Tisha sedang duduk di kursi taman, tangan kanannya memegang roti mentega sedangkan tangan kirinya menggulir layar pnsel. "Nih, yang. Merokok dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan; kanker, jantung, sesak nafas, masalah penglihatan ━ oh! Pantes kamu kalau lihat aku dari parkiran tuh matanya disipitin, gara-gara ngerokok ini." ujar Tisha heboh sendiri.
Jeffian hanya mendengarkannya saja, "Silau, yang. Coba kamu siang-siang diparkiran, silau." respon lelaki itu masih mengelap motornya yang telah ia cuci. Siang ini Tisha datang ke kost nya membawakan camilan untuk sore hari, sepertinya sudah habis karena penghuni kost ini datang semua. Mereka sedang menonton film horror di ruang tengah bersama makanan yang Tisha bawa.
"Halah halah, alasan kamu aja kali."cibir Tisha masih menggulir layar ponselnya, Jeffian memunggunginya dan menggerakan bibirnya seperti sang gadis. Ternyata lama kelamaan Tisha cerewet juga, tapi tidak masalah bagi sitampan itu karena ia menyayanginya.
Karena bosan menceramahi Jeffian, ia mengganti kegiatannya dengan berbelanja barang lucu. Mencari-cari alamat terdekat dari kost Jeffian agar bisa dikirim saaat ini juga, "Kost kamu ini, dibelahan bumi mana?" tanya Tisha lagi. Gadis itu seperti tidak ada habisnya untuk bertanya-tanya.
Jeffian bangkit darisana, berjalan menuju Tisha dan mengambil roti milik gadis itu yang berada diatas piring. "Ini venus, yang. Bukan bumi." jawab Jeffian, ia tidak melihat barang apa yang dipesan Tisha. Lelaki itu hanya duduk disampingnya dan bersandar di kursi.
"Aku ini nanya serius."
"Itu di depan kan emang tulisannya jalan venus, gimana sih?"
"Oh iya-iya."
Tisha mengangguk paham, sedangkan tangan berurat milik Jeffian mengusap surainya beberapa kali. Entahlah, kebiasaan ini tiba-tiba saja muncul. Tisha juga tidak kelihatan keberatan jika rambutnya harus diusap oleh pacarnya sendiri, "Bentar, yang. Aku mau ambil minum." ucap Jeffian sebelum pergi dan masuk kedalam rumah.
Meninggalkan Tisha yang tertawa kecil setelah memesan barang, ia hanya melihat-lihat lagi barang yang lucu itu. Sudah lama ia tidak membeli barang lucu lagi, tapi sebenarnya ia tidak tahu bagaimana cara memakainya. Tidak apa-apa, akan ia pajang saja nanti benda kecil ini.
Beberapa menit berlalu, Jeffian tidak kunjung keluar. Ah, mungkin sedang menonton film bersama yang lainnya. Kadang terdengar suara teriakan dari dalam, dasar lelaki penakut batin Tisha. "Yang, kamu masih lama nggak disini?" Jeffian tiba-tiba sudah berdiri disampingnya.
Raut wajah sicantik berubah, ia merengut tidak suka. "Oh, kamu nggak suka aku disini?" katanya ketus. Padahal ia sedang menunggu barang lucunya sampai, apa maksud pacarnya ini? Menyebalkan sekali, apa ini alasan ia ingin mengusir Tisha? Padahal gadis itu baru saja tiba dua jam lalu, belum ada setengah hari.
"Bukan, yang. Aku sama yang lain mau nongkrong di cafe depan itu, kalau masih lama ayo ikut kalau engga ya aku anter pulang. Bukan nggak suka kamu disini, aku selalu suka kamu dimana aja kok." jelas sang pacar, tangannya bergerak menarik pipi Tisha yang bibirnya mencebil lucu. Sebenarnya Jeffian juga masih mau mengobrol dengan Tisha, tapi disatu sisi ia harus membicarakan bisnis bersama yang lain.
Setelah Jeffian duduk disampingnya, raut wajah Tisha berubah. Ia menyalakan ponselnya dan menampilkan barang lucu yang sedang ada di perjalan, Tisha ingin menunjukkannya pada Jeffian. "Ini lho, yang. Aku pesen ini, lucuuu banget. Tapi aku nggak tau itu buat apa, tapi tetep aku pesen. Sekarang lagi dijalan soalnya mau dikirim kesini, nggak sabar!" gadis itu bersemangat sekali.
Penasaran, Jeffian mengambil ponsel Tisha dan melihat apa yang gadis itu pesan. Matanya membulat lalu melirik Tisha disampingnya, "Kamu ngomelin aku biar nggak ngerokok tapi kamu beli pods? Buat apa?" mendengar perkataan Jeffian, senyum si cantik pudar. Ia berkedip-kedip lucu tidak mengerti.
