•14: Makasi

73 12 8
                                    

Gue putusin buat cerita ini gak gue unpublis:))

Wl

___

Jam menunjukan pukul delapan lewat pada malam hari. Dini membaringkan tubuhnya, memilih untuk beristirahat saja malam ini. Artinya ia tidak akan mengupdate berita hoax untuk sekarang.

Dini tiba-tiba memikirkan kedua orang tuanya karena mengingat Hani-- bibi Dini tadi menyampaikan bahwa Deddy dan Mommy sangat mengkhawatirkan Dini yang tidak pulang kemarin.

Dini memang bukan anak yang tidak merasakan kasih sayang. Namun kedua orang tuanya itu akan sangat khawatir jika ada yang terjadi kepada gadis mereka itu. Namun bagi Dini, itu hanyalah perbuatan agar aku sebagai pewaris dari harta mereka tidak kenapa-kenapa. Lalu buat apa kekhawatiran itu? Pikir Dini.

Drtt! Drtt!
Getaran handphone menandakan sebuah pesan masuk.

Si cowok Aneh:

P
Gmn?

Apany?

Keadaan lo?

Dini mengingat kembali kejadian Gendra sewaktu berdrama di Uks seperti seorang cowok yang panik melihat pacarnya yang sedang sakit. Mengingat hal konyol menjijikkan itu Dini berdecik.

Si cowok Aneh:

Makasih

Gue tanya, gmn lo skrng?

Lebay banget.

•••

Rabu, 27 Maret.

Kelas Dini hari ini memiliki jadwal praktik penjaskes. Untuk wanita memainkan olahraga bola voli sedangkan untuk para pria memainkan olahraga Bola.

Dini merasakan letih di sekujur tubuhnya. Selesai bagiannya untuk praktik hari ini ia memilih untuk berbaring di tepi lapangan dengan tubuhnya yang kini terlentang, puas.

Matanya tertutup namun menikmati cahaya matahari dari sela-sela dedaunan pohon yang ada di dekatnya. Dia tidak sendirian ada Fina di sebelahnya yang kini duduk menyilang sambil menikmati para kaum adam yang lagi bermain sepakbola.

"Uh.. si Gendra ya ampun.." kagum Fina terfokus pada Gendra seorang.

Dini berdecik sinis mendengar itu.

"Din.."

"Apa?"

"Gue mau ke kantin dulu ya.." Fina beralih berdiri, siap untuk pergi.

"Gak usah balik-balik."

"Ye.. elo mah gitu." Fina pergi meninggalkan Dini yang masih rebahan malas.

Sela-sela cahaya matahari dari dedaunan itu mulai membuat Dini panas. Namun mager tingkat dewa lebih menguasai dirinya saat ini. Entah sampai kapan Dini akan bangun, dia sendiri pun tidak tahu itu.

Tapi dengan tiba-tiba cahaya tadi hilang dari tembusan mata Dini yang tertutup. Dini menyadari itu, dahinya berkerut heran. Kini matanya gelap tak ada pencerahan lagi. Dini segera memindahkan kepalanya ketempat lain dengan berharap bisa mendapatkan cahaya matahari lagi. Tapi, lagi dan lagi cahaya itu hilang, sepertinya ini bukan faktor alam.

Dini membuka matanya kecil, memeriksa dan benar saja, sekarang ada tangan di atas matanya itu, "Fin tangan lo!" cibir Dini mengira itu Fina yang jahil, Ia kembali menutup matanya.

Tangan itu menuruti permintaan Dini, membuat Dini tersenyum kecil.

"Gimana?"

Pertanyaan itu membuat Dini sontak mengerutkan dahi, itu bukan suara Fina melainkan suara pria. Dini segera membuka matanya cepat untuk melihat siapa yang bersamanya.

"Ah! Sial!  Ngapain lo di situ?" cerca Dini langsung ketika yang ia lihat adalah si cowok aneh Gendra.

"Gimana praktik bahasa Indonesia?" tanya Gendra.

"Aduh.. gue gak mau bahas itu." Dini beralih duduk kemudian melanjutkan untuk berdiri, dan kini pergi meninggalkan Gendra tanpa pamit.

'ganggu aja,' batin Dini mencibir.

Gendra berlari menyusuli Dini, "Din! Serius, tugasnya kan di kumpul hari Senin depan," ucapnya.

"Kalau gitu lo sendiri aja," balas Dini acuh.

Gendra tak habis pikir dengan keegoisan Dini ini yang sangat berlebihan. Padahal kini ia sedang membicarakan masalah tugas. Gendra mencekal tangan Dini membuat Dini menghentikan langkahnya.

Dini tidak mengelakkan Gendra yang ingin berniat menghentikan langkahnya. Namun ia tetap menarik kembali tangannya.

"Kenapa?" tanya Dini.

"Lo benci gue kenapa?" Gendra balik tanya, "soal gue waktu kemarin larang-larang lo? Oke, Gue minta maaf.. tapi sekarang gue cuman pengen temenan sama lo. Gue janji gak bakal ngelarang lo lagi."

Dini menyeringai lebar mendengar itu. "Suka hati lo deh.."

____
TBC

Vote!

GENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang