•20: Teror

77 10 6
                                    

"Aku menunda untuk membunuhmu kemarin, tapi kamu akan terbunuh hari ini dengan kedua orang tuamu sendiri.."

Dini semakin mengernyit tak mengerti, "ini siapaaa?"

Tut! Tut! Tut!
Panggilan di putuskan dari orang itu.

Dini melihat ke layar handphonenya yang menunjukkan riwayat panggilan dari nomor tak dikenal. Nomor itu adalah nomor yang sama dengan nomor yang menerornya waktu itu.

Ketakutan semakin melanda pada dirinya. Sekarang apa yang harus ia lakukan?

•••

Dini tak sanggup lagi, pertengkaran hebat benar-benar terjadi di dalam rumah. Ia memilih untuk keluar rumah dengan cara diam-diam. Keadaannya benar-benar parah, bahkan sekarang Dini berjalan tanpa menggunakan alas kaki. Tanpa memikirkan hari sudah malam.

Hanya handphone yang sempat ia bawah. Dini pergi menuju halte dekat rumahnya, sebelumnya Dini sudah menelpon Gendra karena waktu bersamaan Gendra sedang mengirim jadwal ulangan akhir semester yang akan di adakan besok.

Dini melihat ke sekitar jalanan itu, Gendra masih tak terlihat. Ia lalu melirik handphonenya menunggu kabar Gendra. Namun tiba-tiba panggilan dari nomor tak ia kenali tadi kembali menelpon.

Dini dengan penuh amarah mengangkatnya.

Call, 0810367***

"Lo siapa brengs**?" bentak Dini sebelum orang itu berbicara.

"Kau mau kemana cantik? Aku selalu mengawasimu.."

Dini kembali melihat ke sekitarnya.

"Kamu tidak akan bisa melihat ku cantik.."

Dini memilih mematikan panggilan itu. Ia menelan salivanya paksa, tubuhnya tak berhenti gemetar. Dini benar-benar ingin meminta pertolongan, tapi kenapa keadaan panik seperti ini jalanan malah sepi tak ada orang?

Dari arah kejauhan, motor merah yang ia kenal sebagai motor Gendra terlihat. Dini segera berlari berlawanan untuk menghampirinya.

Gendra menghentikan motornya tidak tepat pada halte, karena kini Dini berlarian menuju kearahnya.

Dengan nafas tergesa-gesa Dini berbicara, "Gen Gen.. gue takut Gendra.." Mata yang sudah berair menatap mata Gendra dengan kaki yang tak berhenti gemetar.

Gendra segera memarkirkan motornya, kemudian turun lalu menanggapi Dini.

"Lo kenapa??"

"G-gue takut.. hikss..hikss."

Gendra reflek memeluk Dini, berusaha menenangkannya.

"Di--dia ada di sini G-gendra, tapi gue gak tau dimana dia... gue takut..." Suara Dini gemetar ketakutan.

"Siapa??"

Dini menggeleng, "gue juga gak tau.. hiks..hiks.."

Gendra tak bisa berpikir jernih mendengar getaran nada suara Dini. Ia menghela nafas panjang berusaha tenang untuk bisa memenangkan orang lain.

"Oke, kita pergi dulu dari sini ya.." Dini hanya mengangguk-angguk paham, mengikuti saja.

Saat Gendra hendak menjalankan mesin motornya. Dini mendapatkan pesan dari nomor itu lagi.

0810367***

Mau kemana!??

Tanpa pikir panjang, Dini tiba-tiba melempar handphonenya ke jalanan.

GENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang