Bright sudah duduk di hadapan nyonya pam yang tak lain adalah ibu win. Saat wanita cantik itu mempersilahkan nya untuk duduk. Mata mereka bertemu namun tak ada senyum yang terlihat dari nya membuat nyonya pam sedikit bingung dengan sikap nya hari ini. Tak mau ambil pusing, nyonya pam menenggak minumannya dan memulai berbicara santai pada kekasih anaknya ini.
"Ada perlu apa kau menghubungiku?" Seru nyonya pam memecahkan keheningan.
"Maaf, aku menganggu waktu anda" Bright membungkuk sedikit untuk tetap menghormati wanita paruh baya namun masih tetap sangat cantik.
"Tidak, kau sama sekali tak menggangguku! Lalu apa tujuanmu menemuiku?" Nyonya pam tersenyum segaris menunggu jawaban Bright yang ingin menemuinya hari ini.
"Aku ingin menikahi anakmu nyonya" Seru Bright tegas membuat nyonya pam terkejut sampai membuka mulutnya tak percaya.
"Aha-Kurasa win tak pernah menganggapku sebagai ibunya dan kurasa kau tak perlu meminta ijin dariku" Nyonya pam terkekeh kecil, ia menyadari hubungannya dengan win tak sedekat itu sampai Bright harus meminta ijin padanya.
"Anda benar! Win memang tak pernah menganggap anda sebagai ibunya tapi aku tetap menganggap anda sebagai ibu dari wanita yang aku cintai" Bright terus menatap lurus nyonya pam tanpa takut seperti pertama kali mereka bertemu.
"Tanpa dirimu win tak mungkin hadir di dunia ini dan bertemu denganku. Aku tahu bahwa hubungan anda dengan win tak seperti hubungan ibu dan anak pada umumnya, tapi bisakah anda sekali saja bersikap sebagai ibunya saat ini?" Bright sebenarnya sangat kesal dengan nyonya pam yang sepertinya memang sangat sulit berubah untuk menjadi ibu yang baik. Tapi ia tetap ingin menghormatinya layaknya seorang ibu dari wanita yang ia cintai.
"Lalu apa yang kau inginkan dariku? Aku tak berhak memutuskan masa depan anakku. Aku mengijinkan atau tidak mengijinkannya tak akan merubah keputusan win jika memang dia menerimamu" Nyonya pam sadar bahwa pendapatnya tak akan merubah keputusan mereka dan apa yang Bright lakukan saat ini benar-benar sia-sia.
"Seperti yang aku katakana. Aku menginkan ijin darimu dan jika memang kau tak mengijinkannya, aku tetap akan berusaha untuk mendapatkan ijin darimu
karena seburuk-buruknya anda memperlakukan win anda tetap ibu dari kekasihku "Bright melihat bahwa nyonya pam terdiam sejenak, perkataan Bright seperti menamparnya, berulang kali lelaki itu mengatakan bahwa ia adalah seorang ibu. Apakah lelaki ini tengah menyindirnya? Apa lelaki ini tak tahu kalau dirinya bersusah payah melupakan masa lalu kelamnya dengan menjauhi anak kandungnya sendiri? Batin nyonya pam campur aduk yang akhirnya kembali mengingat masa kelamnya."Aku akan menyerahkan kebahagian anakku padamu! Kurasa itu cukup untuk menjawab pertanyaanmu dan hanya itu yang bisa aku lakukan untuknya" Nyonya pam hendak pergi namun Bright kembali membuka suaranya.
"Setelah ini kuharap kau tak pernah menemuinya lagi" Perkataan Bright membuat nyonya pam kembali duduk, lalu ia pun menatap Bright dengan kening mengekerut.
"Apa maksudmu? Apa hak mu melarang aku menemuinya?" Nyonya pam tak percaya dengan ucapan Bright, seenaknya saja lelaki itu melarangnya bertemu dengan anaknya sendiri? batin nyonya pam kesal.
"Aku tak ingin anda menemuinya jika anda hanya membuatnya terluka. Temuilah dia jika anda berniat memperbaiki hubungan anda dengannya! Jika anda membutuhkan sesuatu anda bisa menghubungiku. Ini caraku melindunginya sebagaimana orangtua melindungi anaknya" Bright berdiri dan membungkuk hormat sebelum ia pergi meninggalkan nyonya pam yang terdiam terpaku.
Lelaki itu menyindirnya karena tak pantasnya ia disebut sebagai seorang ibu untuk win, tak pernah melindunginya dan selalu menyakitinya? Batin nyonya pam mencoba untuk tenang menanggapi ucapan Bright yang sangat menyakitinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPEED OF LOVE [BRIGHTWIN]
Fanfiction" Setiap moment kita bersama,bisa jadi saat itulah awal aku mulai merasa seseorang datang padaku. pertama-tama yang aku lakukan adalah membuka hatiku, hingga tanpa sadar membuat semua kebersamaan itu menjadi berharga"