Sejak Jungkook mengembalikan Taehyun ke rumahnya dengan paksa, Taehyun belum pernah melihat nephilim itu lagi. Banyak yang ingin dia tanyakan dan bagaimana dia bisa membuat kematian Kai menjadi sebuah kecelakaan saja. Dia juga ingin tahu apa yang terjadi dengan Seokjin. Menghilang begitu saja? Semudah itu? Mengingat bagaimana susahnya mereka mencoba mengalahkan Seokjin sebelumnya. Terlebih lagi, bagaimana Kai bisa mati? Apa yang terjadi? Jika saja membunuh Seokjin membutuhkan korban, seharusnya dia saja yang mati, bukan Kai. Percuma saja selama ini dia membantu Kai jika akhirnya Kai mati.
"Sial. Kenapa kamu juga ikut menghilang di saat aku sangat membutuhkanmu, Jungkook?" Taehyun menggerutu. Kesalnya berlipat-lipat sekarang. Bukan saja karena hilangnya Jungkook, tapi karena dia seakarang terkurung di kamar inap VIP di salah satu rumah sakit dikarenakan sakit kepalanya yang tidak kunjung hilang. Taehyun sudah melalui CT Scan dan EEG tapi tidak ada kejanggalan yang ditemukan jadi menurut anjuran dokter, Taehyun mungkin hanya butuh untuk lebih tenang dengan istirahat di rumah sakit terlebih dahulu yang nantinya akan diadakan pemeriksaan lagi. Sebenarnya Taehyun merasa baik-baik saja dan dia tahu dia tidak gila tapi orang tuanya mungkin takut anak laki-laki mereka mengalami gangguan jiwa sejak kematian sahabatnya satu-satunya. Untungnya, Taehyun dapat meyakinkan orang tuanya untuk tidak membawanya ke rumah sakit jiwa.
"Aku tidak semenyedihkan itu." Taehyun menggumam dengan wajah merajuk suatu hari saat Chaeri datang menjenguk. Kelakuan Taehyun hanya membuat kekasihnya tersebut tersenyum geli.
"Kalaupun kamu sakit jiwa, aku akan tetap bersamamu sampai kamu kembali pulih, Tyun." kata Chaeri dan dia meraih tangan lelaki kesayangannya itu "Kamu sudah berjanji akan menikahiku." gadis itu mengangkat tangan kirinya, terlihat untaian gelang perak di pergelangan tangannya dengan liontin huruf T dan C. Itu merupakan gelang yang diberikan Taehyun kepadanya saat mereka menginjak 1 tahun hubungan mereka. Taehyun saat itu mengatakan bahwa dia sedang half-proposing dan Chaeri yang benar-benar menyayangi pemuda tersebut sangat bahagia dengan itu.
Taehyun tersenyum melihat gelang itu, "Tapi noona, aku tidak mau jadi gila."
"Aku juga tidak mau kamu menjadi gila, tapi hanya jaga-jaga kalau kemungkinan terburuk itu terjadi, kamu tidak perlu takut akan kehilangan aku, okay? Aku selalu bersamamu."
Taehyun mengangguk dan dia mengeratkan genggamannya pada tangan Chaeri "Aku sayang kamu, Chaeri noona."
"Aku juga menyayangimu, Taehyun."
***
Taehyun terjaga dari tidurnya hanya untuk disambut oleh kegelapan kamar inapnya. Hanya ada sedikit cahaya dari bulan yang menembus tirai tipis di jendela besar kamar tersebut. Taehyun tidak melakukan gerakan apapun, menunggu sesuatu atau seseorang yang membuatnya terbangun. Tapi tidak ada apapun. Lantas apa yang membuatnya terbangun?
Taehyun melirik ke kanan dan kiri sebelum mengangkat badannya ke posisi duduk. Tetap tidak ada apa-apa. Perlahan Taehyun turun dari tempat tidurnya, pemuda tersebut meringis saat kepalanya terasa nyeri. Sakitnya sudah tidak seberapa dan sudah tidak terlalu sering, mungkin benar kata dokter, dia hanya terlalu tegang akhir-akhir ini. Dia butuh ketenangan. Tapi tetap saja, apa yang membuatnya sakit saat itu? Karena kepalanya dipukul oleh Jungkook?
Taehyun sudah tidak merasa ngantuk, dia sudah terlalu banyak tidur tampaknya. Pemuda berambut chestnut itu hanya berdiri di hadapan jendela besar yang terdapat di kamarnya tersebut, menggeser tirai tipisnya ke samping dan pandangannya disambut oleh pemandangan malam kota tersebut dengan banyak lampu. Kendaraan masih terlihat berlalu lalang walaupun tidak sepadat busy hour. Matanya menyapu tiap bangunan di sekitar rumah sakit tersebut, kebanyakan gedung-gedung perusahaan yang kebanyakan sudah terlihat gelap walaupun ada satu dua jendela yang terlihat terang, mungkin mereka yang bekerja lembur atau apalah. Melihat itu, dia jadi teringat perkuliahannya yang belum selesai. Sebenarnya Taehyun sudah menyelesaikan studinya bersama dengan Kai dan hanya menunggu wisuda saja yang akan dilaksanakan dua minggu lagi. Mereka sudah berencana akan melamar pekerjaan di beberapa perusahaan yang sudah mereka catat. Sekarang Taehyun merasa sepi. Tiadanya Kai membuat perbedaan besar di hidupnya. Tentu, dia masih memiliki orang tua lengkap yang menyayanginya, seorang kakak yang selalu mendukungnya, dan seorang kekasih yang akan menjadi pendampingnya nanti. Tapi dia tidak lagi mempunyai sahabat.
Taehyun bukan seseorang yang gampang mencari teman tapi begitu dia menemukan yang benar-benar cocok dengannya, dia akan menjaga persahabatan mereka. Seperti dia menjaga persahabatannya dengan Kai. Awal mula dia menjadi teman Kai memang sangat aneh tapi dia menghargai setiap detiknya, dia bahkan rela melawan Seokjin selamanya jika itu tetap membuat Kai hidup.
"Apa kamu sudah selesai mengasihani diri sendiri? Kematian Kai bukan salahmu. Itu pilihannya."
Taehyun terlonjak sedikit dari posisi berdirinya. Kalau saja tidak ada kaca jendela, dia mungkin sudah terjun bebas. Pemuda itu menoleh dan dia seakan ingin melempar sosok itu melalui kaca jendela.
"Selalu datang saat aku tidak perlu." gerutunya tapi yang digerutui malah terkekeh geli.
"Apakah aku boleh meminta maaf terlebih dahulu?"
"Seharusnya kamu mengatakan itu dari awal bukannya dengan kata-kata yang mengguruiku."
"Aku minta maaf, Taehyun. Kamu mau membiarkan aku menjelaskan?"
"Go ahead." Taehyun berlagak tidak peduli padahal dalam dirinya dia sangat penasaran.
"Mungkin kamu mau duduk dulu?"
Taehyun menatap Jungkook dengan pandangan kesal "Kamu mau menjelaskan atau mau main tamu-tamuan sih?"
"Lebih baik kamu duduk dulu."
"Tidak. Aku tetap berdiri."
"Aku mohon?"
"Suka-suka aku dong mau duduk atau berdiri." Taehyun semakin kesal dengan tingkah Jungkook yang berbelit-belit.
"Baiklah." Jungkook memilih untuk menyerah, "Aku pernah bilang kalau nephilim tidak mudah mati bukan? Apa yang terjadi dengan Seokjin adalah bagaimana kami mati. Tapi jika nephilim mati, mereka tidak mati seperti manusia, they just simply vanished. Kamu lihat sendiri kemarin, tidak ada jasad Seokjin. Aku tidak bisa berbuat banyak karena tidak seperti Seokjin, aku tidak bisa melakukan manipulasi. Aku mengembalikan Kai ke kamarnya dan apapun yang pernah Seokjin lakukan kepada Kai membuatnya menjadi penyebab kematian yang sangat masuk akal."
"Kai Huening meninggal karena tekanan yang berlebih." Taehyun tersenyum mencemooh dengan menggelengkan kepala saat mengutip kata-kata dokter yang memastikan keadaan Kai saat itu, "Sahabatku lebih kuat dari itu. Untung saja David atau Soobin tidak menanyakan apapun kepadaku karena aku tidak bisa mengarang cerita untuk menutupi apa yang sebenarnya terjadi."
Jungkook tersenyum samar "Maafkan aku, Taehyun. Aku juga tidak menyangka Kai akan berakhir seperti ini." Jungkook menarik napas panjang "Aku sudah menjadi manusia biasa."
Taehyun menatap Jungkook, alisnya bertaut. Dia tidak bisa memastikan apakan Jungkook bercanda atau bukan, minimnya cahaya di ruangan itu membuat raut wajah Jungkook susah dibaca.
"Aku serius."
"Kamu baru saja muncul tiba-tiba di kamarku."
"Ya, I got some help. Aku akan keluar dengan cara yang sama juga. Tapi setelah itu, aku akan seperti manusia pada umumnya." Jungkook tampak bahagia menjadi manusia biasa dan Taehyun tidak perlu penerangan untuk dapat melihatnya. Terlihat jelas.
"Jadi kamu menghilang karena...apa? Transformasi dari nephilim menjadi manusia biasa?"
"Kurang lebih seperti itu." Jungkook terkekeh pelan, "Oke, aku harus segera pergi sebelum ada yang memeriksa kamarmu. Aku berterima kasih karena kamu telah menjadi manusia terbaik. Hidupmu akan menjadi lebih baik lagi. Sakit di kepalamu itu karena your sixth sense is developing. Sakitnya akan hilang tidak lama lagi."
Taehyun hanya memandang Jungkook dengan mulut terbuka. Taehyun benar-benar speechless.
"Kamu akan memerlukannya untuk masa depanmu, Taehyun. Aku pamit dulu."
Dalam satu kedipan mata, Jungkook sudah menghilang dan Taehyun kembali sendirian di dalam kamar rawat inapnya.
"Sepertinya aku benar-benar sudah gila." gumam Taehyun lebih kepada dirinya sendiri.
★━━━━━━━━━━━━★
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You My Guardian? [INDONESIAN LANGUAGE] [✔]
FanfictionSoobin tidak mengira akan melihat ibunya di depan pintu rumahnya saat dia berusia dua tahun Ibunya kembali dengan hamil besar dan ayahnya tentu saja menerima ibunya kembali. Soobin mengetahui tentang adiknya mempunyai ayah yang berbeda dengan Soobi...