27.Break up

106 9 2
                                    

"Makima-san, apa maksudmu??" Denji seolah tak percaya dengan apa yang baru di dengarnya.

Kekasihnya itu baru saja membuat sebuah pengakuan yang sangat mengejutkan.

"Orang yang telah membunuh ayahku adalah ayahmu" ujar Makima yang kembali menceritakan masa lalunya.

Denji menatap ke arah Makima dengan tatapan tak percaya. Denji tahu kalau pamannya meninggal karena di bunuh, namun Denji mengira pamannya itu meninggal karena ikut campur dunia mafia seperti ayahnya.

"Makima-san, aku tidak mengerti apa yang kau katakan" Denji masih berusaha membantah perkataan Makima tersebut.

"Denji-kun, jujur saja aku tidak mau mengatakan hal ini, tapi bukankah kita berjanji tidak akan menyimpan rahasia lagi?" Makima mencoba untuk memegang tangan Denji.

Namun di luar dugaan, Denji justru menepis tangan Makima yang berusaha untuk memegangnya.

"Denji-kun" Makima juga seolah tak percaya dengan apa yang di lakukan oleh Denji.

Makima menceritakan tentang masa lalunya agar tidak ada rahasia lagi antara dirinya dengan Denji. Namun ternyata keputusan Makima salah, Denji yang memang sangat menyayangi pamannya tersebut tak menyangka kalau orang yang membunuhnya adalah mertuanya sendiri.

"Makima-san, aku sangat membenci orang yang telah membunuh pamanku" Denji menatap Makima dengan tatapan yang kosong.

Makima tersentak mendengar kata-kata dari kekasihnya tersebut. Orang yang di maksud oleh Denji tentu saja adalah ayahnya sendiri.

"Denji-kun, tapi ayahmu juga sudah membunuh ayahku!!" Makima mencoba untuk membela dirinya.

"Aku tak peduli, ayahmu memang pantas mati, jangan pernah menghubungi aku lagi, kita selesai sekarang" tanpa ada pertanda apapun Denji langsung memutuskan hubungannya dengan Makima saat itu juga.

Makima bak di sambar petir karena mendengar ucapan tersebut, dia hanya bisa diam dan meneteskan air mata. Makima tak menyangka kalau Denji akan membencinya karena telah menceritakan masa lalunya.

Ditambah lagi Denji juga menghina mendiang ayahnya, Makima tidak tahu harus marah atau sedih kali ini.

"Ayo kita pergi, Pochita" Denji mengandeng Pochita dan beranjak dari tempat duduknya.

Tanpa mengajak Makima, Denji langsung pergi dari cafe tersebut. Ia tak menghiraukan gadis berambut merah yang sedang menangis tersebut.

Denji memang sangat mencintai Makima, tapi rasa kehilangan Denji terhadap pamannya sama sekali tidak hilang selama bertahun-tahun. Denji sudah bertekad untuk membenci orang yang telah membunuh pamannya tak peduli siapapun itu.

"Nee Pochita, kurasa impianku adalah mimpi burukku" ucap Denji kepada anjingnya.

Pochita pun tak bereaksi apa-apa, dia melihat majikannya bertengkar dengan Makima di depan matanya sendiri. Walaupun Pochita adalah anjing, namun Pochita juga bisa mengerti perasaan seseorang terlebih majikannya sendiri.

Untuk sekarang, Denji benar-benar tak bisa berpikir jernih. Entah kenapa amarahnya langsung meledak ketika mendengar cerita dari mantan kekasihnya.

Denji hanya bisa memegang stir mobilnya, ia tak bisa menghidupkan mobilnya itu karena beban pikirannya. Apakah Denji akan menyesali keputusannya untuk mengakhiri hubungannya dengan Makima??

Perlahan-lahan air mata mulai mengalir membasahi pipi pria berambut pirang itu, entah sakit hati dengan kematian pamannya atau menyesal karena telah memutuskan Makima, hanya Denji yang tahu.

"Sialan, kalau Aki ada di sini dia pasti sudah mentertawakan aku sekarang" gumam Denji dalam tangisnya.

"Gug..." Pochita berusaha untuk menghibur Denji yang sedang menangis di mobilnya.

Chainsaw man : Denji x Makima Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang