hari ke 1.

1.3K 238 14
                                    

"Udah?"

"Lah udah."

Tisha menyelesaikan polesan pada bibirnya serta merapihkan sedikit rambut hitam panjang miliknya, ini sudah cukup sore dan mereka masih berada di toilet gedung. Iya, Tisha dan kedua temannya sedang touch up sebelum pulang.

"Apa yang udah?" tanya Twinkie, nama yang lucu dan pemilik nama nya pun tidak kalah lucu. Rambutnya dicat berwarna merah muda dan juga dihiasi jepitan lucu kecil, persis seperti anak sekolah dasar ditambah dengan outfit berwarnah cerah.

Teresa menutup pouch miliknya, "Temen lo jadian." jawabnya singkat dan Tisha hanya tersenyum kecil malu.

"Eh, kok mau sama Tisha?"

Tisha melotot kearah Twinkie dan mencubit pinggangnya pelan, "Aduh! Iya ampun!" pekiknya kaget. Setelah itu Tisha mengambil ponselnya di dekat westafel, ia mengetikkan sesuatu kepada pacar barunya itu. Tentu saja dengan Twinkie yang mencuri-curi pandang ke arah layar ponselnya.

Setelah tertawa kecil Twinkie menjauhi tubuh Tisha dan mendekat kearah Teresa yang sedang menutup tasnya, "Itu tuh cowok yang sama di postingan Tisha kemaren ke kebun raya?" Teresa hanya mengangguk sebagai jawaban atas bisikan Twinkie.

"Ya masa beda sih, Wink?"

"Teresa chat sama siapa, jalan sama siapa."

"ITUKAN DARI DATING APPS, TWINKIE!"

Benar, kesabaran Teresa setipis itu. Twinkie yang terbentak pun langsung bersembunyi di balik tubuh Tisha sebelum Teresa mengamuk nantinya. "Ter, kata gue lo dah bener ngobrol sama Twinkie dikit-dikit aja. Emosi kan lo?" Teresa mencoba menarik nafas dan menghembuskannya perlahan-lahan, bertahan agar tidak cepat tua setelah menghadapi Twinkie.

"Tisha, kalau ke kebun raya lagi jangan ajak Teresa."

"GUE NGGAK AKAN KE KEBON RAYA!"

.
.
.

Jeffian baru saja datang dengan motornya, Tisha menunggunya keluar dari parkiran sekitar tujuh menit yang lalu. "Emang kalau senin tuh pulang jam segini?" tanya Tisha dengan kepala mendongak kerena Jeffian sibuk memasangkan helm untuknya.

"Tadi jadwalnya praktek, beres-beres dulu di bengkel. Udah ayo." Tisha hanya membulatkan bibirnya, ia akan mencatat hari apa saja pacar barunya ini praktek. Mungkin Tisha bisa menunggu di tempat lain agar tidak bosan jika kelasnya selesai lebih awal.

Lalu Tisha duduk di boncengan motor dan mengendusi jaket denim milik Jeffian, "Kok kamu nggak bau oli, yang?" Jeffian hanya tertawa kecil sambil mengantri ke arah pintu keluar universitas.

"Waktu praktek nggak make baju ini."

"Kamu nggak make baju?!" pekik Tisha kaget.

"Pake baju praktek."

"Oh kirain nggak make baju, mau aku omelin tadinya eh nggak jadi." ucap Tisha seraya memeluk Jeffian dari belakang, melingkarkan tangannya di perut lelaki itu. Sadar karena Tisha memeluknya, tangan kiri Jeffian bergerak untuk mengusap jemari Tisha disana.

Sedikit membuat gadis itu tertegun, ingatan akan masa lalu nya kembali berputar. Hanya kecil tapi Tisha tidak bisa menghapus ingatan tersebut, tentang dirinya yang dibentak di pinggir jalan hingga tidak pernah diberikan afeksi kecil seperti bergandengan tangan dan yang lainnya.

"Yang? Hei?" tiba-tiba suara Jeffian mengintrupsi, disela-sela suara klakson mobil di lampu merah. Tisha langsung tersadar begitu saja, ia menatap kesekelilingnya dengan pandangan bingung.

"Aku panggil daritadi diem aja." lanjut Jeffian ketika Tisha mulai menegakkan badannya, tidak lagi bersandar di punggung sang pacar.

"Oh iya? Aku suka nggak denger kalau di motor tuhㅡ" ucapan Tisha terhenti ketika lampu lalu lintas sudah berwarna hijau dan Jeffian mulai mengendari motornya. Itu membuat Tisha mau tidak mau mendekatkan diri ke arah Jeffian dan menaruh dagunya disana.

Senyum Jeffian terukir ketika Tisha mendekatkan dirinya, "Mau makan dulu nggak?" tanyanya sedikit keras. Si cantik yang memejamkan mata itu mengangguk pelan, pacarnya itu tidak sadar jika mengendarai motornya dengan kecepatan yang lumayan tinggi.

"Mau warmindooooo, denger nggak kamuu Ejejjj?!"

"Denger, sayang. Aku disamping kamu."

"Oke!"

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di warung tenda, tepatnya masih dipinggir jalan. Masih lumayan sepi, karena ini belum terlalu malam. Tisha duduk di meja paling pojok dan Jeffian hanya mengikutinya saja, memang lebih baik dipojok sepertinya. "Kak, aku mau mie goreng tapi yang nyemek ya pake kornet. Terus satu lagi juga sama tapi banyakin kecapnya, minumnya es teh aja dua. Makasih ya, kak." Akhirnya Tisha selesai memesan makanan.

"Yang, mbak yang duduk di depan ngelihatin aku mulu." bisik Tisha dan pacarnya dengan senang hati mendekatkan kepalanya, agar Tisha lebih leluasa berbisik.

Jemari Jeffian menunjuk seseorang tersebut, "Itu?" katanya.

"Jangan ditunjuk dong!" bisik Tisha gemas, ia meremat celana bahan milik Jeffian. Apalagi ketika seseorang yang dimaksud menengok ke arah Tisha, menatapnya dari atas sampai bawah.

Jeffian terkekeh, ia melepas jaket denimnya dan melebarkannya dihadapan Tisha. "Yaudah sini ngumpet nanti di marahin." ujarnya, dengan semangat Tisha langsung bersembunyi dibalik jaket sang pacar. Lucu sekali.

"Ngumpet ngumpet."




















































an.
tau enid sinclair? kurang lebih rambut twinkie kayak gitu xixi

liéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang