BAGIAN - 56

40 7 3
                                    

Napas Nathan terengah-engah, keringatnya bercucuran karena rasa cemas berlebihan dan juga gerak tubuhnya yang terlalu cepat ingin mencapai Seina.

“Sei...”

Gadis yang tengah menggigit kuat jari telunjuknya di depan pintu rumah itu segera mengangkat kepala, melihat sosok ketua kelasnya yang masih dengan pakaian yang sama saat keduanya pulang bersama.

Rambut cowok itu hampir menutupi seluruh matanya karena mengambil posisi menunduk memegang lutut kelelahan. Secepat itu Nathan datang ketika ia memanggil.

“Nathan?”

Trust me, everything it's gonna be oke...”

Riuh piruk cahaya yang berasal dari jepretan kamera dan bisingnya para wartawan yang terus-menerus berbicara untuk meliput berita memenuhi area lobi rumah sakit.

“Insiden tertabraknya mobil oleh truk di jalan Kenanga menyebabkan suami dari model senior sekaligus designer ternama Renata Iravati, Ardito Permana mengalami cidera yang cukup serius.

—Salah satu generasi kedua dari Permana grup tersebut hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda sadarkan diri, begitupula dengan wanita yang satu mobil dengan Ardito Permana.”

Gemetar dan dinginnya telapak tangan Seina dapat Nathan rasakan lewat sebuah genggaman yang dilakukan keduanya. Tatapan kosong dan air mata yang terus-menerus mengalir dari pelupuk mata Seina membuat Nathan merasa tidak berdaya.

Nathan tau seberapa besar keinginan Seina untuk segera masuk ke dalam ruangan Papa nya dan memeluk pria itu kuat-kuat.

Namun kumpulan manusia yang menghadang di depan sana pastinya tak akan membiarkan Seina berlalu begitu saja. Berbagai pertanyaan basa-basi yang sungguh basi itu pasti akan terus terlontar dan membuatnya semakin terpojok.

Tapi ia tidak mungkin membiarkan hal ini terus terjadi, setidaknya kehadirannya di sini bisa membantu sedikit situasi Seina saat ini. Hingga sebuah ide muncul saat Nathan tak sengaja melihat jaket varsity yang tengah ia kenakan.

“Sei... percaya gue kan?”

Hanya satu hal yang Nathan tak pernah bayangkan sebelumnya, anggukan kecil dari Seina atas pertanyaan lancang ini.

Sebelumnya ia berkali-kali mendengar dari mulut Seina sendiri bahwa gadis ini sama sekali tidak mempercayai segi apapun dari seorang lelaki. Tetapi untuk kali ini dirinya adalah sebuah pengecualian? Nathan merasa terhormat untuk itu.

Dengan lembut, Nathan mengusap lembut jejak air mata di kedua pipi Seina sembari tersenyum. Melepas jaketnya dan memasangkannya pada Seina seperti jubah untuk melindungi diri.

Take my hand.”

_____

“Re—nata...”

Samar-samar suara serak yang terdengar berat mulai membangunkan Renata dari tidur ketidaksengajaannya. Wanita yang masih memakai blazer hitam khas kerjanya mengerjapkan mata tak kala melihat Saras yang mulai sadarkan diri.

Jangan tanya mengapa ia lebih memilih menunggu wanita picik ini dibanding suaminya sendiri. Jawabannya sudah sangat jelas, ia hanya tidak ingin membuat tubuh dan hatinya lelah untuk menghadapi wartawan ataupun keluarga Dito.

“Saras? Kamu bisa dengar saya?” tanyanya, ikut bangun untuk membantu selingkuhan suaminya itu untuk mencari posisi ternyamannya.

Ada begitu banyak luka yang tercetak jelas di seluruh bagian tubuh Saras, paling parah pada kepalanya yang sudah diperban berlapis-lapis. Renata bingung apa yang dipikirkan Dito hingga mereka berdua harus mengalami insiden seperti ini. Amat merepotkan.

Ketua Kelas [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang