Bright memarkirkan mobilnya tepat di lobby kondo win, malam ini rasanya ia ingin sendiri memikirkan apakah dirinya akan menemui ibunya atau tidak? Jujur saja ia sudah sangat lupa dengan wajah wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini, ia seperti asing dengan wanita yang meninggalkannya 20 tahun yang lalu. Bersyukur ia memiliki sang bibi yang menggantikan posisi ibunya meskipun ia tumbuh tanpa ibu tapi ia tak kehilangan kasih sayang ibu yang diberikan oleh bibinya.
Win kembali mengambil tangan Bright dan menggenggamnya erat, Bright yang memang sempat melamun itu akhirnya sadar bahwa saat ini win tengah duduk disampingnya. Win tersenyum dan ia membelai wajah lesu Bright malam ini. Ia tahu kalau lelakinya ini tengah berperang dengan perasaannya sendiri, ia memang tak tahu alasan Bright menangis karena ia belum menceritakan apa-apa.
"Apa kau butuh teman?" Win merapikan rambut Bright yang sedikit berantakan, ia sungguh tak ingin Bright terlalu lama bersedih seperti ini.
"Tidak, Aku akan pulang malam ini, maaf" Bright membalas genggaman tangan win dan mencoba tersenyum agar win dapat merasa lebih tenang.
"Hmm, aku akan menunggu sampai kau siap bercerita padaku" win memeluk Bright sebelum ia turun dari mobil.
"Hati-hati di jalan. Kabari aku jika kau sudah sampai" win melepaskan pelukannya dan mengecup singkat bibir sexy Bright.
Win melambaikan tangannya dengan senyuman termanisnya hingga membuat Bright dapat kembali tersenyum. Mobil BMW warna hitam itu melesat hingga tak terlihat. Win yang sejujurnya sangat khawatir dengan Bright hari ini harus membiarkan lelaki itu untuk menyendiri lebih dulu. Win mengeluarkan ponselnya dari tas kecil miliknya dan ia menekan tombol call pada nama Tam.
"Tam sebutkan jadwalku besok!" Seru win santai sambil berdiri di depan lift.
"Besok acaramu hanya syuting drama phi. Kenapa?" Jawab Tam singkat la tak mengerti kenapa atasannya itu tiba-tiba menanyakan jadwalnya besok yang jarang sekali dia lakukan.
"Baiklah. Jam berapa syuting di mulai?" Win berharap disaat seperti ini ia memiliki banyak waktu untuk Bright namun sepertinya itu tidak mungkin.
"Mungkin siang phi, sekitar jam 1:00" Lagi-lagi Tam menjawab singkat.
"Kau tak perlu menjemputku dan aku akan pergi ke lokasi sendiri. Kirimkan saja alamatnya padaku" win segera memutuskan sambungannya setelah pintu lift terbuka.
----
Malam ini entah apa yang membuat Gigie begitu rajin membersihkan seluruh kondominium nya. Menghabiskan tenaganya agar ia segera melupakan semua kejadian-kejadian yang sempat membuatnya terpuruk. Suara bell kondo nya berbunyi dan segera mungkin ia berlari membuka pintu itu, ia sangat terkejut saat melihat Nani datang dengan membawa sekantong beer dan ayam goreng."Kau sedang olahraga?" Nani heran melihat Gigie yang biasanya sangat cantik meskipun tanpa make up kini terlihat berantakan dan berkeringat.
"Tidak, aku sedang membersihkan rumahku. Kurasa setelah aku disibukan dengan pekerjaan aku tak pernah lagi menyentuh perabotanku lagi" Gigie mempersilahkan Nani masuk ke dalam dan ia sedikit terkejut melihat barang-barang Gigie yang berserakankan di lantai.
"Apa kau tak memiliki pekerja untuk membersihkan ini semua?" Nani memperhatikan setiap inci kondo Gigie yang sudah nampak bersih namun masih belum rapih.
"Ada, hanya saja malam ini aku ingin mengerjakannya sendiri. Maaf rumahku berantakan" Gigie mengambil duduk di samping Nani yang sedang sibuk membuka kaleng beer untuk nya.
"Aku akan membantumu setelah kita bersantai sejenak" Nani menyodorkan beer itu kehadapan Gigie sambil tersenyum, ia sangat senang hubungannya dengan Gigie sudah kembali normal dan tak canggung lagi. Ia bahkan melihat sisi Gigie yang baru, ia sangat ceria dan sepertinya Gigie sudah nampak lebih baik, batin Nani senang. Akhirnya Gigie dapat kembali tersenyum meskipun ia tak banyak berharap tentang hubungan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPEED OF LOVE [BRIGHTWIN]
Fanfiction" Setiap moment kita bersama,bisa jadi saat itulah awal aku mulai merasa seseorang datang padaku. pertama-tama yang aku lakukan adalah membuka hatiku, hingga tanpa sadar membuat semua kebersamaan itu menjadi berharga"