Win memutar kran pada wastafel di hadapannya, ia sedang mencuci tangannya setelah ia buang air kecil. Disampingnya ada dua orang wanita bule yang sedang berbicara. Win tanpa sadar menguping pembicaraan mereka, karena apa yang win dengar mereka sedang membicarakan tentang sirkuit dan pembalap. Win semakin penasaran dengan arah pembicaraan mereka.
"Kau tahu kenapa aku putus dengan kekasihku yang pembalap itu?" Seru wanita tinggi dan seksi yang kini sedang merapikan lipstiknya.
"Kenapa? Kau pasti sudah menemukan lelaki yang lebih menggoda Tebak teman wanita itu yang juga sedang merapikan riasannya.
"Tidak! Aku tidak siap jika harus kehilangannya" Wanita itu sudah meletakan lipstiknya ke dalam tas kecil miliknya setelah riasan di wajahnya ia rasa cukup.
"Maksudmu?" Wanita bule dengan tubuh berisi itu pun menoleh menatap wanita tinggi di sampingnya.
"Kau tau bukan? Resiko menjadi pembalap itu apa? Mereka harus mempertaruhkan Nyawanya. Kau tau rasanya saat menemaninya race? Jantungku rasanya tak bisa bekerja dengan baik. Bukan hanya itu, jika dia jatuh saat race kakiku rasanya begitu lemas. Meskipun sejauh ini kondisinya baik - baik saja tapi tidak denganku. Aku menyerah berpacaran dengannya karena aku tak ingin merasakan kehilangan!" Jelas wanita tinggi itu sambil melipat kedua tangannya dan diletakan di atas perutnya.
"Kau terlalu banyak menonton drama! Bukankah lelaki itu terlihat keren?" Wanita bertubuh berisi itu memasukan semua alat make upnya ke dalam tas kecilnya dan kini tatapannya tertuju kepada sahabatnya yang masih Setia berdiri di sampingnya.
"Kau tidak tahu? bahwa sudah ada 1 pembalap pada tahun ini yang harus meninggal di sirkuit karena kecelakaan pada motornya yang tiba - tiba tidak bisa dikendalikan, lalu ia di lindas dengan temannya sendiri. Itu sangat menakutkan ketika aku ada disana.
Aku membayangkan jika itu dia dan aku benar - benar tidak bisa hidup seperti ini. Selalu dipenuhi ketakutan saat ia tengah bertanding" Wanita itu sudah bersiap keluar dan wanita yang menjadi pendengar curhatnya itu juga sudah mengambil tasnya lalu mereka keluar bersama dari toilet yang masih ada win disana.
Win sungguh lemas saat mendengar cerita itu, kenapa merasa takut saat mendengar cerita itu? Kenapa ia menjadi khawatir dengan Bright? Ia sangat takut jika terjadi sesuatu dengan lelaki yang selalu membuatnya kesal itu. Ia berjalan dengan tatapan kosong. bagaimana jika cerita itu akan terjadi dengan Bright? Win segera membuyarkan pikiran jeleknya. Ia tak ingin terjadi apa apa dengan Bright meskipun lelaki itu kadang membuatnya kesal. Win melihat Bright masih duduk santai disana, ia melihat bahu itu. Tubuhnya yang masih begitu bugar dan sehat bisa saja akan terluka saat ia mengendarai tunggangan kebanggaannya besok.
Win kembali menutup wajahnya menahan semua pikiran buruk yang mungkin saja tidak akan terjadi. Tapi kata - kata yang mengatakan bahwa pembalap itu mentaruhkan nyawanya, bukankah itu gila? Bagaimana bisa Bright menaruhkan nyawanya untuk kesenangannya? Win memandang Bright dengan mata yang hampir saja menangis. Lelaki itu sudah berdiri dan hendak meninggalkan bar, win menatap dalam wajahnya yang entah kenapa membuatnya semakin lama semakin mengangguminya. Dia mungkin memang tak setampan Cinta pertamanya Nani, tapi Ia tak menampik kharisma yang dimiliki Bright lebih ia sukai dari pada boss kesayangannya itu.
Bright menatap win heran dan win segera berlari kearahnya lalu memeluk tubuhnya erat. Win sungguh tak ingin terjadi sesuatu pada lelaki dipelukannnya ini. Win bahkan sudah menangis membayangkan hal buruk yang mungkin terjadi dengan lelaki yang kini mencoba melepaskan pelukannya.
"Kau kenapa?" Bright menatap win yang menunduk dengan air mata yang masih mengalir.
"Apa kau benar - benar harus bertanding besok? " Win enggan menatap Bright.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPEED OF LOVE [BRIGHTWIN]
Fanfiction" Setiap moment kita bersama,bisa jadi saat itulah awal aku mulai merasa seseorang datang padaku. pertama-tama yang aku lakukan adalah membuka hatiku, hingga tanpa sadar membuat semua kebersamaan itu menjadi berharga"