"Gue gak amnesia, buktinya gue ingat kalian semua!"
"Tapi lo lupa apa yang terjadi beberapa jam yang lalu, Yan!" ujar Kainan yang membuat Bryan bungkam.
Sekarang mereka berada di rumah Bryan dan Jenno, duduk di karpet bulu yang berada di kamar luas Bryan. Karena tadi Bryan bersikeras bahwa dirinya ingin pulang, karena aroma obat-obatan itu membuatnya muak.
Bryan menghela nafasnya ketika menyadari jika dia sudah beberapa hari dirumah sakit, "Gue besok sekolah!" Sontak keputusan Bryan membuat Jenno duduk tegap, ia menatap kakaknya itu dengan menggeleng tanda tak setuju.
"Enggak kak, lo harus istirahat dulu!"
"Dek, kalau gue gak sekolah gue bakal ketinggalan banyak pelajaran, apalagi gue sekarang udah kelas 12!"
"Tap-"
"Udah biarin kakak lo mau apa, keras banget kepalanya itu dibilangin."
"Nggak usah bacot lo Jun!"
"Dih, gitu doang marah, kenapa sih lo?!"
Bryan pun tak tau, semenjak dia sadar, emosinya menjadi susah di kontrol, dia menjadi sensitif meskipun itu hal kecil.
"Jangan di perpanjang! Lo juga Jun, lo tau sendiri kalau Bryan gimana orangnya, dia lebih mentingin sekolah dari pada kesehatannya."
Onjun berdecak, dan mendelik sinis kearah Bryan. "Si paling ambis!"
"Gue emang ambis, kenapa!!"
"Lo!!" Onjun sangat geram melihat kelakuan Bryan sekarang, ia mengambil bantal, dan melemparnya kuat dan itu pas mengenai wajah Bryan. Melihat itu, Onjun tersenyum kemenangan. Berbeda dengan Bryan yang memasang wajah kesal, lalu Bryan mengambil bantal itu dan membalas Onjun, tetapi ternyata Onjun menghindari.
"Hahahah.... mampus gak kena!"
Saat akan berdiri, Jenno melarang karena takut jahitan di paha dan punggung kakaknya terbuka lagi. Mau tak mau, Bryan menahan kekesalannya itu.
Besok siangnya Bryan dan Gio sedang duduk di taman sekolah yang dekat dengan parkiran. Sedangkan dua sahabatnya yang lain lagi ada kepentingan. Seperti Kainan yang perutnya mules akibat makan sambal terlalu banyak, dan Onjun yang berada di lapangan sedang bermain bola basket bersama beberapa siswa lainnya.
Tak sengaja mata Gio menangkap objek di luar gerbang sekolah, keningnya mengkerut saat melihat siapa orang itu.
"Dia." Gio berkata dengan memberitahu menggunakan lirikan matanya.
Segera Bryan mengikuti arah pandang Gio dan seketika ia memutar bola matanya jengah, "Tu cewek gila ngapain kesini sih!!"
"Tapi yang jelas pak Marko keliatan akrab sama dia, setau gue tu satpam susah di akrab-in."
KAMU SEDANG MEMBACA
RACHA THE GESREK
Tiểu Thuyết Chung‼️END‼️ "The real, sarapan pagi dengan roti!" "Gue mau kita putus!" "Kenapa? Lo mulai anggap gue kakak?" "Makin gila lo, gue baru tau ada orang yang segila ini." "Makasih untuk pelukannya tadi." "Beruntung juga ya mereka bisa punya guru olahraga sec...