Nani sudah berdiri di hadapan Gigie yang diam terpaku tanpa senyum di wajahnya meski lelaki itu menatapnya dengan senyuman.
"Bagaimana pekerjaanmu disana?" Tanya Nani memecahkan keheningan di antara mereka .
"Phi...." Gigie bingung, ia harus mengatakan apa pada lelaki baik hati yang diam - diam menyukainya itu.
"Aku sudah bilang, jangan kau pikirkan diriku . Bersikaplah seperti biasa kau bersikap padaku " Nani memberikan Gigie sebuket bunga yang ia bawa dan Gigie segera menerima bunga mawar putih itu .
"Terimakasih, phi, maaf" Gigie menunduk lemas karena ia benar benar tak bisa membalas perasaan Nani. Hatinya sudah terisi penuh dengan sosok lelaki yang sangat ia rindukan, lelaki yang selalu menjadi semangatnya tapi sayangnya lelaki itu kini melihat ke arah lain.
"Kau tak perlu minta maaf. Kau sudah makan siang? " Tanya Nani masih dengan senyumnya.
"Belum " Jawab singkat Gigie.
"Baiklah kalau begitu kita makan siang dulu sebelum kau pulang!" Nani mempersilahkan Gigie jalan lebih dulu, Gigie tersenyum segaris dan melangkahkan kakinya.
"Apa kau sangat sibuk minggu ini? " Nani sudah berjalan di samping wanita yang hanya mengangguk menjawab pertanyaan nya. Gigie sendiri bingung, apa ia harus bersyukur karena di sukai lelaki sebaik Nani atau ia harus menyalahkan waktu yang membuat dirinya bertemu dengan Nani hingga perasaan lelaki itu cukup membuat nya seperti sulit bernafas? Entahlah.
----
Tontawan memperhatikan setiap gerakan, mimik wajah dan cara pengucapan intonasi dialog. Yaa, saat ini Tontawan tengah belajar berakting dari film yang ia tonton dirumahnya. Kini wanita itu mulai mencobanya dan semua tak ada masalah dengan akting Tontawan saat ia sedang latihan dan ia melakukannya dengan baik, dari ia mulai berakting menangis hingga marah - marah, membuat lelaki yang berdiri di ujung ruangan sambil menyandarkan tubuhnya pada dinding itu tersenyum. Lelaki itu bertepuk tangan membuat Tontawan membalikan tubuhnya dan menatap lelaki berlesung pipi itu datar."Mau apa kau kemari? " Tanya Tontawan ketus .
" Uuhhh - Kekasihku ini marah - marah terus " Dew mendekati Tontawan dan duduk di sofa depan Tontawan berdiri.
"Kau pikir aku sudah memaafkanmu? " Tontawan menatap Dew tajam, hatinya masih panas jika mengingat Dew melanggar janji mereka untuk tidak datang ke club sendiri ..
"Maaf, aku janji tidak akan melanggar perjanjian kita lagi!" Dew berdiri dan meraih tangan Tontawan berharap wanita itu mau memaafkannya sekarang. Tontawan berdiam sejenak seperti memikirkan sesuatu hingga akhirnya ia tersenyum segaris .
"Dengan satu syarat! Kau harus menemaniku belanja dan ke salon" Tontawan tahu itu semua adalah kegiatan yang sangat dibenci Dew, Tontawan harus bersusah payah meminta lelaki yang tengah membulatkan matanya itu untuk menemaninya jika hubungan mereka dalam keadaan baik - baik saja tapi kali ini pasti ampuh Pikir Tontawan dengan senyum liciknya.
"Baiklah" Jawab Dew lesu, jika Tontawan sudah mulai belanja dan pergi ke salon ia harus bersiap - siap lelah. Tontawan melompat kepelukan Dew dan menciumi kedua pipi lelaki yang sedang tersenyum terpaksa itu. Apapun akan ia lakukan agar wanitanya mau memaafkannya dan Dew pun ikut bahagia jika sudah melihat senyum cantik Tontawan.
------
Win berjalan bergandengan tangan dengan lelaki tinggi berlesung pipi dan memiliki hidung mancung. Bahkan lelaki itu memiliki tubuh sangat proposional persis pangeran dalam dongeng.Win melingkarkan tangannya di pundak lelaki itu yang kini mendaratkan bibirnya ke kening win dengan senyum bahagianya.
"Adegan apa ini? " Bright kesal saat melihat win di layar televisi dan saat ini Bright tengah berada di sirkuit untuk latihan. Melihat sahabatnya sedang melotot ke arah televisi, mike segera duduk di samping Bright yang sedang fokus menonton drama terbaru win itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPEED OF LOVE [BRIGHTWIN]
Fanfiction" Setiap moment kita bersama,bisa jadi saat itulah awal aku mulai merasa seseorang datang padaku. pertama-tama yang aku lakukan adalah membuka hatiku, hingga tanpa sadar membuat semua kebersamaan itu menjadi berharga"