O6

137 14 0
                                    

Kai terbangun mendengar pintu kamarnya diketuk berkali-kali tapi dia membiarkannya, jika dia tidak membuka pintu, siapapun itu di sisi pintu lainnya mungkin akan menyerah. Tapi ternyata siapapun pengetuk itu tidak kenal kata mundur.

Kai membuka pintu kamarnya dengan kesal dan bertatapan dengan Soobin. Kai tidak mengatakan apa-apa. Dia segera memalingkan wajah, dia sebenarnya tidak tahu mengapa dia melakukannya.

"Kita perlu bicara."

"Hyung, tolong, ini hari Sabtu, tidak bisakah aku tidur lebih lama?"

"Kamu sudah terlalu lama menghindariku. Ada apa?" tanya Soobin tanpa basa basi lagi.

"Aku tidak mengerti kamu ngomong apa hyung."

"Jangan bersandiwara."

"Aku tidak mungkin menghindarimu, kita tinggal satu rumah."

"My point exactly." dan kata-kata Soobin itu membuat Kai terdiam tapi dia tetap tidak menoleh ke arah Soobin. "Lihat aku, Kai."

"Hyung, aku lelah." Kai mencoba untuk menutup pintu tapi Soobin lebih kuat, dia menahan pintu agar tetap terbuka.

"Aku melihatmu dengan Yoongi kemarin. Aku tahu adikku tidak begitu. Kamu kena—"

"Adikku?" Kai memotong kata-kata Soobin, dan itu di luar kemauannya. "Kita bahkan bukan saudara kandung, Soobin-ssi." nada Kai begitu pedas dan Soobin terdiam dengan pandangan terkejut.

"Kai..." Soobin tampak tercekat sampai tidak bisa berkata-kata.

Kai tampak tersadar dan dengan ekpresi takut dan terkejut langsung menutup pintu kamarnya dari Soobin yang terlalu terkejut untuk tetap menahan pintu. Dia mengunci pintu kamarnya dengan tangan bergetar dan jantungnya berdegup sangat kencang. "Apa..."

"Selamat datang di kenyataan, Kai." sosok Seokjin muncul di atas tempat tidur Kai, duduk dengan bersandar ke dinding, iris matanya yang berwarna keemasan terlihat dingin tetapi itu tidak membuat ketampanannya berkurang.

"Apa maksudmu?" Kai menggeram, sepelan mungkin.

"Kamu benar-benar tidak tahu ya?"

Kai tidak menjawab, tapi dia tetap menatap Seokjin.

"Jadi mereka membiarkanmu menganggap Soobin adalah kakak kandungmu."

"Kamu ini bicara apa?"

"Ayah kalian berbeda. Kamu masih terlalu bayi saat ibumu membawamu kembali ke rumah ini. Kamu tidak ingat apapun kan? Tapi Soobin tahu. Dia selalu tahu."

Kai terdiam, tapi otaknya tidak dapat mencerna apapun saat itu. Omong kosong apa ini?

Seokjin memanfaatkan kesempatan itu.

"Kamu tahu kasih sayang dia selama ini hanya karena dia kasihan kepadamu." melihat Kai tetap diam, Seokjin terus melanjutkan "Kamu tidak pernah mengenal ayah kandungmu, sedangkan Soobin, dia tumbuh besar dengan kedua orangtua kandungnya. Ya tidak lama karena ibu kalian meninggal."

Seokjin tersenyum melihat Kai yang sekarang terduduk di lantai, punggungnya bersandar ke daun pintu yang tertutup, wajahnya memerah dan matanya berkaca-kaca. "Kamu tidak memerlukan Soobin. Kamu tidak memerlukan Junghyun. Ibu kamu sudah tiada. Hanya aku yang benar-benar bisa menjagamu. Percaya padaku Kai."

"Aku tidak mengerti." kata Kai pada akhirnya dengan suara lirih. "Kenapa aku? Kenapa kamu sangat ingin menolongku?"

Seokjin tersenyum, senyum yang dingin tapi entah mengapa Kai tidak peduli. "Karena kamu pantas mendapatkan lebih. Kamu pantas menjalani hidup yang lebih baik daripada yang sedang kamu jalani saat ini."

"Apa maksudmu? Aku tidak berkekurangan."

"Secara materi tidak, ayah tirimu seorang pengusaha sukses." Seokjin menekankan nada suaranya pada kata-kata 'ayah tirimu.' "Tapi kamu selama ini hidup dalam kungkungan."

"Tidak. Mereka selalu baik kepadaku, bahkan ayah tidak pernah memperlakukanku berbeda."

"Dia terlalu posesif bukan? Junghyun tidak tahu asal usul ayah kandungmu dan dia menjagamu agar kamu tumbuh seperti Soobin, dia membuatmu menjadi seperti Soobin karena seseorang yang meninggalkan seorang perempuan setelah menghamilinya sudah pasti bukan orang baik-baik."

Kai sangat shock mendengar kata-kata Seokjin. Wajahnya menjadi pucat pasi dan air matanya menitik, detik berikutnya dia sudah menangis tersedu-sedu. Dia sendiri tidak mengerti apakah dia menangis karena sedih atau karena marah.

"Menangislah Kai, keluarkan semua perasaan kesal dan amarahmu, kamu tidak perlu lagi me—"

Suara gemuruh terdengar memutus kalimat Seokjin dan detik berikutnya, seseorang sudah berdiri di tengah ruangan di antara Kai dan Seokjin. Tangis Kai terhenti digantikan oleh ekspresi terkejut bercampur bingung. Pemuda yang muncul secara tiba-tiba itu memiliki paras yang tidak kalah tampan dari Seokjin, hanya saja, dibandingkan dengan Seokjin, pemuda ini terlihat lebih tidak dingin walaupun iris matanya berwarna abu-abu keperakan.

"Ini keterlaluan, Seokjin. Berhentilah memanipulasi anak ini."

Seokjin terkekeh pelan dan bangkit dari tempat tidur Kai untuk berdiri di hadapan pemuda tersebut. "Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Dia berhak untuk tahu."

"Tidak dengan cara seperti ini." ekspresi kesal sangat terlihat pada wajah pemuda tersebut.

"Aku menolong dia dan kamu tidak berhak mengaturku."

"Kamu hanya—"

Dan dua sosok itu lenyap dari hadapan Kai yang masih belum dapat memproses keseluruhan yang baru saja terjadi di depan matanya.

★━━━━━━━━━━━━★

Are You My Guardian? [INDONESIAN LANGUAGE] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang