Kai mondar mandir di depan pintu ruang gawat darurat. Wajahnya sangat pucat dan matanya sembab karena air mata. Beomgyu juga bersamanya, menyarankan agar Kai duduk dan tenang tapi Kai tidak menghiraukan itu semua.
Jihae sedang mengambil gaun pengantin yang baru saja selesai dari laundry. Gaun tersebut dikemas dalam sebuah tas plastik berbentuk kotak dan cukup berat juga dikarenakan bahan dan panjangnya gaun tersebut. Jihae pelan-pelan membawa tas tersebut kembali ke mobilnya tapi entah kenapa saat itu ada sebuah truk yang oleng dan menuju tepat ke arah Jihae dan mobilnya. Jihae mencoba berlari menghindar tapi dia tersandung, tas plastik tersebut terlempar dan dia terjatuh di atas trotoar dan saat itu sudah terlambat baginya untuk berlari.
Petugas laundry yang melihat kejadian itu segera menghubungi 119. Kai sendiri mendengar berita tersebut dari pegawai toko Jihae yang menelepon kantor Kai. Tidak ada yang tersisa dari kecelakaan tersebut kecuali gaun pengantin Jihae. Bahkan ponsel Jihae pun hancur.
Kai mungkin akhirnya lelah karena dia menuju jajaran bangku di depan ruang gawat darurat, tas plastik berisi gaun pengantin Jihae terletak di sisinya dan Beomgyu mengambil tempat di samping Kai.
Setelah satu jam yang terasa seperti bertahun-tahun bagi Kai, pintu ruang gawat darurat terbuka. Kai dan Beomgyu segera beranjak dari duduk mereka. Wajah dokter terlihat susah dibaca.
"Dok..." Kai memulai, tapi suaranya seperti tercekat.
"Untuk saat ini, Nona Lee sedang dalam keadaan koma, jantungnya bekerja tapi sangat lemah, kami harus memasang alat bantu. Tapi, jika keadaannya tidak membaik...."
"Jihae kuat dok, dia bisa membaik." potong Kai.
Dokter tersebut hanya mengangguk dengan ekspresi wajah datar dan mempersilakan Kai masuk ke dalam ruangan tersebut. Pemandangan di depannya membuat hati Kai semakin hancur. Jihae dengan berbagai selang dan sebuah mesin yang sepertinya adalah alat bantu untuk jantungnya. Wajah Jihae tampak pucat tetapi damai, dia seperti tidak merasakan sakit, dia seperti....mati.
Kai cepat-cepat mengenyahkan kata itu dari pikirannya. Jihae masih hidup, Jihae hanya sedang istirahat sebentar. Air mata Kai mulai bercucuran saat jemarinya yang bergetar menelusuri wajah cantik tapi pucat tersebut, berakhir dengan menggenggam tangan gadis yang tak sadarkan diri tersebut dengan sangat erat seolah itu dapat membangunkannya "Berjuang ya sayang, kita akan menikah..." isak Kai lirih.
Beomgyu yang berada tidak jauh dari sana ikut sedih mendengar kata-kata Kai. Dia tidak mengerti dengan segala ketiba-tibaan ini. Sang ayah meninggal, sekarang calon istrinya sekarat. Hidup Kai Huening seakan berputar 180 derajat.
***
Soobin sedang bersiap-siap untuk pulang, Yeonjun baru saja berpamitan untuk pulang lebih dulu dan tidak berapa lama, Taehyun memasuki ruang Sobin yang memang tidak tertutup saat itu.
"Hyung."
"Oh Taehyun, ada apa?"
"Aku mau menanyakan sesuatu, berkaitan dengan Yoonrae."
Gerakan Soobin terhenti dan dia langsung menatap Taehyun "Apa itu?"
"Apakah kamu pernah mengetahui tentang Yoongi? Apa yang dia lakukan di dunia ini?"
Soobin mengernyit "Tidak ada Yoongi dan apa hubungannya dengan Yoonrae?"
"Dia adik Yoonrae."
"Yoonrae anak tunggal."
Taehyun terdiam "Apa kamu yakin?"
"Tentu saja aku yakin. Aku menikah dengan Yoonrae. Aku bertemu keluarganya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You My Guardian? [INDONESIAN LANGUAGE] [✔]
Fiksi PenggemarSoobin tidak mengira akan melihat ibunya di depan pintu rumahnya saat dia berusia dua tahun Ibunya kembali dengan hamil besar dan ayahnya tentu saja menerima ibunya kembali. Soobin mengetahui tentang adiknya mempunyai ayah yang berbeda dengan Soobi...