13

81 7 0
                                    

Sudah 1 minggu sejak absennya Seokjin dari diri Kai. Kai sendiri sibuk dengan sekolahnya, berhubung libur musim dingin akan segera dimulai, maka para guru seakan menumpahkan semua tugas cadangan yang mereka siapkan sepanjang tahun untuk para murid. Kai tidak punya waktu untuk merenung di antara tugas menggunung dan sebisa mungkin mendapatkan istirahat cukup agar dia tidak pingsan di jam sekolah. Soobin semakin khawatir tapi dia juga sedang menghadapi ujian semester, dan beberapa proyek kelompok dari kampusnya. Dia tidak sempat mendapat waktu yang tepat untuk berbicara dengan Kai.

"Nama kamu Kai kan?"

Kai baru saja selesai mengatur lokernya dan bersiap untuk pergi ke perpustakaan sekolah, tentu saja untuk mengerjakan salah satu tugas yang ditumpahkan oleh gurunya. Dia menutup loker dan menguncinya sebelum menoleh ke sumber suara. "Nara? Ada apa?" Kai benar-benar bingung. Tidak biasanya Nara mendatanginya sendirian, dia selalu bersama Jihae dan Kai tidak merasa punya urusan dengan Nara.

"Jihae sakit." Nara tampak canggung dan bingung tapi karena Kai hanya menatapnya dengan pandangan bertanya, dia melanjutkan. "Dia mengunci kamarnya dan sudah 2 hari ini dia tidak mau keluar. Tidak ada yang bisa membuatnya membuka pintu. Aku berpikir, mungkin kamu bisa?"

Kai sebenarnya benar-benar tidak bisa tapi dia juga tidak bisa berpura-pura tidak peduli setelah dia mengetahui apa yang terjadi dengan Jihae. Dia menarik napas panjang dan mengangguk. "Oke, aku akan mencoba."

***

Terlihat Mama Jihae di depan pintu kamar yang berhiaskan tempelan berbentuk bintang dengan berbagai ukuran. Mama Jihae terlihat sangat sedih dan pucat.

"어머님." panggil Nara. "Ini Kai, dia dekat dengan Jihae." kata Nara cepat sebelum Mama Jihae sempat bertanya lagi.

Mama Jihae menatap Kai "Apakah kamu bisa membuat Jihae keluar dari kamarnya?"

"Saya akan mencoba sebisa saya." Kai mendekat ke arah pintu dan mengetuknya pelan.

"Pergi." Terdengar lirih suara Jihae dari dalam kamar dan suara itu menyayat hati Kai.

"Jihae, ini aku, Kai. Bisa tolong buka pintunya? Kamu harus makan dan minum obat."

Sunyi. Kai menggigit pelan bibir bawahnya dan menoleh ke arah Mama Jihae dan Nara yang sudah memasang ekspresi putus asa. Kai hendak meminta maaf ketika terdengar bunyi kunci diputar dari pintu kamar Jihae dan pintu itupun terbuka. Kalau hati Kai tadi merasa tersayat, sekarang hati dia seperti tertusuk melihat Jihae yang sangat kurus dan pucat.

"Jihae, kamu...apa yang terjadi..."

"Aku hanya flu..." jawab Jihae dengan senyum lemah. Detik berikutnya, badannya limbung ke depan dan Kai segera menangkapnya sebelum badannya menghantam lantai.

***

"Sobat, bagaimana dengan Kai?" tanya Yeonjun kepada Soobin saat mereka sedang mengerjakan salah satu proyek kelompok mereka.

"Aku hampir tidak pernah berbicara dengannya. Kami sama-sama sibuk tampaknya." kata Soobin sambil lalu, dia terlihat tidak berkonsentrasi dengan apa yang sedang diperbincangkan oleh Yeonjun.

Yeonjun mengintip apa yang sedang dikerjakan Soobin tapi dia hanya melihat kertas kosong di hadapan Soobin. "Kamu dengar aku tidak sih?"

"Ya, aku dengar."

"Apa yang kamu kerjakan?"

"Proyek kita."

"Ya, kalau proyek kita adalah memandangi kertas kosong." Yeonjun memutar bola matanya. "Kamu akhir-akhir ini tidak fokus dengan apapun. Ada apa sebenarnya?"

"Apakah mungkin...Kai akan membenciku selamanya?"

Yeonjun tidak langsung menjawab, karena dia sendiri merupakan anak tunggal, "Aku tidak tahu, sobat. Tapi bagaimanapun juga, dia tetap keluarga, kalian masih satu ibu."

Are You My Guardian? [INDONESIAN LANGUAGE] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang