•16: Keramaian

84 12 6
                                    

Part spesial.

__

"Kita mau kemana sih?" Dini akan terus bertanya jika Gendra tidak akan menjawabnya.

Namun Gendra sendiri tidak mempermasalahkan jika gadis itu terus bertanya. Nanti dia juga akan berhenti karena lelah dan kesal seperti sikap kebiasaan dia, pikir Gendra.

Gendra memberhentikan motornya saat tiba di sebuah tempat keramaian, Dini dengan histerisnya minta untuk di antarkan pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gendra memberhentikan motornya saat tiba di sebuah tempat keramaian, Dini dengan histerisnya minta untuk di antarkan pulang. Tapi Gendra tetap saja turun dari motornya lalu menyuruh Dini agar ikut turun.

"Gendra! Gue beneran gak suka!"

"Ayo.." Gendra menarik tangan Dini agar mau mengikutinya.

Dengan terpaksa Dini akhirnya mengikuti pria itu. Dini terus memandang risih disekitarnya yang begitu banyak orang berjual-beli di sana membuat keributan di dalam telinganya. Sungguh ini adalah tempat terburuk, pikir Dini.

Gendra melihat ekspresi wajah tak enakan dari wajah Dini. Gendra malah tersenyum kecil melihatnya. Gendra membawa Dini terus menyusuri pasar itu. Semakin masuk kedalam, suasana semakin ramai. Dini seperti sudah kehabisan oksigen, kepalanya terasa pusing.

"Gendra!" Dini berteriak, karena tempat itu terlalu ramai.

"Kenapa?" Gendra menghentikan langkahnya.

"Gue bener-bener pengen pulang..!" ujar Dini yang sudah ngos-ngosan.

"Kenapa??"

"Kepala gue sakit!"

Gendra terdiam sebentar, setelah berikutnya melanjutkan langkahnya. Dini menatap tidak percaya dengan Gendra yang tidak menghiraukan keadaannya sekarang.

Kini keduanya tiba di sebuah lapangan tempat para pengunjung itu untuk duduk-duduk santai. Tidak ada lagi aktivitas berjualan, mungkin hanya satu atau dua orang saja. Dini menghela nafas panjang, sedikit legah.

"Tunggu di sini ya.." Gendra membuat Dini menduduki tubuhnya di satu kursi taman yang ada disana.

"Lo mau kemana??"

"Bentaran doang.." jawab Gendra, kemudian pergi meninggalkan Dini.

Dini memperhatikan punggung Gendra yang kini menuju sebuah penjual kecil yang tak jauh darinya sekarang.

Dini mengecilkan matanya mencoba untuk melihat lebih seksama, sedang apa pria itu? Kemudian matanya melihat pria itu yang kini menuju kearahnya membawa sebotol air minum.

Sampainya Gendra. Ia memberikan Dini botol air minum yang ia beli tadi, lalu ikut duduk di sebelah tempat duduk Dini.

"Gue gak haus Gendra!" pekik Dini menolak.

"Udah.. minum dulu.."

Dini akhirnya meminumnya. Beberapa tegukan membuatnya cukup lebih baik dari sebelumnya. Gendra memperhatikan wajah Dini yang kian membaik, sebelumnya wajah Dini memang sudah pucat.

GENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang