Jeffian membantu Tisha untuk melepaskan helm yang berada di kepala si cantik itu, rambut panjangnya akhirnya tergerai indah. Giliran Jeffian yang ribut menyemprotkan vitamin rambut milik Tisha ke arah kepalanya sendiri. Milik Tisha sekarang miliknya juga, lagipula aroma vitamin rambut itu enak dan Jeffian suka. Setelah itu mereka berjalan beriringan dengan Tisha yang memeluk lengan kiri sang pacar, tangan kurus gadis itu sengaja mengelus perut Jeffian dari luar kaus hitamnya.
"Yang, kok perut kamu gembul? Kenapa nggak kotak-kotak lagi?" tanya Tisha jahil, lelaki itu berdecak dan menarik tangan Tisha agar lebih dekat menempel pada dirinya. Gemas karena gadis itu selalu memulai pembicaraan acak.
"Udah bagus gembul itu. Kalau kotak-kotak nanti kamu kaget, sesak nafas, jantung berdebar, pingsan, mati muda."
Plak
Tisha beringsut menjauhi Jeffian setelah memukul lengannya, "Jelek banget ngomongnya!" ujar si cantik itu agak keras. Ia masih agak menjauh dari Jeffian yang hanya senyum-senyum, beberapa detik kemudian tangan Tisha ditarik oleh lelaki itu. Tidak bisa jika harus berjalan berjauhan seperti ini.
"Maaf maaf. Yaudah sini, yang. Diculik orang nanti ah." Tisha langsung memeluk lengan lelaki itu erat. Mereka nampak serasi karena sama-sama mengenakan baju berwarna hitam dan biru, sebenarnya tidak direncakan tapi entah kenapa setelah berpacaran gaya berpakaian mereka sama antara satu dan yang lain.
Mereka memasuki hall bioskop, Jeffian mengantri untuk mencetak tiket yang ia beli secara online kemarin dan Tisha hanya berdiri di belakang barisan tersebut. Tidak lama Jeffian datang, membawa empat tiket ditangannya. "Kamu mau beli cemilan nggak, yang?" tanya Jeffian sembari membuka tas selempang kecil milik Tisha, memasukkan dompetnya disana. Sebuah kebiasaan baru Jeffian, karena nanti yang akan membayar ini dan itu adalah Tisha menggunakan uangnya.
"Nggak ah, aku mau makan sushi aja nanti."
Jeffian tersenyum lalu menggandeng tangan kanan Tisha, "Yaudah ayo, temen aku udah di dalem." katanya. Ia membawa Tisha ke tempat yang sudah diberitahu oleh temannya itu.
Teman yang dimaksud oleh Jeffian menaikkan lengan kirinya di depan toilet, "Yo Jej!" ucapnya. Oh, lelaki itu adalah Jack. Jeffian melepaskan genggamannya pada tangan kanan Tisha dan berjalan mendeketai Jack, memberikan salaman pada lelaki itu.
"Weh, udah lama?" tanya Jeffian basa-basi, Tisha hanya berdiri di sampingnya seraya tersenyum kecil. Sedikit memperhatikan Jack yang berdiri dihadapan pacarnya, kenapa semua teman Jeffian tinggi? Rutuk Tisha dalam hati. Tidak sadar jika pacarnya juga lumayan tinggi.
Jack tertawa pelan, beralih menatap Tisha yang sedari tadi memperhatikannya. "Belom lama dah. Oh ini pacar lo, Je?" ujarnya. Pertama kali melihat Tisha secara langsung, biasanya ia hanya melihat Tisha dari foto yang dipamerkan Jeffian.
"Iya, ini Tisha. Yang, ini Jack temen aku." Jeffian memperkenalkan keduanya, Tisha hanya tersenyum kecil dan pandangannya tak luput dari sang pacar. Rasanya canggung sekali, walaupun sebenarnya Tisha merasa tidak asing dengan Jack. Seperti pernah melihatnya, tapi dimana?
"Halo?"
Beberapa detik kemudian seorang gadis muncul dari dalam toilet wanita, "Jack?" panggilnya pelan. Mereka menoleh kearah sumber suara, terkecuali Tisha. Ia tidak bisa melihat gadis itu karena tertutup oleh tubuh besar Jack.
Jack memegang tangan kiri gadis itu, membawanya kehadapan sepasang kekasih ini. "Udah, sa? Ini temen gue udah dateng, kenalin ini Teresa." katanya, si gadis itu hanya tersenyum kecil menatap Jeffian. Namun ketika ia tatapannya bertabrakan dengan gadis disamping Jeffian, gadis itu membulatkan matanya yang sipit itu.
"Eh?/Kok?"
Tisha langsung menarik gadis itu sedikit menjauh dari kedua lelaki tinggi disana dan gadis itu tidak lain adalah Teresa, "Anjinggg lo ngapain disini? Katanya lo mau jalan?" bisik Tisha gemas sendiri sedangkan Teressa hanya bisa menetralkan degup jantungnya karena kaget.
"Ya kan bener gue mau jalan, mana gue tau kalau double date nya sama lo!"
"Lo nggak bilang gebetan lo itu si Jack Jack itu."
"Gue bilang kemaren tolol, lo nggak denger lagi video call."
Mereka berdua menoleh kebelakang secara bersamaan, melihat dua lelaki itu kebingungan dan tidak mengerti dengan situasi ini. Akhirnya mereka kembali ke posisi masing-masing, Tisha disamping Jeffian dan Teresa di samping Jack. "Jadi, ini kalian udah saling kenal?" tanya Jeffian yang masih bingung, bukannya Teresa itu yang berambut permen karet?
Tisha mengangguk semangat, "Teresa sama aku temen sekelas hehe." jawabnya. Tidak ada cara lain, ia tidak bisa membohongi Jeffian dan Jack juga sepertinya hanya paham ini. Lagipula ini tidak disengaja, namun bagi Tisha dan Teresa ini adalah hal baik. Mereka tidak perlu canggung antara satu dengan yang lain jika mengobrol.
Teresa menatap jam tyang melingkat ditangan kirinya, "Eh, filmnya udah mau mulai." katanya. Tisha melihat kembali tiket yang dipegang sang pacar, benar juga. Sepertinya waktu untuk berbasa-basi sudah selesai.
"Ayo-ayo! Yang, Aku sama Teressa duduk ditengah ya! Ayo, Ter!" Tisha menggandeng Teresa memasuki studio, meninggalkan kedua lelaki yang berdiri mematung disana. Jeffian dan Jack saling berpandangan.
"Wah gila." komentar Jack masih tidak percaya dan Jeffian hanya bisa menggelengkan kepalanya. Mereka tidak bisa berkata-kata lagi, ide untuk double date kali ini sepertinya gagal. Kedua gadis itu saling menempel, tidak terpisahkan.
an.
Ejej merasa Twinkie = Teresa