•19: Masalah

5 0 0
                                    

Masalah Dini

____

Hari ini adalah hari pernikahan Jemmy dan Jessica kedua orang tua Dini yang ke 19 tahun. Biasanya peringatan hari ini bisa menjadi alasan Dini akan bertemu dengan orang tuanya, setelah mereka lembur berlebihan. Mereka akan memperingati hari pernikahan hanya di hadiri oleh mereka sendiri bersama anak semata wayangnya.

Dini bercermin dengan wajahnya yang ia sudah beri makeup. Ibunya akan senang melihat Dini menggunakan benda itu, dan ia juga menggunakan dress selutut simpel namun terlihat elegan. Ayahnya akan sangat bahagia melihat gayanya seperti itu lebih tepatnya kedua orang tuanya tersebut ingin melihat Dini bergaya selayaknya pewaris dari perusahaan, Dini tahu itu.

Beberapa kali mencoba mengatur nafasnya yang sudah tak beraturan karena sebenarnya ia gugup akan bertemu dengan orang tuanya, setelah sebulan berlalu sudah tidak pernah bercakap-cakap.

Setelah cukup pas. Sekarang waktunya untuk ia turun ke lantai bawah.

Padahal gadis itu sudah mengira akan ada yang menunggunya di ruang makan. Namun, sayang sekali rupanya Dini yang akan menjadi tamu pertama, dan dirinya akan menunggu.

Ia melirik kearah jam tangan putih berukuran mini miliknya menunjukkan pukul 8 malam. Saat sibuk melihat kearah jam, seseorang menghampirinya membuat Dini mendongak.

"Ada apa bi?" tanya Dini. Seseorang itu ternyata salah satu prt (pembantu rumah tangga) dirumahnya.

"Tuan dan nyonya menyampaikan pesan bahwa hari pernikahan untuk tahun ini di batalkan," ujar pembantu itu.

Dini merespon tak percaya. Nafasnya sengaja ia hentikan kemudian dilanjutkan dengan menyeringai lebar.

"Udah gue duga.." Dini membalikkan badannya berniat untuk kembali ke kamarnya, namun di hentikan pembantu itu.

"Tuan dan nyonya memberikan hadiah ini.." ujarnya, 2 pembantu lainnya datang dengan membawakan dua kotak hadiah berukuran sedang.

Dini menatap hadiahnya dengan raut melas. "Tolong letakan di kamar saya,"

Setelah semua hadiah beserta pemilik hadiah itu berada di kamarnya. Dini membuka kotak itu dengan ekspresi biasa saja.

"Padahal hari ini hari jadi mereka, tapi yang dapet hadiah gue.."

Kotak pertama berisikan beberapa makeup keluaran terbaru, yang ia duga ini adalah pemberian ibunya. Sudah di duga lagi untuk kota Kediri dua pemberian ayahnya adalah dress selutut dan itu memang benar.

Dini kemudian melihat ke meja rias yang penuh dengan begitu banyak alat rias yang masih tersegel, lalu beralih melihat kearah lemari panjang tembus pandang yang berisikan begitu banyak dress cantik.

Dini menatap kasian kepada kedua benda itu, "seharusnya mereka beliin gue meja rias sama lemari baru.."

Drttt.. drttt..
Getaran pesan masuk.

Dini segera mengambil handphonenya yang terletak di atas nakas. Dahi mengerut ketika melihat pesan masuk itu berasal dari nomor yang tak ia kenal.

0810367***
Aku ingin berkenalan
denganmu cantik.

Dini tidak membalasnya karena pesan seperti ini sudah tidak asing lagi baginya, namun pesan masuk lagi dari nomor itu, lain dari yang lain sampai membuat Dini melototi arti pesan yang bertuliskan bahasa Inggris.

0810367***
Kau tidak mau?
Tomorrow is your day death

•••

Mengingat pesan semalam. Dini sedikit ketakutan untuk beraktivitas hari ini. Namun tekatnya selalu di kuatkan agar tidak akan mempercayai pesan orang tak dikenal itu. Lagi pula hari ini Dini berniat untuk di kamar saja seharian, karena hari ini masih merupakan hari libur UN.

Seharian berlalu. Dini benar-benar tidak keluar dari kamarnya, untuk makan saja ia meminta agar makanannya diantarkan langsung ke dalam kamarnya. Namun hasilnya tidak ada yang terjadi di hari ini, Dini merasa sangat di bodohi mempercayai pesan itu.

Tidak ada liburan. Jika teman-temannya termasuk Fina sudah membanjiri story'Instagram dengan begitu banyak wisata yang di kunjungi, Dini malah menghabiskan liburannya di dalam kamar. Bukan karena pesan itu, namun Dini memang tidak berniat untuk keluar. Ia lebih memilih untuk menghabiskan liburan bersama hobinya, sudah 7 hari libur jumlah konten hoaxnya di semua akun fakenya sudah 30.

Hari ini saat Dini tengah menikmati makan malamnya, ia tak sengaja mendengar suara wanita paruh baya yang ia kenal itu adalah suara ibunya.

"Dimana??" suara Jessica terdengar tak jauh dari kamar Dini.

Dini segera keluar kamarnya berniat untuk menemui sang ibu, yang sudah lama tak berjumpa.

"Mo--" sapaan Dini tak berlanjut. Tepat di depan kamar Dini yakni sebuah perpustakaan di dalam rumahnya terdapat Jessica yang sedang terduduk di lantai mengobrak-abrik isi salah satu rak di sana.

"Dimana berkas itu Jem??" teriak Jesicca.

Dini sontak terkejut kemudian masuk kembali kedalam kamarnya. Dini mengintip di balik pintu kamar yang terbuka sedikit.

Tak lama dari itu, Jemmy datang menghampiri Jessica.

Jessica berdiri menyambut suaminya, "Dimana berkas itu kau sembunyikan!?" Tampak sambutan kemarahan.

"Kenapa kau tidak mempercayai ku??" bentak Jemmy, "sudah saya bilang saya tidak menyembunyikan yang bukan milik saya!"

"Pengecut! Bajingan! Kau selalu menyembunyikan wanita, kau tidak ingat!?"

Mata Dini melototi kata-kata Jessica. Ia tak sanggup mendengarkan lagi pertengkaran mereka. Dini bergegas menutup pintu kamarnya pergi masuk kemudian menghempaskan tubuhnya, lalu menutup kedua telinganya dengan bantal.

Ia menutup matanya paksa, berharap akan tertidur dengan cepat. Nafasnya tiba-tiba sesak, semua pertengkaran yang pernah terjadi di rumah ini terputar kembali. Meskipun matanya tertutup, air mata itu terus saja mengalir.

Sahut-sahutan dari kedua orang tuanya tak kunjung berhenti, selama itu pula akan membuat fisik Dini semakin tertekan.

Drrtt..Drrtt..
Getaran panggilan dari handphone Dini yang berada di sebelahnya.

Dini melirik ke handphone itu. Ia segera mengangkatnya tanpa melihat kontak siapa yang menelepon, sungguh ia butuh seseorang sekarang, siapapun dia.

Call, 0810367***

"Hallo?" Suara dari seberang sana terdengar sudah di edit, agar tak mudah di kenal.

Dini mengernyitkan dahinya, "ini siapa??"

"Aku menunda untuk membunuhmu kemarin, tapi kamu akan terbunuh hari ini dengan kedua orang tuamu sendiri.."

Dini semakin mengernyit tak mengerti, "ini siapaaa?"

Tut! Tut! Tut!
Panggilan diputuskan dari orang itu.

Dini melihat ke layar handphonenya yang menunjukkan riwayat panggilan dari nomor tak dikenal. Nomor itu adalah nomor yang sama dengan nomor yang menerornya waktu itu.

Ketakutan semakin melanda pada dirinya. Sekarang apa yang harus ia lakukan

___
tbc

GENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang