Gigie sudah mempersilahkan win masuk dan duduk di ruang tamu kondonya, ia meletakan teh hangat di atas meja depan win. Win memperhatikan setiap gerak gerik Gigie dengan tatapan tajam tak sukanya, win bukan manusia berhati malaikat yang akan baik- baik saja berhadapan dengan mantan pacar kekasihnya, wanita mana yang tidak akan kesal atau cemburu jika melihat dan mendengar bahwa mantan pacar kekasihnya itu masih mengharapkan kekasihnya kembali.
Win menarik nafas panjangnya dan menyesap sedikit teh hangat itu lebih dulu sebelum memulai percakapannya dengan Gigie. Gigie hanya diam tak bersuara, tatapannya juga biasa tidak seperti win yang siap mencabik wanita di hadapannya ini.
"Kau tahu bukan bahwa aku bukan wanita pintar basa-basi?" Seru win membuka obrolannya dengan nya, ia hanya mengangguk tanda ia sangat tahu bahwa win bukan wanita yang pintar basa- basi.
"Aku kesini ingin mengatakan bahwa sampai kapanpun aku tak akan pernah melepaskan Bright!" Win sangat tegas berkata seperti itu membuat nya tak mengerti maksud ucapan win padanya
"Maksud phi win?" Gigie mengerutkan keningnya heran.
"Bomi pernah meminta padaku untuk melepaskan Bright untukmu. Dan aku kesini untuk mengatakan kalau aku tak akan melepaskannya! tapi aku bukan wanita egois yang akan menahan Bright untuk selalu bersamaku" Seru win santai, ia menyandarkan tubuhnya ke sofa sambil meletakan tangannya di atas perut. Mendengar nama bomi kembali di sebut, membuat Gigie tak percaya dengan tindakan bomi yang semakin membuatnya pusing. Ia tahu niat bomi baik, tapi dengan begini ia menjadi merasa bersalah terhadap sahabatnya
"Phi win, Maaf aku tak pernah-"
"Sudahlah! Aku tak mau tahu dia melakukan itu karena disuruh olehmu atau karena emang perasaan bersalahnya padamu" win segera memotong pembicaraan Gigie, ia tak ingin berlama-lama berhadapan dengan Gigie saat ini.
"Aku sudah tahu semuanya Gie. Bomi sudah menceritakan Semuanya dan jujur saja, perkataannya sangat menggangguku. Itulah kenapa aku kesini langsung menemuimu" Lanjut win dan semakin membuat Gigie terdiam.
"Aku akan melepaskan Bright jika dia sendiri yang memilihmu. Aku akan pergi dari hidupnya dan tak akan pernah mengganggu hidup kalian" Seru win dengan tangis yang ia tahan, ia tak ingin terlihat lemah di hadapan Gigie sekarang.
"Tapi jika ia tak memilihmu, kau pergilah dari hidup kami dan jangan pernah kau dan bomi mengusik kami lagi! Bukankah itu adil?" Seru win membuat Gigie mencengkram celana tidurnya itu kuat-kuat la tak mengerti maksud win apa tapi yang ia tangkap adalah mungkin ia diberi kesempatan oleh win untuk kembali pada Bright.
"Phi win, aku sungguh-"
"Aku tak peduli kau mau menerimanya atau tidak? Tapi ini caraku untuk membuat hubungan kita jelas Gie. Aku tak ingin berurusan dengan dirimu berlarut-larut. Jadi jika memang kau tak menerima, itu berarti kau pergilah dari kami" win berdiri dan melangkahkan kakinya keluar kondominium Gigie tanpa pamit pada wanita yang tengah melamun tak percaya itu.
Gigie tak tahu harus apa saat ini, ia tahu Bright sudah tak akan pernah kembali padanya. Sebelum perang di mulaipun ia sudah kalah dan itu kenyataan yang sudah ia terima, karena dirinya sangat mengenal lelaki bernama Bright Vachirawit itu.
Win membuka mobilnya dengan tangan sedikit gemetar, ia tak percaya dirinya resmi menantang Gigie saat ini. Bagaimana jika Bright akan kembali padanya? Batin win yang saat ini penuh pertanyaan pertanyaan negative tentang perasaan Bright.
"Tidak. Kau sudah percaya kalau Bright mencintaimu! Seharusnya kau percaya diri bahwa Bright tak akan kembali pada Gigie" seru win mencoba menenangkan dirinya sendiri.
-------
Tontawan dan ibu Dew sibuk membuat kue di dapur, ibu Dew tahu bahwa putranya itu sedang ada masalah dengan kekasihnya ini, itulah kenapa ia menyuruh Tontawan untuk datang ke rumahnya. Tontawan sedang mencetak cookies yang akan ia panggang, berkali-kali ia tersenyum saat melihat bentuk cookies yang sedikit berantakan namun masih terlihat lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPEED OF LOVE [BRIGHTWIN]
Fanfiction" Setiap moment kita bersama,bisa jadi saat itulah awal aku mulai merasa seseorang datang padaku. pertama-tama yang aku lakukan adalah membuka hatiku, hingga tanpa sadar membuat semua kebersamaan itu menjadi berharga"