•11: Pindah kelas

9 1 0
                                    

Malam itu, Gendra memutuskan untuk maraton nonton berita hoax yang di publikasikan dari akun-akun fake milik Dini dimulai 6 bulan yang lalu. setelah sebelumnya berapa lamanya ia memikirkan ucapan-ucapan Dini, yang amat membingungkan.

Ia memahami kebohongan yang gadis itu lakukan adalah agar Gendra tidak menggangu gadis itu lagi. Tapi apakah Gendra harus membiarkan kebohongan besar berserakan terus-menerus? Sementara hanya ia seorang yang tahu tentang itu di tambah lagi Gendra memiliki keahlian mendeteksi kebohongan. Sekarang kebohongan itu harus Gendra biarkan? Lalu apa gunanya keahlian itu ada di dirinya?

Sementara itu di tempat Dini sekarang. Ia sedang menikmati ketenangan yang membuatnya semangat untuk melakukan hobinya yang akan menambah kebahagiaan itu lebih sempurna.

Ketenangan itu adalah ketika ia berhasil membuat pria yang telah mengancamnya kembali terancam dan terdiam.

"Paling enggak, dia bakal berhenti buat argumen-argumen dia itu bener. Dan gue? Gue tentunya bisa melakukan semuanya dengan baik."

Dini tiba-tiba menatap ke suatu arah dengan tatapan kosong sementara senyum bahagia tadi tiba-tiba memudar. Ia teringat akan sesuatu yang terjadi dimasa lalu.

Sebelum ia melakukan hobinya ini. Dini adalah gadis cupu yang susah untuk di ajak berteman bahkan untuk di bully. Di ajak berteman oleh teman sebangkunya, salah satunya Fina namun dari Dini sendiri sangat sulit untuk membuka diri, sampai sekarangpun mereka berteman hanya di anggap sebagai teman sebangkunya saja oleh Dini. Dan di bully karena terlalu cupu namun alasan keluarganya yang terpandang membuat mereka tak berani menyentuhnya.

Dini tidak bisa bersenang-senang karena tidak memiliki teman dan merasa tidak memiliki keluarga.

Sebelum ia menemukan kebahagiaan pada hobinya itu. Dini memang tidak ingin berteman dengan siapapun namun ia sangat berharap untuk ia mendapatkan kasih sayang dari keluarganya. Sayang sekali, mereka benar-benar sangat sibuk di luar nalar.

Tapi ia bersyukur karena 6 tahun pertama ia bisa merasakan kasih sayang orang tuanya. Namun pada saat semuanya hilang, mungkin saat itu keduanya mendapati jabatan yang lebih tinggi.

Mereka mulai ribut satu sama lain. Berpikir untuk bercerai? Tentu. Jika kebanyakan keluarga bertahan karena anak mereka. Namun bedanya mereka bertahan karena kekuasaan pada perusahaan agar tidak hancur.

Awal pertengkaran terjadi karena Dini, dan bertahan demi perusahaan. Ini kah yang di sebut keluarga?



Flashback on

Tepat pada hari ulang tahun ke 6 tahun. Di rumah merayakan ulang tahun yang tak di hadiri orang-orang, hanyalah Dini sebagai gadis yang berulang tahun dan beberapa pembantu kemudian menunggu tuan besar(ayah Dini) dan nyonya besar(ibu Dini).

"Hari ini hari ulang tahun non Dini.. selamat ulang tahun non cantik" ucap salah satu pembantunya.

Dini hanya menatapnya tanpa tersenyum. Yang ia harapkan adalah kepulangan kedua orang tuanya.

Sejam berlalu. Jemmy--Deddy Dini dan Jessica--Mommy Dini pulang. Dini sangat senang sampai berniat untuk bersembunyi di bawah meja ingin memberikan kejutan.

"Sudah ku bilang kita sebaiknya tidak memiliki anak! Jika kamu tidak ingin mengurusnya!" suara wanita paruh baya terdengar saat mereka tiba di ruang tamu.

"Kamu ibunya yang seharusnya menjaga dia!" kini suara pria paruh baya terdengar.

"Aku ingin bekerja demi dia!! Demi masa depan Dini!" balas Jessica.

Plak!!
Tamparan mendarat di pipi Jesicca.

"Kau pikir aku apa yang tidak bisa membahagiakan dia!?" tanya keras dari Jemmy, "akan ku putuskan dia akan ku antar ke panti asuhan yang layak dan mahal" lanjutnya dan berniat untuk melangkah pergi.

Namun Jessica menariknya kembali, mencegah kepergian Jemmy.

"Apa kau sudah gila? Panti asuhan? Bagaimana kalau dia tidak di asuh dengan baik??"

"LANTAS SEPERTI APA MAU MU?"

Jessica berjalan pergi seraya berkata, "biarkan Dini rumah. Aku akan membelikan dia banyak permainan dan akan aku turuti semua apa yang ia minta."

Sedangkan Dini yang masih diam di tempatnya. Gemetar, ketakutan, sesak kini melandanya.

Flashback off




Dini menggeleng-gelengkan kepalanya, menghempaskan jauh-jauh ingatan itu.

•••

Sabtu, 16 Maret.

"Dini... Ayolah kasih tau gue rumah lo dimana?? Kita kan udah berteman lama.." rayu Fina, sambil menggoyang-goyangkan tangan Dini.

Sementara Dini hanya menyodorkan tangannya ke meja kemudian menidurkan kepalanya di atas tangan itu sambil menutup mata.

"Selamat pagi anak-anak.." sapa hangat dari ibu Yeni perwalian kelas meraka.

Mata Fina sontak melotot kaget melihat kedatangan ibu Yeni yang diikuti Gendra di belakangnya.

"Kita ada tambahan murid dari kelas sebelah" lanjut ibu Yeni.

"Din, Din, Din! DINNII!!" Fina menambah kekuatan tangan untuk menggoyangkan tangan Dini yang masih berposisi awal.

"Apa si!" dengan malasnya Dini bangun kemudian melihat kearah Fina dengan lekat.

"Ayo di sapa dulu.. kan sudah pada kenal dia kan??" ujar Bu Yeni.

"Liat noh!" suruh Fina dengan mulut moncong ke depan.

Dini mengikutinya. Dini taak kalah melotot dari Fina tadi setelah melihat pria itu sebagai murid tambahan dikelasnya yang sekarang juga sedang melihat kearahnya.

"Hai.. Gendra..." sapa semuanya kecuali Dini dan Fina.

Gendra tersenyum, "hai.."

"Baiklah.. saya rasa perkenalannya disudahi. Silahkan kamu duduk di..."

"Ibu!" panggil Gendra. Kemudian membisikan sesuatu kepada perwalian barunya itu.

Setelah selesai menerima pesan rahasia dari Gendra. "Fina kamu bisa pindah tempat?" tanya Bu Yeni.

"Kenapa Bu??" bukan Fina tapi itu suara Dini.

"Gendra akan duduk dengan kamu.."

Dini melotot kaget setengah mati dengan pernyataan itu.

"GAK BU! GAK MAU!" tolak Dini cepat.

___
tbc

GENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang