Taehyun merasakan sakit di kepalanya, perlahan dia membuka matanya dan disambut oleh cahaya redup di sebuah ruangan luas. Penglihatannya belum sepenuhnya fokus namun dia dapat merasakan dia sedang dalam posisi duduk di atas sofa yang sangat nyaman. Ruangan yang sejuk. Taehyun merasa familiar dengan ruangan ini.
Ini apartment Seokjin. Taehyun segera sadar sepenuhnya tapi saat dia hendak berdiri, kepalanya terasa sakit sekali jadi dia masih di posisi duduknya dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan dia melihat Kai berbaring rapi di sofa yang terletak di hadapannya. Taehyun segera menghampiri Kai, mengabaikan rasa sakit di kepalanya. Kai tampak tertidur. Taehyun merasa lega saat mengetahui bahwa Kai masih bernapas.
"Kai." Panggilnya pelan. Tidak ada reaksi. Dia kemudian menepuk-nepuk pipi Kai sambil terus memanggil namanya dan akhirnya Kai bergerak tapi matanya tetap menutup.
"Aku tidak ada kelas hari ini, ayah. Biarkan aku tidur lebih lama." gumamnya.
Taehyun terheran selama sesaat sampai akhirnya dia mengeraskan volume suaranya sedikit "Kai, ini aku, Taehyun. Kamu di apartment Seokjin."
Kedua mata Kai langsung terbuka dan pandangannya menangkap sosok Taehyun, "Oh shit..." gumamnya lagi dan dia mengangkat badannya ke posisi duduk, "Aku ingat benar aku sedang tidur di kamarku."
"Paling tidak kamu tidak harus dibuat pingsan." kata Taehyun dan dia meringis saat sakit kepalanya terasa lagi.
"Apa maksudmu?"
Taehyun mengalihkan pandangannya, "Jungkook. Dia membantu Seokjin."
Kai terdiam. Dia baru saja terbangun dan belum sempat dia sepenuhnya tersadar, dia sudah diserang fakta tidak menyenangkan. Dia hanya menatap Taehyun yang juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Saat ini Taehyun meruntuhkan pertahanannya karena Kai bisa melihat jelas bahwa sahabatnya itu terluka dan kecewa. Wajah Taehyun yang biasanya tidak pernah menampakkan emosi sekarang sangat keruh dan penuh dengan bermacam-macam emosi yang selama ini dia pendam.
"Taehyun, dengar, kamu tidak seharusnya terlibat dengan ini semua. Pulanglah. Aku yang akan menyelesaikan semuanya." kata Kai pada akhirnya.
Taehyun menoleh cepat ke arah Kai, alisnya bertaut "Aku tidak akan kemana-mana. Aku terlibat karena kemauanku sendiri."
"Aku berterima kasih atas semua bantuanmu selama ini, Taehyun. Sungguh. Jika bukan karenamu, aku pasti masih akan terperangkap di realita buatan itu dan akan berada di bawah komando Seokjin untuk selamanya. Tapi ini bukan pertarunganmu lagi, Taehyun. Jika terjadi apa-apa, pikirkan orang-orang yang kamu tinggalkan. Pikirkan bagaimana sedihnya Chaeri noona. You did your part pal, now it's my turn."
Taehyun menggeleng "Kamu sahabatku, Kai. Aku akan berusaha untuk tidak mati, oke?"
"Kamu masih punya keluarga, Taehyun."
"Oh, sangat menyentuh, aku hampir saja menangis." kata sebuah suara yang tidak asing bagi mereka.
Seokjin berdiri di ujung ruangan dan tidak jauh di belakangnya terdapat Jungkook yang berdiri dengan menundukkan kepalanya. Taehyun mengetahui kondisi Jungkook yang lemah karena sayapnya terlihat sangat pudar dibandingkan dengan Seokjin yang sayapnya sangat bercahaya. Tentu saja hanya Taehyun yang bisa melihat sayap mereka.
Taehyun perlahan berdiri dan berusaha sebisa mungkin untuk tidak menunjukkan rasa sakit yang sedari tadi menyerang kepalanya. Kai segera beranjak juga untuk berdiri dan melihat Jungkook dia menjadi sedih. Jungkook tidak mungkin membantu Seokjin atas kemauan sendiri, pasti ada sesuatu.
"Kamu sudah hidup kembali. Kamu mau apa lagi sih?" tanya Kai dengan nada bosan dan kesal. Dia benar-benar tidak ingin bermain-main lagi. Dia sudah tidak mau berlari lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You My Guardian? [INDONESIAN LANGUAGE] [✔]
FanfictionSoobin tidak mengira akan melihat ibunya di depan pintu rumahnya saat dia berusia dua tahun Ibunya kembali dengan hamil besar dan ayahnya tentu saja menerima ibunya kembali. Soobin mengetahui tentang adiknya mempunyai ayah yang berbeda dengan Soobi...