•17: Rahasia Gen

74 11 5
                                    

Bagi rahasia

___

"Gue punya keahlian itu sayang..."

Dini kembali bergedik jijik mendengar kata-kata Gendra barusan. Lebih tepatnya kata bagian akhir.

"JIJIK!" umpat Dini, kemudian ia melanjutkan lagi langkahnya meninggalkan Gendra.

"Hehe.." Gendra mempercepat langkahnya menyamai dengan posisi Dini.

"Tapi, beneran lho. Gue punya keahlian itu.." ungkap Gendra tak tanggung-tanggung memberi tahu rahasianya itu, malah dia lebih terlihat santai dengan kedua tangan yang ia masukan kedalam saku celana.

"Keahlian apaan lo?"

"Gue bisa mendeteksi kebohongan," ungkap Gendra ke intinya.

"Haduh.. udah siang gak usah ngaur yah,"

Gendra tak menanggapi lagi, cukup dengan bergedik bahu seolah berkata 'yasudah'. Orang seperti Dini tidak akan percaya jika hanya dengan omongan, alasan Gendra tak ingin mempermasalahkan Dini yang tidak percaya dengan apa yang ia ungkap barusan.

"Din.. lo lahir tanggal berapa?"

"20 Agustus."

"Lo jujur," kata Gendra, dibalas Dini hanya berdecik.

"Lo tadi belajar?" tanya Gendra lagi.

"Iyalah."

"Lo gak suka nangis?"

"Iyalah."

"Lo suka gak sama gue?" pertanyaan yang sebenarnya.

"Gaklah!" jawab Dini cepat.

Gendra terkekeh mendengar jawaban cepat dari Dini itu.

Sekarang, Dini terkejut lagi dan lagi. Gendra sekarang menggenggam tangannya tiba-tiba.

"Lo jujur.." ujarnya.

Dini dengan cepat melepaskan tangannya, "Emang gue jujur! Tapi ngapain juga harus megang tangan gue!"

"Biar gue bisa tau kalau lo itu boong atau gak.." bisik Gendra di telinga Dini.

"Apaan sih! Ngomong yang jelas!"

"Lo pernah nanya kan? Kenapa gue terus-terusan megang tangan lo?"

Dini melirik pria yang ada di sampingnya, tidak mengerti.

"Karna sebenarnya gue mau ngetes lo bohong atau gak.." lanjut Gendra.

"Lo tuh ngomong tentang apaan sih?" cibir Dini benar-benar pusing pria ini sebenarnya berbicara tentang apa.

"Gue.. bisa deteksi kebohongan. Lo boleh ngetes gue, tapi kalau lo gak mau dan gak percaya, yah.. gak papa.."

Dini memegangi pelipis kepalanya, "Gini.. sebenarnya gue gak mau nanggapin halu lo ini. Tapi karena gue malass dengernya, gue bakal buat bukti nyata bahwa lo cuman ngaur! Biar lo berhenti halu."

•••

Kelelahan muncul di wajah dari keduanya. Setelah berlarian tak karuan, kini keduanya memutuskan untuk berhenti.

"Lo tuh yang bener Din.. astaga, masa lo ngetesnya ke kepsek," ucap Gendra melihat kearah Dini yang kini tertawa dengan terbahak-bahak padahal sebenarnya ia sudah terlihat ngos-ngosan.

Flashback on.

"Mau kemana?"

Kalau biasanya Gendra yang selalu menarik Dini. Kini malah Dini yang menariknya, dan tak memberi tahu tujuan perginya.

GENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang