Happy reading teman!
Si Gendra
____Senin, 6 Mei.
Ulangan semester akhir. Semua fokus pada kertas yang ada di hadapan mereka, walaupun beberapa orang nakal bar-bar sengaja hanya ingin menunggu jawaban dari orang lain.
Begitupun Dini. Meski banyak masalah yang ia hadapi sekarang, namun gadis itu masih fokus pada ujian akhir sekolah. Gendra salah memikirkan jika masalah kemarin akan membuat gadis itu tidak fokus.
Gendra sedikit heran juga terkejut melihat fokusnya Dini itu. Malah dia sendiri yang di buat tidak fokus memikirkan masalah gadis itu.
Flashback on.
"Lo sebenarnya kenapa?" tanya Gendra saat melihat Dini sudah tidak sesedih tadi.
Dini bungkam tak menjawab membuat Gendra sedikit perasaan telah bertanya.
"Kalau lo gak mau sharing gak papa.."
"Mau sharing kok gue, cuman bingung mau berbagi dari bagian mana."
"Gue sama keluarga gue bahagia banget..."
Gendra mangap mendengar pernyataan Dini yang mana ia sedang berbohong dan itu artinya...
"Tadi gue denger nyokap gue bilang bokap gue gak selingkuh.." lirih gadis itu, "G-gue tadi juga denger mereka gak mau pisah, gue jadi bahagia denger itu.." lanjutnya.
"Terus gue nangis saking bahagianya gue.."
Gendra akhirnya paham. Dini benar-benar sudah mempercayai keahlian pada dirinya itu. Sepertinya Dini terlalu sulit mengutarakan semuanya, jadi ia memilih untuk membalikkan faktanya lagipula Gendra bisa mendengar kebohongannya.
"Paham gak? Keluarga gue harmonis banget kan?"
Gendra tersenyum tulus melihat bagaimana kuatnya gadis ini.
"Terus lo bilang di telpon tadi, ada orang aneh nelpon lo?"
Dini terdiam untuk beberapa saat, "gue juga bingung itu siapa. Suaranya di edit, gue gak bisa tahu dia cewek atau cowok. Tapi gue gak mau masalahin itu. Gue cuman histeris takut kaya tadi bawaan dari nangis waktu di rumah.." jelas gadis itu dengan jujur.
"Hm, kalau lo butuh bantuan gue, gak usah sungkan."
Flashback off.
"Ngapain lo liatin gue?"
Gendra sontak terkejut sambil mengangkat kedua alisnya, "ha?"
Kantin. Setelah jam istirahat berbunyi tak salah jika untuk murid-murid sekolah bersantai setelah otak berpikir keras karena ulangan.
"Mau minum apa Din?" tanya Gendra yang sudah berdiri bersiap untuk pergi ke tempat pemesanan. Dia sudah sama seperti pelayanan, wkwk.
"Apa aja.. eumm juz keruk," jawab Dini.
"Apaan sih Din.. tadi bilang apa aja, terus kasih jawaban.." protes Fina melirik sinis kepada temannya itu.
Dini tak kalah sinis menatapnya, sambil menyeringai lebar "duit gue kan? Bukan duit lo?"
Rafli mendengar sindiran balik dari Dini tertawa lepas.
"Ehh.. udah.." lerai Gendra, "juz jeruk yah Din?" Dini mengangguknya.
"Lo apa Fin? Raf?"
"Gue nutri," jawab Fina.
"Gue a--"
"Air putih, okeh.. gak heran lo putih banget.." potong Gendra kemudian pergi ke tempat pemesanan.
Rafli terkekeh geli dengan kata-kata Gendra itu, padahal jelasnya laki-laki itu yang lebih putih.
Ketika selesai memesannya Gendra balik ikut duduk di meja, menunggu makanannya.
"Din, gimana ulangan tadi?" tanya Gendra yang mungkin sedang gabutnya.
"B aja," jawab Dini singkat, ia lebih fokus pada hayalannya.
"Ulangan gue lancar-lancar aja.. Dini kasih gue jawaban banyak.." Fina tanpa bertanya, ia menjelaskannya.
"Kalau gue mah, si Gendra suka pura-pura tuli." Rafli menatap tajam melihat ke wajah Gendra.
Gendra terkekeh melihat raut sahabat barunya itu.
Dini menyipitkan salah satu matanya, tak percaya. Sepertinya ada yang membuat dia bingung.
Fina mewakili kebingungan itu, "Kalau si Dini mah gak di tanya, Gendra pasti kasih jawaban. Padahal Dini pasti tau jawaban itu.."
"Wah... Parah lo Gen!"
"Ehh.. itu makanan udah nyampe..." Gendra mengganti topik cerita berpapasan dengan datangnya pesanan mereka yang di bawakan oleh anaknya mbo iam.
"Uhuyy.." sorak Rafli melihat makanannya.
Makanan itu di letakan di atas meja kantin mereka.
"Ini punya lo Dini.." Gendra menyodorkan kepunyaan Dini.
Dini menerimanya, "Makasih." Tak sengaja melihat kearah wajah Gendra yang kini sedang tersenyum dengan manis, Dini sampai jijay melihatnya.
"Lo kenapa sih aneh banget hari ini," unek-unek Dini akhirnya keluar.
"Maksudnya?" tanya Gendra. Fina dan Rafli sontak ikut melihat kearah keduanya.
"Lo tuh hari ini aneh tau gak! Gue gak nyaman!"
Gendra malah tersenyum lagi, "hehe maaf Din. Ini minumnya.." ujar Gendra sembari menyodorkan minuman Dini ke hadapan Dini.
"Stop stop! Gue gak suka Gendra."
Gendra, Fina dan Rafli dibuat kebingungan.
"Gue gak suka sikap lo terlalu manis kaya gini! Lo ngapain terus-terusan senyum ke gue?? Dari pagi, pas ulangan malahan lo ngasih semua jawaban lo padah gue gak minta dan sekarang di kantin dari tadi lo.. Lo aneh tau gak!?"
Senyum Gendra memudar, "Din.. maksud gue itu, supaya lo ngerasain ada yang peduli aja.."
"Ha?" Dini mengernyit dahinya tak mengerti.
"Mak--"
"Entar..! maksud lo, semua ini berkaitan sama gue yang semalam? Berarti lo lagi kasihanin gue?"
"Bukan sepe--"
"Gue gak butuh kasian!"
"Oke-oke silahkan lo marah sepuasnya ke gue.." pasrah Gendra.
Dini kembali mengernyit, "Cih? Cukup yah! Gue gak suka lo sikapnya kaya gitu.. lagi lo kaya gitu?! Sumpah gue nyesel banget bagi cerita ke lo!"
Fina dan Rafli yang melihat keduanya hanya bisa mangap tak tahu topik pembicaraan tanpa terpikirkan untuk mengetahui topik itu karena melihat ekspresi Dini yang tak biasa di perlihatkan.
Sedangkan Gendra. Ia hanya memilih diam dengan pikirannya atas kata-kata Dini terhadapnya.
___
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
GENDRA
RomanceGendra dan Dini dua 'people' yang emang harus dipertemukan. [2020-05/08] [2023-01/06] [Dilarang Copy!]