Sudah hampir seminggu jaemin tak melihat pria bertubuh mungil, memiliki bibir peach, hidung mancung dan senyum manis itu. Dia benar-benar hilang dari penglihatan nya, entahlah kemana perginya, tapi ia setiap harinya selalu merasa kosong, dia benar-benar frustasi. Jaemin tak tau, hal apa yang membuat nya kosong.
"Gw benci kekosongan ini." Jaemin meremat rambutnya, sampai berantakan.
"Kenapa lu?" Tanya Mark.
"Kaga tau." Jaemin.
"Dih, bisa gitu anying." Jisung.
"Eh, seminggu ini renjun gak keliatan gak sih?" Tanya Jisung.
Saat mendengar nama renjun, hati jaemin menghangat secara tiba-tiba. Jantung nya juga berdetak begitu cepat, rasa kosong itu pun hilang, dan di gantikan dengan rasa hangat yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Yoi, bahkan kemarin gw cuman liat haechan, sama si chenle nya doang di kantin. Renjun nya gak ada." Mark.
"Terakhir ketemu, seminggu yang lalu gak sih?, Yang dia nyamperin jaemin ke rooftop." Jisung.
"Yoi." Jeno.
Mereka bertiga secara bersamaan, melihat ke arah jaemin yang sekarang juga melihat ke mereka.
"Apaan?" Sinis jaemin.
"Lu..." Mark.
"Gw gak ngapa-ngapain." Potong jaemin.
"Yakin lu?" Jisung.
"Emang gw mau ngapain sih sama si hama?" Jaemin.
"Ya kali aja gitu, soalnya aneh banget. Masa setelah ketemu sama lu, dia ilang ke di telan bumi." Jisung.
"Gw gak tau." Jaemin.
"Tapi kaya ada yang kurang gak sih?" Tanya Jeno tiba-tiba.
"Apa?" Jisung.
"Biasanya pagi-pagi kaya gini, renjun dateng dengan senyum manisnya, sambil bawa bekel buat kita." Jeno.
"Lah iya anjir, pantes ke ada yang kurang, terus rasanya ke gimana ya, pokonya ada kegiatan yang hilang." Jisung.
"Kira-kira dia kemana ya?, Gila sih bener-bener ke di telan bumi tu anak." Jisung.
"Lu bener-bener gak ngapa-ngapain kan jaem?" Tanya Mark.
"Lu curiga sama gw?, Gw gak ngapa-ngapain. Selain dia yang ngoceh ke gw." Jaemin.
"Ngoceh apaan?" Mark.
"Kepo Lo." Jaemin pergi dari kelas, meninggalkan teman-temannya.
Jaemin pergi ke rooftop sendirian, ia berdiam di sofa usang yang ada di rooftop. Menyenderkan tubuhnya sambil memejamkan mata.
Angin sepoi-sepoi mengenai rambut jaemin, seakan-akan ia memberikan jaemin ketengan. Tubuh jaemin memang tenang, tapi pikiran nya sejak tadi sangat berisik.
Bayang-bayang seakan terputar begitu saja di kepala Jaemin, bagai film dokumenter yang telah di setel tanpa tau cara mematikan nya.
"Anjing." Teriak jaemin dan membuka matanya.
Hanya ada dua tokoh dalam film dokumenter, yang berkelana di pikiran jaemin. Dirinya dan renjun. Semua kenang-kenangan pahit itu, bermunculan di pikiran tanpa henti.
Seakan-akan ia di paksa, untuk menonton nya sendiri'an.
"Diem anjing diem." Lirih Jaemin sambil memukul kepalanya.
Bayangan di mana ia memaki-maki renjun di halaman belakang rumahnya, setelah kecelakaan Kanaya. Di bawah hujan yang deras, kenangan itu terus terputar di pikiran jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Open Up Your Heart
Romance"Apa sesulit itu membuka hati mu untuk ku?, apa perjuangan ku selama ini tidak berguna bagimu?, mau sampai kapan kamu terus mengacuhkan ku?, mau sampai kapan kamu menganggap aku tidak ada? sungguh aku mulai lelah Nareswara Jaemin. jika kamu berpikir...