•12: Takdir

58 10 6
                                    

"GAK BU!! GAK MAU!!"

Dini beralih melihat Fina dengan tatapan tajam, "Fin! Jangan Fin!"

Gendra kembali berbisik kepada guru perempuan itu.

"Kalau begitu Rafli. Kamu saja yang mengalah ya, kamu pindah tempat duduk di belakangnya.."

Tempat duduk Rafli tepat berseberangan dengan Dini.

Dini beralih lagi menghadap kearah Rafli. Namun ia tak meminta apapun karena selain Fina tidak ada yang akrab dengannya. Cukup tau nama adalah prinsip gadis itu.

"Di belakang Bu?" tanya Rafli.

"Iya."

"Okedeh Bu!" seru Rafli dengan memindahkan semua peralatan belajarnya ke tempat duduk di belakang.

Semakin di belakang, semakin maju untuk tidur, pikir Rafli.

Gendra kemudian mengambil tempat duduk yang sekarang menjadi miliknya dengan senyum cengar-cengir keberhasilan, dan itu membuat Dini risih.

Dini memutar bola matanya jengah, kemudian memilih untuk membelakangi Gendra.

"Baiklah kita mulai pembelajaran kita hari ini dengan mata pelajaran fisika. Tunggu saja guru mapelnya ya.. ibu pamit mau ke kelas yang lain."

"Ya Bu.."

"Assalamu'alaikum..." Bu Yeni meninggalkan kelas.

"Waalaikumsalam..."

"Halo teman," Gendra menyapa Dini meskipun ia di belakangi.

Dini hanya menunjukkan raut jijik tanpa berubah posisi sebagai balasannya.

•••

Seminggu berlalu. Semenjak Dini sekelas dengan Gendra, hidupnya kembali tidak tentram.

Tiada hari tanpa Gendra yang selalu mengusiknya namun mengherankan tidak ada lagi pemaksaan Gendra atas Dini tentang hobinya yang harus di hentikan. Ada apa dengan Gendra?

Pagi itu tertanggal Sabtu 23 Maret 2019, untuk sekolah SMAN 1 Jakarta adalah pembimbingan dari perwalian masing-masing setiap kelas untuk memberi arahan jadwal praktek yang akan di adakan mulai minggu depan hingga waktu yang di tentukan.

"Jadwal sudah ibu kasih.. berarti sekarang pembagian kelompok untuk mata pelajaran bahasa Indonesia dari ibu sendiri yah..." ujar Bu Yeni.

"Tidak ada yang menolak. Ini ibu bagi sesuai nama absen, jadi ini adil oke?"

"Ya.." balas para siswanya.

"Dengarkan baik-baik, Adam sama Nia, Aldric sama Cindy, Ais sama Mia, ...."

Sejam setelah di bacakan pembagian kelompok. Kini mereka di haruskan untuk duduk bersama saling menghadap setiap kelompok dengan anggotanya masing-masing.

Dini memandangi pria yang ada di hadapannya yang menjadi teman partner praktik bahasa Indonesia, dengan tatapan kosong juga tak percaya. Sedangkan pria yang ada dihadapannya itu hanya menunjukan senyum Pepsodent yang benar-benar manisnya luar binasa.

Menit berganti, "Argh!!!" Dini tiba-tiba merontak dengan mengacak-acak rambutnya, juga mensentak-sentakan kakinya frustasi.

Reflek, membuat seisi kelas melihat kearah kelompok Dini. Dini yang menyadari itu, langsung membanting kepalanya menunduk ke atas meja.

GENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang