantiknya panik.
Tisha memainkan beberapa batang rokok yang berada di dalam plastik kecil itu, "Kamu jangan kayak supir angkot lah, yang. Masa beli rokoknya ketengan?" desah Tisha kecewa. Melihat si cantik itu mengerucutkan bibirnya, Jeffian berinisiatif untuk merangkul gadis itu dan membuatnya bersandar pada lengannya.
"Nggak bawa duit banyak, cuma cukup beli ketengan."
"Beli makan lah, kok beli rokok. Ini! Bakso aja nggak kamu habisin."
Jeffian menatap mangkuk baksonya lalu beralih menatap Tisha, "Habisin, yang. Jangan buang-buang makanan." katanya menasehati Tisha.
Gadis itu melirik dari ujung matanya, menatap Jeffian. "Kamu yang buang-buang!" omelnya, sambil menarik mangkuk bakso sang pacar. Tisha diajarkan untuk tidak menyisakan makanan dan di pasangkan oleh Jeffian yang sering sekali menyisakan makanan. Terlihat saling melengkapi.
"Habisin, yang. Biar kamu semok." Tisha hanya menatap Jeffian dengan pandangan kesal dan si pelaku hanya tertawa kecil.
Akhirnya Tisha mencoba untuk tetap memakan bakso dengan kuah kecap milik pacarnya secara perlahan, "Yang, makan bakso kan ada table mannernya tau." katanya memberi tahu Jeffian
Merasa itu adalah hal yang menarik, Jeffian langsung mematikan rokoknya dan menatap serius Tisha yang memegang sendok serta garpu di kedua tangannya. "Ini anggep aja pisaunya terus ini di potong ginㅡ
Prang
Tisha membulatkan matanya masih tidak percaya jika baksonya terbang hingga masuk kedalam mangkuk orang lain, gadis itu menoleh kearah sang pacar dengan tatapan yang kaget. "Mampus. Gimana ini, yang?" bisiknya pada Jeffian yang juga membulatkan matanya kaget.
an.
mmf update nya lama, hp jesi 2 hari mati:(