•04: Sialan

134 13 8
                                    

Peduli

___

"Jawab gue, Lo yang nyebarin hoax pakai akun bar-bar ambyar??" Gendra menatap tajam kearah Dini.

"Gak lah!" Jawab Dini mentah-mentah.

"Jawab yang jujur!"

Dini memutar bola matanya malas.

Rahang bawah Gendra mengeras, "Lo tuh kepala batu ya!"

"Siapa sih lo? Gue gak kenal lo! Ngapain lo minta-minta gue jujur terus!" cetus Dini.

"Oh, lo mau tau nama gue?"

"Enggak! Maksud gue, lo ada urusan apa ngikutin gue kesini??"

"Jawab dulu pertanyaan gue tadi," pinta Gendra.

"Udah gue jawab! Itu bukan gue! ih!"

Gendra memegangi pelipis kepalanya, frustasi. "Lo bohong! Berarti itu emang ulah lu!"

"Heh! Sembarangan lo nuduh gue. Gue tuntut lo baru tau, masuk pasal tau!" Dini mencoba mengancam Gendra.

"Seriusan lo mau bawa-bawa pasal?"

"Emang! Kenapa? Takut lo? Yaudah kalau takut, urusan kita sampai disini dan lupain semua yang lo inget tentang gue, gampang kan? Baik kan gue?" kata terakhir Dini menekan sambil melototi Gendra.

Dini hendak berbalik pergi ingin meninggalkan Gendra, namun lagi-lagi Gendra mencekal tangan Dini.

"Apaan lagi sih!?"

"Lo tau gak pasal apa aja yang masuk dalam masalah penyebaran hoax?" tanya Gendra.

"Pertama, undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik," lanjut Gendra, membuat Dini terpaku.

"Dua, kitab undang-undang nomor 1 hukum pidana," lanjut Gendra lagi,

"Tiga, undang-undang nomor 1 tahun 1946 tentang peraturan hukum pidana." Dini hanya bisa menelan salivanya paksa.

"Jadi serius nih? Mau bawa masalah ini ke jalur hukum?" Tatapan horor dari Gendra menyambar.

Namun bukan Dini kalau langsung menyerah hanya dengan seperti itu, Dini malah menepis kasar tangan Gendra, "Lo tuh bacot banget! Udah gue bilang bukan guee!" kesal Dini dibuatnya.

'jam istirahat berakhir'
Bunyi bel berbunyi.

"Udah masuk! Gue gak punya waktu ngobrol sama orang yang gak jelas kaya lo." Dini berlalu pergi, dan tanpa cegahan dari Gendra.

"Lo mau main-main sama gue yah?" Gendra bermonolog sinis.

•••

"Aduh mati gue mati gue!" Dini mempercepat langkahnya menuju kelas.

Pelajaran berikutnya berlangsung lagi. Dini tidak bisa memfokuskan diri untuk pelajaran kali ini. Pikiran terus saja berputar tentang pasal-pasal yang di sebutkan pria aneh tadi.

'sialan! Persembunyiannya gue bisa ke bongkar sama dia' batin Dini dengan raut wajah panik berlebihan.

Fani menyadari akan hal itu, "wajah lo kenapa, Din?"

"Gak!" cetus Dini cepat.

'bisa-bisa gue masuk penjara beneran ini.. gawat!!'

Dini tambah emosi memikirkan bagian itu.

'umur gue udah 17 tahun, berarti sanksinya bener-bener gak ada ampun, argh!' Dini benar-benar memikirkan semua pasal yang disebut Gendra.

Jam pelajaran berlalu begitu saja bagi Dini.

"Dini! Lo mau kemana??"

"Pulanglah," jawab Dini cepat, lalu pergi meninggalkan kelasnya.

"Aneh. Biasanya dia mau pulang kalau gerbang udah sepi.. dan sekarang? Dia pulang sebelum ada yang lewatin gerbang," gumam Fina, kebingungan.

Tak lama dari itu, murid baru yang bernama Gendra itu masuk kedalam kelas tersebut.

"Hai, Gendra" sapa Fina melambai-lambaikan tangannya.

"Hai juga .." Gendra membalasnya, juga memberikan senyuman yang pantas.

"Ada apa?" Fina berjalan menghampiri Gendra.

Gendra berdehem, sepertinya sedikit ragu menjawabnya. "Dini mana yah?"

Fina terkejut mendengar nama Dini, "Dini?" Gendra mengangguk.

"Ud-udah pulang tadi.."

Gendra mengerutkan kening sekejap, lalu beralih tersenyum. "Oke, makasih ya Fin.."

Gendra menghilang dari pandangan Fina, "Mereka udah saling kenal?"

•••

"Sial, sial, siall!"

"Hobi gue bisa keganggu sama si cowok aneh itu!"

"Argh!"

Dini frustasi memandangi layar laptopnya yang menunjukkan konten videonya tentang masalah yang di perdebatkan dengan Gendra, siang tadi.

Dini memegangi kepalanya yang terasa berat.

"Gue harus kuasai dia! Biar dia gak bisa seenaknya ngancam gue kaya tadi."

Lain tempat, yakni di kamar Gendra.

Pria itu sedang merebahkan tubuhnya dengan gaya kepala sampingnya yang ia tumpukan pada telapak tangan yang lengan sikunya membentuk sudut lancip.

"Bisa kebetulan gitu ya? Gue sama dia ketemu lagi?"

"Padahal gue tadinya udah pasrah juga gak mau cari tuh cewek pembohong. Eh, dianya malah nongol di sekolah baru gue .."

Gendra memperbaiki bentuk tubuh agar mendapati rebahan yang lebih nyaman. Ia kemudian memilih untuk menutup matanya, berniat untuk tidur.

"Gue gak sabar mau ketemu sama tuh cewek lagi" ucapnya sebagai ucapan terakhir sebelum ia tertidur dalam lelapnya.

•••

"Ada yang tahu kenapa Sherly gak sekolah?" tanya guru, mengambil absen.

Semua tak menjawab.

"Baiklah, kita lanjutkan saja dengan memulai pelajarannya"

Setelah guru itu berbicara, beberapa orang mulai berbisik-bisik.

Gendra menyadari hal itu, dibuat penasaran.

"Tau gak kenapa Sherly gak masuk?" Tanya Gendra pelan kepada seorang pria yang tak jauh dari tempat duduknya.

"Katanya sih hoax tentang dia sama si Doni pacarnya udah ke sebar di banyak sekolah" jawab orang itu.

"Okeh thanks yah .."

'hoax?? Apa ini ulah si cewek itu lagi??"

____
tbc

GENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang