Dari rooftop lantai empat, Tisha merasakan angin malam yang menerpa wajahnya. Ia baru saja pulang dari kampus, menunggu Jeffian rapat dengan organisasinya. Sekarang lelaki itu berada disampingnya, duduk di sofa dan bersandar. "Apa yang mau kamu omongin?" tanya Jeffian, disini hanya mereka dan dua pasangan lain yang jaraknya berjauhan. Keadaan yang cocok untuk saling terbuka satu sama lain.
"Kamu. Kita udah pacaran lebih dari dua minggu, tapi aku belum tau alasan kamu pacaran sama aku itu apa. Bukan yang taruhan itu." jawab Tisha tenang, ia melirik Jeffian disampingnya lalu beralih menatap jalanan padat yang terlihat dari cafe tempat mereka berbincang.
Jeffian tidak menyangka jika Tisha akan bertanya hal ini, "Aku emang nggak punya alasan. Semua alasannya ada di kamu. Aku lagi nggak gombal, ini serius." Tisha tertawa kecil. Mengangguk mengerti dan menyandarkan dirinya disamping Jeffian.
"Apa kamu begini juga? Ke setiap mantan kamu?" Tisha bertanya dengan sangat pelan, benar-benar tidak ingin membuat Jeffian tersinggung atau yang lainnya. Gadis cantik ini hanya penasaran, apa hanya dirinya yang diperlakukan seperti ini?
Tangan kiri Jeffian merangkul pundak Tisha, tertawa hingga gigi taringnya terlihat. "Cuma kamu. Sampe aku mikir I'll do anything just for you, soalnya yang dulu-dulu nggak ada yang kayak kamu." Tisha langsung memeluk pacarnya dari samping, ia tidak pernah percaya dengan ucapan lelaki mana pun setelah putus dengan pacar terakhirnya. Namun secara sadar Jeffian mengembalikan kepercayaannya, membuatnya berpikir jika masih ada lelaki baik yang dapat dipercaya.
Tisha mendongak menatap Jeffian dari samping dan merapihkan rambut depan pacarnya, "Emangnya dulu pacar kamu gimana?" tanya Tisha penasaran.
Ingatan Jeffian kembali pada pengalaman yang cukup mengecewakan bersama mantan pacarnya dulu, "Aku dulu punya tiga mantan, putusnya macem-macem. Ada yang terlalu childish susah diatur, cuma manfaatin aku juga ada, bahkan yang selingkuh pun ada." Tisha membuka mulutnya sedikit, menatap Jeffian tidak percaya. Orang sebaik pacarnya pernah diselingkuhi? Terdengar tidak masuk akal, namun sepertinya benar.
Jeffian menolehkan sedikit kepalanya menatap Tisha yang membuka mulutnya sedikit, tangan kanannya bergerak untuk menaikkan dagu Tisha agar gadisnya bisa menutup mulutnya. "Jadi, pas ngerasa kamu orangnya cocok nih buat aku. Aku nggak akan sia-siain." lanjut Jeffian lagi dan Tisha lagi-lagi membuka bibirnya serta membulatkan mata.
"Nih tutup nanti kemasukan gajah, yang." Tisha langsung menutup bibirnya yang terbuka, tidak menyangka jika ia mendapatkan pacar sebaik Jeffian dengan usaha yang tidak main-main. Ya, mereka hanya melakukan pendekatan beberapa hari dan nyatanya Tisha sudah jatuh hati. Jeffian selalu ada untuknya selama itu, mendengarkan ceritanya, memberikannya sebuah nasihat, mengapresiasi keberhasilan kecil yang Tisha lakukan, hingga menghibur gadis itu dengan candaan sekelas ayahnya.
Semua tentang Jeffian, Tisha suka. Betapa ia sangat bersyukur bertemu dengan lelaki sepertinya, "Oh, pantes kamu nggak gamon ya? Awalnya aku pikir kamu itu cuma penasaran sama aku terus yaudah kamu ghosting, mana akun mu kayak akun bodong. Aku juga sempet ngira adek kelas. Eh, ternyata pacarku!" Jeffian tertawa, membawa Tisha pada pelukannya. Sebuah hal bodoh yang Jeffian lakukan ketika memberanikan diri mengirim pesan pada Tisha sebelum memperbaiki akun sosial media nya.
"Tapi, kamu masih komunikasi nggak sama mantan bajingan mu itu?" Tisha semakin menempel untuk memeluk Jeffian karena udara malam yang terasa dingin, ia ingat bagaimana si cantiknya ini bercerita mengenai mantannya yang terakhir hingga sulit bernafas ditengah tangisnya. Dua tahun yang lalu, mantannya membentak Tisha di pinggir jalan dan hampir menamparnya hanya karena Tisha tidak ingin diajak pergi untuk makan siang. Bahkan lelaki tempramental itu tidak peduli jika Tisha nyaris pingsan karena demam tinggi setelah selesai masa orientasi di kampusnya.