33. Mulai nakal

73.5K 4.2K 159
                                    


Lisa membuka matanya, pertama kali yang dilihatnya wajah damai Rafan saat sedang tidur. "Mas pasti capek, ya? Maaf udah buat mas khawatir karna aku." Gumam Lisa menatap wajah damai Rafan.

Lisa menelisir setiap inci dari wajah Rafan. Seakan-akan hobi tersendiri bagi Lisa memandangi wajah Rafan.

"Apa Lisa udah mulai suka, ya? sama Gus Rafan?" Ujarnya kepada dirinya sendiri.

Lisa tersentak dikala Rafan menarik tubuhnya semakin menempel dengan tubuh Rafan "Bee, udah bangun?" Suara serak khas orang bangun tidur. Perlahan matanya terbuka sempurna menampakkan bola mata hitam pekat.

Lisa berusaha menetralkan degupan jantungnya karna jarak dirinya dan Rafan sangat lah dekat sampai tidak ada celah sedikitpun. Lisa masih terdiam sampai tiupan angin dari Rafan membuatnya tersadar.

"Perutnya masih sakit?Hm....?" Tanya Rafan yang di anggukin Lisa namun langsung menggeleng kecil bahwa perutnya sudah membaik.

Rafan semakin terkekeh dengan tingkah laku istrinya yang terlihat menggemaskan baginya.

"M-mas.... Lisa nggak bisa nafas!" Cicit Lisa yang menahan sesak karna pasokan udara kian menipis. Rafan tidak menggubris keluhan Lisa melainkan mengeratkan pelukannya semakin menempel dengan nya.

Lisa memukul dada bidang Rafan sekuat tenaga "kalau Lisa mati, mas bakalan jadi duda loh!" Ancam Lisa yang mampu membuat Rafan melonggarkan pelukannya.

"Nggak boleh bicara kayak gitu, Bee! Kamu nggak bakalan mati karna kamu harus ada di samping Mas terus sampai kita menua bersama." ucap Rafan menatap manik mata Lisa.

"cie....udah mulai bucin nie..." ledek Lisa kepada Rafan.

Rafan mulai mendekatkan wajahnya dengan wajah Lisa yang membuat Lisa mundur "Argh...." Rintih Lisa kesakitan. Rafan langsung duduk dan menarik tubuh Lisa untuk duduk.
"Bee, kenapa? Perutnya sakit lagi?" Panik Rafan menyentuh perut Lisa.

Dalam aksinya Lisa tersenyum karna berhasil mengerjai Rafan "sakit Mas" ucapnya memegang perutnya.

"Kita ke rumah sakit aja ya ,Bee?" Ucap Rafan beranjak dari kasur namun di tahan oleh Lisa "jangan, Mas. Sakitnya sedikit kok" cicit Lisa menahan tawa.

"Beneran sakitnya sedikit?" Memastikan dengan menangkup wajah Lisa . Namun Rafan melihat kecurigaan di mata Lisa "kamu bohongin Mas, ya? Hm....?"  Menelisir mata Lisa.

Lisa tidak tahan melihat wajah Rafan yang keliatan panik "Hahahaha...." lepas sudah tawa Lisa.

Rafan menarik sudut bibirnya menatap Lisa penuh arti "mulai nakal, ya. Hm....?" Rafan menarik pinggang Lisa sehingga tubuh Lisa menubruk dada bidang Rafan. Lisa menghentikan tawanya. Karena melihat senyum lain dari Rafan.

"Enaknya di hukum apa ya? Hm...." Ucap Rafan mengelus wajah Lisa lembut yang mampu membuat Lisa meremang akibat sentuhan Rafan yang sedikit berbeda dari biasanya.

"Bohongnya belajar dari siapa, Bee? Hm....?" Masih mengelus wajah Lisa.

Lisa mulai panik "M-maaf Mas. Lisa cuman mau ngerjain Mas kok," cicit Lisa berusaha melepaskan diri dari dekapan Rafan.

"Bohong sama suami itu nggak boleh, Bee."  Ucap Rafan menatap wajah panik Lisa. "Kamu harus di kasih hukuman dulu, Bee!". Lisa menelan Saliva sih nya susah payah karena mendengar kata hukuman.

Tanpa aba-aba Rafan mencium seluruh wajah Lisa tanpa ada celah. Membuat tawa keduanya lepas terdengar satu ruangan. Beruntungnya kamar Rafan kedap suara jadi mau berbuat apapun tidak akan ada yang tahu kegiatan mereka.

"Hahahaha.... Udah Mas, Lisa capek ketawa terus," ucapnya. Tapi Rafan masih dengan kegiatannya mencium semua inci wajah istrinya itu. Dan terakhir "cup" bibir mungil Lisa menjadi penutup dari aksinya itu.

PESONA GUS  ( SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang