•07: Limapuluh Soal

8 1 0
                                    


Selasa, 12 Maret

Untuk hari kedua. Gendra sudah menyusun beberapa rencana untuk Dini.

Hari ini, kelasnya dan kelas Dini sama-sama memiliki jam pembelajaran olahraga. Bedanya Gendra bermain Voli dan Dini bermain basket.

Gendra memperhatikan cara bermain Dini yang sangat bagus dan lincah, sepertinya gadis itu ahli dalam bermain basket.

setelah jam olahraga selesai. Sekarang jam fisika untuk kelas Gendra dan jam Sejarah untuk kelas Dini.

Di pertengahan waktu pembelajaran. Gendra tiba-tiba izin keluar katanya ia ingin ke toilet untuk buang air. Tapi kenyataannya ia hanya melirik ke kelas Dini dan melihat gadis itu yang sekarang sedang fokus menulis, beda dari siswa-siswi lainnya yang tengah memperhatikan guru yang sedang bermonolog tentang sejarah.

Gendra mengangguk-angguk mengerti. Entah apa yang ia mengerti. Yang jelas rencana untuk Dini sepertinya semakin tersusun, pikir Gendra.

Jam istirahat berbunyi.

"Gendra.. makan yuk.." ajak seorang gadis yang duduk di sebelahnya itu.

"Eum.. gue gak bisa.. maaf yah.. lain kali pasti gue bisa," tolak Gendra tersenyum, di balas Sherly tersenyum.

Gendra segera melangkah cepat menuju kelas Dini. Ia menghela nafas lega, melihat Dini yang masih duduk di dalam kelas.

"Nungguin gue yah?"

"idih. Percaya diri lo kelewatan," cibir Dini langsung.

"Ayo, ke kantin."

"Gak, gue mageran."

"Okeh.. kalau gitu lo isi ini aja." Gendra menyodorkan beberapa kertas lalu ia letakan di atas meja Dini.

"Apaan ini?"

"Udah isi aja. Yang jujur yah..." Gendra pergi meninggalkan Dini tanpa berpamitan setelah memberikan kertas-kertas itu.

"Gue udah ngira, lo hari ini pasti gak mau makan bareng gue.." gumam Gendra.

Maksud Gendra adalah, agar Dini tidak membuka handphone untuk melakukan hal aneh dan malah terfokus pada kertas itu.

Gendra akan memastikan untuk Dini tidak akan melakukan hal-hal aneh itu lagi, semenjak semalam Gendra menguras waktu malam Dini dengan selalu mengajaknya mengobrol via Chat. Dengan topik beragam, sampai membuat Dini tertidur dan tanpa melakukan hobinya itu.

Di tempat Dini. Gadis itu membaca-baca sekilas isi dari kertas itu. Terdapat pertanyaan-pertanyaan dengan beberapa jenis pertanyaan yang berbeda. Ada yang hanya dengan menjawab mencentang 'iya' atau 'tidak', ada juga jenis pilihan ganda, dan jenis esay pun ada. Laman terakhir dari isi kertas itu adalah nomor 50.

1. Nama lo Dini Frenisco? ✓

2. Lo suka nyebarin hoax? ✓

...

10. Tempat yang bagus? (Centang lo suka, silang gak lo suka).
a. Pantai. ✓
b. Gunung. ×
c. Mall. ✓
d. Hutan. ×

11. Lebih suka?
a. Sendirian. ✓
b. Keramaian. ×
c. Keramaian, tapi hening. ×

12. Tertarik?
a. Lawan jenis. ×
b. Musik. ×
c. Baca buku. ✓

13. Warna fav?
a. Rainbow. ×
b. Hitam, dan putih. ✓
c. Warna terang. ×
d. Warna gelap. ✓

...

25. Uraian tentang diri lo:
Gue? Gue Dini. Cantik banget, Pendiam, Orang kaya, Gak cengeng, Baik hati, Murah senyum dan lain-lain.

...

50. Lo pasti belum tau nama gue?
Nama gue Putra Gendra Arfian.

Dini terkekeh pada nomor bagian akhir. "Dia nanya, dia juga jawab"

50 nomor itu berhasil mengisi waktu 45 menit jam istirahat gadis itu tanpa memegang handphone sekali pun. Dini tidak menyadari hal itu di sengajai oleh Gendra.

Beberapa jam berlalu. Sekarang sudah pukul jam pulang untuk sekolah itu.

Dini dan Gendra berpapasan tepat di depan kelas Dini.

Membuat Dini menghela nafas berat melihat adanya Gendra, "3 hari aja.." kalimat itu membuatnya sabar.

"Udah ngisi pertanyaan semuanya?"

Keduanya mulai berjalan menuju tempat dimana parkiran motornya Gendra.

"Belum selesai" jawab Dini.

Gadis itu berbohong lagi, "Berarti udah selesai. Siniin kertasnya," pinta Gendra.

Dini sedikit heran dengan kebohongannya selalu di ketahui oleh Gendra. Tapi, Dini menghiraukan itu. Mungkin saja dia hanya sekedar menebak atau mungkin keberuntungan, pikir Dini.

Dini memberikan kertas-kertas itu. Gendra mengambil lalu mengisinya di dalam tas.

"Ini masih panas." Gendra melihat kearah langit. "Kita main basket dulu yuk, di lapangan tertutup."

Dini menoleh semangat, "ayo!"

Gendra tersenyum puas, melihat gadis itu dengan gaya positif saat bersamanya tak seperti biasanya yang selalu bergaya negatif contohnya selalu marah, kesal, frustasi dan sebal.

Lapangan tertutup.

Ternyata bukan hanya mereka berdua yang berniat untuk singgahi tempat ini.

Seorang pria sedang mendribble bola basket menuju ring bola. Setelah bola itu berhasil masuk, pria itu menoleh kearah sampainya Dini dan Gendra.

"Eh, Dini?" sapa cowok itu, dibalas dengan senyum langkah dari Dini.

Gendra menyadari itu, ia memperlambat langkahnya. Sedangkan Dini? Ia terus melangkah mendekati pria itu.

"Hai Angga.." sapa balik dari Dini.

"Mau ngapain?" Tanya pria itu.

"Mau main."

Pria itu bero ria. Beralih melihat kearah Gendra. "Dia siapa?"

"Dia.. orang aneh."

Pria itu terkekeh dengan jawaban Din. "Ada-ada aja.."

"Ayo main bareng.. " ajak pria itu kepada Dini dan Dini mengiyakan dengan semangat.

Keduanya bermain saling mendribble, mengoper, memasukkan bola, dan juga saling menyemangati satu sama lain. Sepertinya mereka sangat akrab. Tapi sebagai apa? Bukan kah Dini mengakui bahwa temannya hanyalah Fina?

Sedangkan Gendra. Sekarang ia memilih untuk berdiam di tepian lapangan, kemudian memilih memperhatikan saja keduanya itu bermain dengan kompak.

Perasaan sedikit mengganjal, karena susunan rencana untuk Dini di hari kedua tak terencana kan dengan berhasil penuh, tak sesuai dengan dugaannya. Namun ia senang karena melihat Dini yang terlihat bahagia bukan karena dia harus menyebarkan hoax seperti yang ia katakan.

___
tbc

GENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang