Kila masuk menyalami tangan Anza.
"Kok Abang sih yang kesini bukan mami sama papi?" Ungkap Kila sedikit kecewa."Pftt...." Mereka menahan tawa melihat wajah padam Anza karena kesel mendengar penuturan dari sang adik.
Anza menoyor jidat Kila yang membuat sang empu mengadu kesakitan "Masih syukur gue jenguk, Lo! Dasar adek nggak tahu di untung" dengus Anza.
Kila mengusap jidatnya "iya iya. Makasih Abang, udah mau jengukin Kila di sini." Ucapnya menampilkan senyum manisnya.
"Nah, es krim buat Lo." Menyodorkan sebuah bungkusan kepada Kila.
"Wah. Tahu aja Kila pengen es krim". Cicitnya senang.
Sedangkan yang lain hanya terdiam menunduk tak bersuara. Tak ada satupun memulai percakapan.
"Ekhem" suara berat mengalihkan mereka. Dia Panji "Kalian semua nggak mau duduk?" Sambung nya.
Uswah Zahra dan Sa'adah saling pandang.
"Nggak. Kita langsung balik ke asrama aja." Sambung Kila lembut. Anza menyadari sikap Kila begitu lembut kepada para sahabatnya.
Kenapa dah nih bocah? Tumben²an lembut. Batin Anza curiga.
Mereka mengangguk ngerti.
Kila menengadah tangannya kehadapan Anza, membuat Anza mengangkat alisnya bingung.
"Apa?""CK. Masih nggak paham." Gerutu Kila.
"Itu adek Lo minta uang." Sambung Azam. Mengerti kode tersebut.
Kila mengacungkan jempol "pinter Lo bang" puji Kila kepada Azam.
Anza mengangguk paham. Kemudian merogoh dompetnya di dalam saku, mencari lembaran kertas bergambar Soekarno Hatta. "Nah" menyerahkan lembaran kertas namun bukan bergambar Soekarno Hatta melainkan gambar Imam Bonjol dan
Frans Kaisiepo.Kila melotot tak percaya "Cuman segini bang?" Tanyanya tak percaya.
"He he... Maaf. Abang lupa bawa uang" nyengir kuda.
"Dasar! Abang kere. Dompet elit, isi sulit." Celoteh Kila mengambil uang tersebut.
"Pftt.. hahahah...." Pecah sudah tawa mereka mendengar penuturan Kila terhadap Anza.
Uswah Zahrah dan Sa'adah hanya terkekeh kecil, mereka tetep menahan walau itu tidak bisa.
Anza menoyor jidat Kila lagi "punya mulut nggak bisa di filter Lo" geram Anza.
"Abang! Sakit tahu, ah!" Gerutu Kila mengusap jidatnya.
Meninggalkan mereka semua.
Suasana ndalem terlihat sepi tak ada seorang pun berada di sana. Lisa berjalan perlahan menuruni tangga sembari melirik kanan kiri takut ada yang melihatnya. "Sepi" gumamnya berjalan ke arah pintu.
Dengan hati-hati Lisa membuka pintu. saat berhasil keluar, Lisa di kejutkan dengan keberadaan Dinda tepat di depan ndalem. Sontak Lisa diam membeku "K-kak Dinda?" Ucapannya terbata-bata.
"Dek Lisa. Ngapain kamu ada di sini? Bukanya, kamu lagi sakit ya?" Tanya Dinda intimidasi.
Lisa gelagapan saat mendapatkan pertanyaan seperti itu "L-lisa t-tadi di pan-ggil suruh nemenin Ning Adiba, kak". Jawabnya. Lisa menunduk takut.
Dinda masih mencerna jawaban Lisa
"Tapi kamu lagi sakit? Kenapa nggak lainnya aja yang jaga Ning Adiba?" Tanyanya lagi.Kali ini Lisa dibikin kelimpungan atas jawaban yang di lontarkan kepadanya
"A-anu kak. Hm.... Lisa udah sembuh kok." Jawab Lisa gemetar. Aduh. Gimana ini? Bisik batin Lisa takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
PESONA GUS ( SUDAH TERBIT)
Ficção AdolescenteSebagian part telah dihapus demi kepentingan penerbit ❌ . . . . . Ini kisah Khalisa Salsabila yang terpesona dengan ke tampanan seorang Gus tempat dimana dia menimba ilmu .entah perasaan apa? Yang selama ini dia rasakan ? Rasa kagum? Atau rasa cinta...