Win dan Bright menoleh ke arah suara wanita yang tak asing untuk win, win menatap sang ibu dengan wajah datarnya.
"Ibu.. " Sahut win tak percaya, kini nyonya pam sudah berdiri di hadapannya dengan senyum tipisnya, tak ada yang berubah dari ibunya. Nyonya pam selalu cantik dengan pakaian mahal, tas branded dan tatapannya kepada putri satu - satunya itu, datar.
"Ib...ibu..? " Bright menatap win yang masih menatap sang ibu. Bright segera menghadap nyonya pam dan
membungkuk menyapanya. Nyonya pam tersenyum manis dan memperhatikan bright dari atas sampai bawah seperti ia sedang menelusuri setiap inci tubuh lelaki yang sedang berkencan dengan putrinya itu.Win sudah sangat kacau seharian ini dan ia harus bertemu empat mata dengan ibunya, sungguh semua ini membuat ia tak bisa lagi menahan air matanya. la segera masuk tanpa memperdulikan ibu dan juga Bright disana. Bright sedikit heran dengan sikap win namun ia mencoba berlaku baik dengan wanita yang selalu melihatnya dengan tatapan tajamnya.
"Masuklah nyonya" Seru Bright mempersilahkan nyonya pam masuk dan nyonya pam segera melangkahkan kakinya memasuki kondominium win lalu di ikuti Bright di belakangnya.
Kini Bright dan nyonya pam sudah duduk di ruang tamu kondo win, sedangkan win hanya berdiam diri dikamarnya. Ia sungguh enggan menemui ibunya, perasaannya masih sangat sakit jika ia mengingat kejadian yang membuatnya kini memutuskan hubungannya dengan sang ibu.
-----
FlashbackWin tengah duduk di meja makan bersama sang ibu yang sedang tertawa di balik gagang ponselnya. Saat ini adalah tepat 1 minggu kepergian ayah win, ia tak melihat kesedihan sama sekali di wajah sang ibu. Win benar - benar muak dengan tingkah ibunya
yang tak terlihat kesedihan sama sekali di wajahnya, bahkan saat ini ia dan kelompok sosialitanya berencana liburan ke Belanda membuat win tambah muak.
"Ibu, kita akan ke makam ayah bukan?" Win yang saat itu baru menginjak bangku sekolah menengah atas hanya bisa diam tak berani melawan sang ibu.
"Kau saja yang pergi bersama bibi jeny!" Jawab nyonya pam yang kini sudah meninggalkan meja makan lebih dulu.
"Bu, apa kau tidak kehilangan ayah sama sekali? Bagaimana bisa ibu bersikap seperti ini? Bahkan dulu kau tidak memperhatikannya saat ayah di rawat di rumah sakit akibat kecelakaan" win meninggikan suaranya membuat nyonya pam terkejut melihat putrinya yang tak pernah berteriak kini dengan beraninya berteriak di depannya.
"Kenapa kau berteriak padaku eoh? Apa kau tidak di ajarkan sopan santun?" Nyonya pam menatap punggung anaknya yang sepertinya sedang menangis itu.
"Apa ibu pernah mengajarkan ku sopan santun? Bu apa aku dan ayah tak penting untukmu?" Win sudah menatap sang ibu dengan air mata yang terus saja berlinang. Nyonya pam hanya
terkekeh kecil sebelum menjawab pertanyaan putri semata wayangnya itu.
" Apa ayah mu tak pernah bercerita tentang kami? " Nyonya pam menatap putrinya datar, tak ada penyesalan di hatinya saat ini.
"Apa maksud ibu?" Win mengerutkan keningnya bingung.
"Aku dan ayah mu tak pernah saling mencintai! Seharusnya kau tidak hadir dan aku tak akan menikah dengannya" Jawab nyonya pam dengan nada tingginya membuat win tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Ibu..." Win benar - benar tak bisa berkata saat ini.
"Kau sudah tahu alasannya kenapa aku tak ingin lama-lama bersamamu? Karena jika aku bersamamu aku akan kembali mengingat kejadian 16 tahun lalu saat lelaki brengsek itu memperkosa ku. Beruntung ayah mu saat itu memiliki kekuasaan sehingga aku bisa menikmati kekayaannya" seru nyonya pam semakin membuat win tak percaya, apa maksudnya ini? Apa ia benar - benar tak diinginkan oleh kedua orangtuanya. Tidak ayahnya begitu sayang padanya meskipun ia begitu sibuk tapi ia bisa merasakan kasih sayang sang ayah ketimbang ibunya
KAMU SEDANG MEMBACA
SPEED OF LOVE [BRIGHTWIN]
Fanfiction" Setiap moment kita bersama,bisa jadi saat itulah awal aku mulai merasa seseorang datang padaku. pertama-tama yang aku lakukan adalah membuka hatiku, hingga tanpa sadar membuat semua kebersamaan itu menjadi berharga"